Sudah populer keyakinan di kalangan orang banyak kalau memiliki anak itu akan menambah beban hidup, apalagi memiliki anak banyak, wow masalah besar sudah jelas terhampar di depan mata. Kebanyakan mindset kayak gini diyakini oleh orang-orang kaya / kapitalis yang ga ingin hidup ribet, ga ingin repot dan susah. You see, banyak ibu-ibu muda jaman now ini mencukupkan anak hanya dua saja, bahkan satu. Mereka seakan menyerah karena beratnya melahirkan dan susahnya merawat anak. Dan saat proses melahirkan pun, mereka lebih memilih jalan bedah/operasi ketimbang persalinan normal karena tak kuat menahan rasa sakit. Beda dengan ibu-ibu jaman old yang tahan banting punya banyak anak.

Benarkah memiliki anak atau punya anak banyak itu menambah beban masalah?

Memiliki anak itu memang menambah biaya ekstra, itu memang sudah ketentuannya. Hidup ini perjuangan bukan simsalabim. Melakukan sesuatu harus dengan berikhtiar. Makanya berjuanglah semampunya mencari penghidupan.

Jelas punya anak akan ada masalah, mengasuhnya, mendidiknya. Jangankan punya anak, menjalani pernikahan saja pun ada masalah. Hidup di dunia ini memang gudangnya masalah. Semua punya masalah. Orang kaya ada masalah, orang miskin juga punya masalah. Punya anak ada masalah, tak punya anak pun tetap juga ada masalah. Jangan dikira hidup di dunia itu adem ayem damai tentrem loh jinawi tanpa ada masalah. Kalau mau ga ada masalah, nanti saat kita menginjakkan kaki di Syurga. Baru bisa istirahat, 100% ga ada masalah lagi.

Tapi pak, si Anu itu orang kaya tajir melintir, hidupnya mewah serba kecukupan, pasti selalu senang, mana ada masalah?

Siapa bilang orang tajir melintir ga punya masalah? Loe cuma lihat kesenangan diatas kepala orang. Loe tahu ga bagaimana kehidupan didalamnya? Justru orang kaya itu yang paling banyak masalah, mikirin hartanya, mikirin hutang, mikirin anak, mikirin kerjaannya, dan lainnya.

Punya anak itu menjadi masalah, bukan berarti harus menghindar ga punya anak. Ya hadapi masalahnya. Ya kalau ente takut punya anak bisa jadi masalah, bagus ente ga usah kawin aja, sekalian ga usah hidup di dunia ini. Biar masalah ga menghampirimu.

Dibalik susahnya mengurus anak tapi terdapat kepuasan, yaitu kebahagiaan. Tambah anggota baru, rumah jadi ramai.

Tapi tetap aja pak, bagaimana dengan orang yang benar-benar susah? Penghasilan tak menentu, untuk makan suami dan istri aja ga cukup, punya anak pula? Sudah jelas hitung-hitungan diatas kertas ini akan menjadi masalah.

"Hallo pak, bu....????

Anda tak mengurung diri didalam rumah anda kan? Coba keluar, lihat di sekelilingmu, lebih banyak mana di dunia ini, orang kaya apa orang miskin?

Pastinya orang miskin kan?

Lihat dengan mata kepalamu, orang-orang miskin itu punya anak tidak? Jelas punya..!!! Bahkan anak mereka lebih banyak jumlahnya dari anak-anak orang kaya. Tapi mereka bisa tu menafkahi anak, istri mereka.

Anda lihat seorang tukang beca yang penghasilannya sangat minim dan tak menentu, coba lihat seorang driver ojol yang sering dalam 1 hari hanya dapat 2 penumpang. Ada juga seorang guru honorer yang hanya dapat 300ribu sebulan, bahkan seorang pengangguran sekalipun.. Mereka semua bisa menghidupi anak-anak mereka...

Saya kasih bukti yang lebih konkrit biar lebih falid. Mendiang kakek nenek saya orang miskin, anak-anak mereka banyak, ada 8 atau 9 mungkin. Kerjaan kakek saya hanya nelayan kecil, sedangkan nenek saya berjualan kue. Menurut hitung-hitunganmu, dengan penghasilan kakek dan nenek saya yang segitu, mampu ga menghidupi 9 orang anak? Menurut hitungan duniawi jelas ga akan bisa menafkahi anak sebanyak itu. Tapi lihat semua anak-anak kakek dan nenek saya bisa hidup dan sukses.

Satu lagi saya kasih contoh. Abang ipar saya bukan orang berada, dia tak punya kerjaan tetap, kerjaannya hanya membantu menjualkan sepeda dagangan orang. Berapa sih penghasilan jual sepeda bekas, punya orang pula? Itu pun sering sepi pembeli. Tapi lihat, dua anaknya sudah beranjak besar, bahkan yang satu si kakak-an sudah masuk pesantren. Dari mana biaya semua ini? Bisa ga kamu menghitung-hitungnya?

Terlalu banyak fakta di lapangan. Tinggal dipilih saja. Silahkan dilihat dengan mata kepalamu sendiri.

Ga ada ceritanya anak mati kelaparan karena orang tuanya miskin. Ga ada itu...!!! Kalau pun ada, itu hanya kejadian kasuistik bukan general. Kecuali ente sengaja ga ikhtiar mencari nafkah, kerjaan ente cuma duduk, tidur, makan di rumah, mungkin bisa jadi anak, istri ente ga makan.

Ini bukti nyata bahwa YANG KASIH MAKAN ANAK KITA ITU BUKAN ANDA SEBAGAI ORANG TUANYA, BUKAN DARI PEKERJAANMU, YANG KASIH MAKAN ITU ALLAH AZZA WA JALLA. Allah yang kasih makan kita dan anak-anak kita. Allah yang kasih rezeki untuk kita. Allah sendiri yang katakan dalam kitabNya Al-Qur'an.

Sekeras apapun ente berdalih bahwa pekerjaan atau kekayaan entelah yang membesarkan anak-anak ente, tetap bukan ente yang kasih makan anak ente. Ente dan kekayaan ente itu cuma perantara, Allah-lah sumber utama rezeki tersebut.

Gimana caranya Allah kasih makan anak-anak kita, apa turun uang atau makanan dari langit?

Makanya kita tak bisa menebak atau mengkalkulasi secara pasti perencanaan hidup untuk masa depan sebuah keluarga.

Ada anda bisa memprediksi seorang yang penghasilannya 300-500 ribu / bulan, bisa menghidupi istri dan anaknya? Menurut kamu bisa ga dia menjalani semua itu? Yakin pasti kamu katakan dia ga kan bisa menjalaninya kalau dengan penghasilan segitu. That is impossible thing! Begitukan perkiraanmu?

Tapi faktanya orang yang penghasilannya 500ribu tadi bisa menjalaninya. Anak dan istrinya tetap hidup. Kok bisa?

Rezeki itu rahasia Allah, bung. Jalan datangnya rezeki itu tak terduga dan tanpa disadari. Rezeki datangnya bukan hanya dari hasil nafkah (pekerjaan) mu? Rezeki bisa datang dari berbagai jalan dari orang-orang baik disekeliling kita.

Contoh:

• Ada pemuda yang pengangguran, siapa sangka setelah menikah ia mendapatkan modal usaha / pekerjaan dari keluarga istrinya. Ini jalan rezeki namanya.

• Ada suami yang sangat miskin, tidak punya penghasilan tetap, tapi dia dikelilingi orang-orang yang baik dan pemurah. Orang tua, kakak dan abang-abang dan keluarganya sering membantu meringankan biaya sekolah anak-anaknya, memberikan modal untuk berikhtiar. Tetangga-tetangga dan kawan pengajian sering membantu dengan memberikan pekerjaan sampingan atau membeli dagangannya. Ini juga jalan rezeki..

• Ada keluarga yang miskin dan tak mampu membiayai sekolah anak-anaknya, eh rupanya anaknya mendapatkan bea siswa dari pemerintah, atau atau ada muhlisin / donatur yang ikhlas membantu biaya sekolah anak-anaknya. Ini juga jalan rezeki.

Ada saja jalan Allah untuk memberikan rezeki kepada hambaNya. Dan semua itu bukan kebetulan, tapi sudah ditaqdirkan Allah.

Jangan katakan anak dan istrimu tak makan karena kau tak kaya / tak bekerja. Tauhidmu rapuh menganggap Allah tak ada peranan disana.

Makanya dalam Islam itu dianjurkan punya banyak anak, agar ummat Islam bisa mayoritas di dunia ini. Rasulullah itu bangga kalau jumlah ummatnya banyak.

Rugilah orang-orang yang sengaja tak ingin punya anak karena takut miskin, takut punya masalah. Karena anak itu rezeki, karunia, asset untuk orang tuanya. Banyak anak banyak rezeki. Pepatah itu masih berlaku. Hanya saja orang-orang kebanyakan menganggap rezeki itu cuma duit.

Kalau kita punya lebih dari satu anak, maka anak-anak kita itu akan saling mendoakan kita, jika kita telah tiada. Bukankah itu rezeki itu namanya. Orang yang sudah mati itu butuh doa bung? Sangat butuh. Siapa yang diharapkannya kalau bukan anak-anaknya yang mendoakannya. Anda pernah membayangkan, coba anda bayangkan sekarang. Anda bukan orang shaleh, amalan nyaris tak ada, dosa sudah tak usah dibilang lagi, tahu-tahu mati. Anak tak ada? Siapa yang mendoakan ente di alam kubur? Kalau anda shaleh, banyak beramal shalih di dunia, maka amalanmu lah yang menolongmu di alam kubur nanti, walau engkau tak punya anak yang mendoakanmu. Lha ini anak tak punya, amalan tak punya, terus apa penolongmu di alam akhirat nanti? Yang punya anak saja pun banyak yang tak mendoakan orang tuanya saat tiada, apalagi yang tak punya.

Takut punya anak karena bakal ada masalah, ini namanya ghuluw, overdosis (berlebihan dalam bersikap). Sekalian aja ga usah hidup, mati aja, karena hidup itu pun juga masalah.

Kalau orang miskin takut punya banyak anak karena tak punya biaya, ini masih dimaklumi. Tapi jika orang kaya, artis pula yang mana notabene penghasilannya diatas rata-rata, masih takut juga punya banyak anak, ini keterlaluan namanya.

Melahirkan anak dan mengasuhnya itu fitrah wanita, karena memang sudah kodratnya. Jadi kalau ada wanita yang ga mau punya anak karena takut ada masalah, berarti sama saja dia mengingkari kodratnya sebagai wanita. Diluaran sana banyak orang tua yang tak dikaruniai anak dan sangat ingin memiliki anak. Segala ikhtiar mereka tempuh agar bisa dikaruniai anak. Eh ini malah ga ingin punya anak. Aneh sekali?

Merasa akan ada masalah kalau punya anak sedang dia mampu dalam fisik dan materi, ini hanya alasan yang dicari-dicari, mungkin orang kayak gini takut kebebasannya berhura-hura, bersenang-senang akan terkebiri karena hadirnya anak. Orang-orang hedonis beban hidup mereka itu ada dua yaitu anak dan umur. Keduanya ini yang membuat mereka menghambat berekspresi, kalau bisa mereka itu singel terus, muda terus, dan hidup sepanjang jaman bersenang-senang.

Punya anak memang akan hadir masalah, dan masalah itu bukan dihindari tapi dijalani karena masalah dalam hidup itu sejatinya adalah ujian.

Post a Comment