(Sumber gambar: rumaysho.com)

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيم

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ketika berbicara tentang Hidayah maka kita akan selalu terfokus kepada orang orang non muslim yang berhijrah memeluk agama Islam yang dinamakan dengan Muallaf. Tentunya hal ini sudah maklum. Dan tentunya kita sebagai ummat Islam akan sangat berbahagia dengan adanya peristiwa hijrahnya para Muallaf ini. Namun pernahkah terbayang di hati teman teman jika hidayah itu juga berlaku bagi kita sendiri seorang muslim, yang sudah memeluk agama ini sejak kita lahir. Pertanyaannya hidayah seperti apa lagi yang akan kita kejar? Sedangkan kita sudah ber Islam. Kita sudah cukup dengan keislaman yang kita dapatkan sejak lahir ini. Pertanyaannya lagi, benarkah kita sudah cukup dengan keislaman kita saat ini?

Saya sempat terfikir bagaimana seorang muallaf bisa mendapat hidayah, disini kita sepakat bahwa hidayah itu hak preogeratif Allah Ta'Ala, tetapi hidayah itu bukan datang dari langit atau seperti sulap yang mendadak muncul. Hidayah itu butuh proses dan pencarian baik langsung ataupun tidak langsung. Saya pernah menonton atau melihat di youtube atau di salah satu statisun Televisi atau di berbagai media cetak, bagaimana proses hidayah datang kepada orang orang non muslim. Kita sebutkan saja seperti ketika membaca Al Qur'an dengan tujuan untuk membantah Al Qur'an itu sendiri, tetapi malah ia mendapatkan kebenaran demi kebenaran dari isi Al Qur'an yang ia baca. Ada juga ketika tersentuh hatinya karena mendengar azan yang berkumandang, atau tersentuh melihat akhlakul karimah dari seorang muslim yang di lihatnya, dan lain sebagainya yang kita tidak bisa sebutkan disini satu persatu.

Apakah orang Islam sendiri tidak membutuhkan hidayah itu sendiri? Terkadang walau kita sudah berislam sejak lahir bukan menjadi jaminan kita akan mendapatkan ending kehidupan ini dengan baik atau Husnul Khotimah. Kadang malah sebaliknya yang terjadi. Ada yang sudah berislam sejak lahir, tetapi di penghujung kehidupannya ia jauh dari syariat Islam itu sendiri yang membuatnya juga menuju akhir yang buruk atau Su'ul Khotimah.

Maka disini diperlukan hidayah itu. Hidayah tidak hanya berlaku bagi muallaf saja, tetapi juga bagi orang yang sudah berislam sejak lahir. Keringnya nilai nilai Islam dalam kehidupannya akan membuatnya semakin jauh dari hidayah. Maka carilah hidayah tersebut. Karena tujuan hidayah senantiasa akan membawa ending hidup kita sesuai dengan syariat Islam.

Saya sempat berfikir setelah beberapa lama menonton dari YouTube bagaimana seorang non muslim bisa memeluk Islam hanya karena membaca 1 atau 2 ayat dari Al Qur'an. Sedemikian dalamnyakah mereka membaca ayat ayat Allah tersebut sehingga hati mereka tersentuh? Saya selama ini membaca terjemahan ayat-ayat Al Qur'an, tetapi masih bingung dengan makna yang terkandung. Intinya masih belum menyentuh hati, masih belum menyentuh keimanan ini. Untuk memahami kandungannya baik kita ambil dari tafsir tafsir ulama yang ada, hati ini tetap belum tersentuh. Memang kekuatan Al Qur'an itu, ketika di bacakan walaupun kita tidak tahu artinya, akan membuat hati ini menjadi nyaman. Apalagi ketika Syaikh Sudais (Imam Masjidil Haram) membacakan ayat ayat ini sambil menangis, membuat hati kita pun ikut menangis walaupun kita tidak tahu artinya.

Hingga suatu malam, karena terus menerus selalu kepikiran, akhirnya saya tidak sengaja membuka YouTube dan menonton sebuah Channel yang isinya murrotal Syaikh Sudais beserta terjemahan Indonesia. Ketika itu Surat yang saya tonton adalah Surah Al Qiyamah, Surah Al Israa ayat 9-22 dan Surah Al Mulk. Masya Allah , hati ini benar benar tersentuh, saya benar benar ketakutan ketika surah Al Qiyamah dibacakan. Takut akan adzab datang pada saat itu. Dan ayat demi ayat yang saya baca itu membuat hati tersentuh, seolah melihat dunia ini kecil dan hina. Dan yang paling menyesakkan adalah ketika sadar diri ini masih berlumuran dosa. Wallahi tidak bisa di utarakan dengan kalimat dan kata-kata. Semua bercampur aduk, takut dosa, menyesal, memandang dunia hina dan sebagainya. Apakah ini yang dirasakan oleh para Muallaf ketika mencari hidayah dengan membaca ayat ayat Nya? Wallahu a'lam.

Setelahnya muncul pertanyaan kenapa hati ini sangat mudah untuk menerima terjemahan ayat demi ayat. Apakah karena kengototan saya untuk bisa merasakan nikmat Ayat-ayat Al Qur'an? Ataukah karena yang menerjemahkan di YouTube tersebut dengan bahasa yang mudah di cerna? Wallahu a'lam.

Yang jelas, saya bisa memetik pelajaran disana, bahwa niat, usaha kita untuk mencari hidayah itu adalah merupakan salah satu asbab. Bukankah Allah akan memudahakan jalan setiap insan yang ingin mencari Rabb Nya.

Cobalah teman, ketika hati anda sedang kering keringnya dengan iman, hati anda sedang mengebu gebunya dengan dunia. Coba luangkan waktu anda di malam hari untuk mentadaburi ayat ayatnya dengan terjemahan. Insya Allah itu akan membantu untuk menemukan kembali oase keimanan yang sudah terkikis oleh kenikmatan dunia.

Ø¥ِÙ†َّ Ù‡َٰØ°َا ٱلْÙ‚ُرْØ¡َانَ ÙŠَÙ‡ْدِÙ‰ Ù„ِÙ„َّتِÙ‰ Ù‡ِÙ‰َ Ø£َÙ‚ْÙˆَÙ…ُ ÙˆَÙŠُبَØ´ِّرُ ٱلْÙ…ُؤْÙ…ِÙ†ِينَ ٱلَّØ°ِينَ ÙŠَعْÙ…َÙ„ُونَ ٱلصَّٰÙ„ِØ­َٰتِ Ø£َÙ†َّ Ù„َÙ‡ُÙ…ْ Ø£َجْرًا Ùƒَبِيرًا


Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar (QS: Al Isra : 9) {*}
Allahu Yubarik Fiik.

Sidoarjo, 3 Juni 2021
(Abu Muhammad)

Notes: 1.  {*}https://tafsirweb.com/4613-quran-surat-al-isra-ayat-9.html

Post a Comment