Namun banyak orang kaya atau yang pengen kaya terlalu fokus kepada urusan dalam mencari kekayaan, hingga mereka disibukkan didalamnya. Berlomba-lomba mempertahankan kekayaan mereka agar tetap eksis.
Banyak dari orang-orang kaya tersebut yang lupa pada hakekat diri mereka sebenarnya. Mereka lupa bahwa kekayaan itu adalah sebuah ujian, amanah dan jalan untuk berbuat kebaikan bukan lebih banyak untuk mengkayakan diri.
Orang-orang seperti inilah yang disebut pengejar kekayaan atau istilah lainnya disebut Orang Kaya Kapitalis.
Berikut ciri-ciri mereka:
1. Kerja Keras dan Cerdas Tapi (maaf) Bodoh dalam Wawasan Agama.
Para pengejar kekayaan ini selalu gembar-gembor kerja cerdas. Kata mereka: menjadi kaya ga cukup dengan modal kerja keras tapi harus pakai otak. Mereka memang berhasil mencari kekayaan dengan kecerdasan mereka, tapi mereka lupa kalau dalam berniaga / mencari rezeki itu ga cukup dengan hanya kerja cerdas, tapi juga harus kerja dengan iman.
Untuk itu diperlukan yang bernama ilmu agama. Agar supaya kita mengetahui rambu-rambu tentang halal atau haramnya rezeki yang kita dapat, agar kita mengetahu hakikat diri dan kekayaan kita.
Kata Ustadz: Orang yang berilmu akan paham kekayaan hakiki bukanlah kaya harta benda, namun kekayaan hakiki adalah kaya hati.
2. Berlomba-lomba Memperbesar Penghasilan
Demi agar lestarinya kekayaan, mereka tidak cukup hanya menabung tapi berupaya bagaimana caranya agar uang yang masuk lebih banyak lagi. Semakin besar penghasilan semakin besar pula kesempatan menjadi lebih kaya.
3. Fokus Kepada Investasi Dunia Bukan Akhirat
Orang-orang pengejar kekayaan selalu menyerukan tentang pentingnya investasi agar hidup bisa terjamin di hari tua, juga agar kekayaan bisa tetap eksis. Berlomba-lomba mereka menanamkan uang mereka pada usaha-usaha yang menurut mereka prospeknya menguntungkan dan meraup pundi-pundi kekayaan, tidak perduli apakah jenis investasi itu haram atau syubhat.
Mereka sibuk mengejar investasi dunia, lupa bahwa ada investasi yang insyaAllah bisa mempermudah/melancarkan rezeki bahkan sebagai tabungan abadi kita. Investasi tersebut bernama Investasi Akhirat.
Seperti apa Investasi Akhirat?
Menyumbangkan sebagian harta kita dijalan Allah seperti membangun Masjid, menyumbang berdirinya pesantren, menolong orang-orang miskin / kesusahan, berzakat, membantu orang-orang Islam yang terzhalimi, ber-Qurban, mensejahterakan anak yatim piatu, membantu kesejahteraan ekonomi umat Islam dan lainnya.
Semakin sering kita menyumbangkan sebagian kekayaan kita, semakin banyak pula tabungan akhirat kita.
4. Banyak Bergaul Dengan Orang-orang Kaya
Kagumi orang sukses / orang kaya dan jangan sering berkumpul dengan orang miskin. Ini motto yang sering saya baca dari tulisan-tulisan para pemuja kekayaan.
Kata para pengejar kekayaan, sering berkumpul dengan orang-orang sukses dan kaya maka kita akan mendapatkan wawasan dan ilmu bagaimana bisa kaya. Sebaliknya banyak bergaul dengan orang miskin akan membuat kita tambah miskin.
Padahal kata Ustadz: Orang yang banyak bergaul dengan orang-orang kaya, yang memiliki harta lebih banyak darinya, ia akan menganggap remeh nikmat Allah yang ia dapatkan.
Justru kata Ustadz lagi: Banyak bergaul dengan orang-orang yang miskin dan lemah akan melembutkan hati dan menjauhkan jiwa dari cinta dunia.
5. Fokus Mengejar Pendidikan Dunia
Kata pengejar kekayaan, belajar dan belajar bagaimana agar bisa mendulang sukses demi kekayaan. Tak cukup dengan melalui pendidikan formal seperti perguruan tinggi tapi harus dibarengi dengan mengikuti ketrampilan lain seperti belajar bahasa Inggris, ikut kursus komputer, ikut seminar-seminar bagaimana cara menjadi kaya, dan lainnya.
Mereka sibuk dengan pendidikan dunia tapi melupakan pendidikan agama. Berapa banyak dari kita yang tak tahu bahasa Arab, berapa banyak dari umat Islam yang tak tahu baca Al-Qur'an? Jangankan artinya, membaca tulisan Arab saja tak faham.
Padahal kata agama kita, anak-anak kita yang hapal Al-Qur'an akan membantu orang tuanya ke Syurga. Faktanya hanya sedikit dari orang-orang tua Muslim yang memfokuskan pendidikan agama kepada anak-anaknya.
6. Terlalu Bangga Dengan Zona Tantangan
Ini motto yang paling populer bagi para pengejar kesuksesan dan kekayaan. Semangat mereka menyala-nyala meneriakkan KELUAR DARI ZONA NYAMAN UNTUK MERAIH KESUKSESAN DAN KEKAYAAN!.
Jika memang mereka penggila tantangan, coba baca pertanyaan dibawah ini, dan jawab dengan kejujuran hati:
• Apakah mereka berani keluar dari zona nyaman untuk bangun setiap tengah malam menunaikan Tahajjud?
• Maukah mereka mau keluar dari zona nyaman dengan menyumbangkan sebanyak-banyak harta mereka untuk tabungan akhirat?
• Apakah mereka berani keluar dari zona nyaman dengan tidak lagi terikat urusan riba?
• Apakah mereka mau keluar dari zona nyaman dengan rajin melakukan shalat fardhu berjamaah di Masjid?
• Apakah mereka mau keluar dari zona nyaman mencari rezeki dengan cara jujur dan berkah?
7. Bangga Dengan Banyaknya Penghasilan Mereka Dari Berbagai Usaha
Para pengejar kekayaan selalu mengkritisi orang-orang yang hanya fokus pada penghasilan tetapnya. Menurut mereka, orang yang betah pada penghasilan tetapnya adalah orang yang ga bisa meraih kemakmuran.
Padahal kata Ustadz: Orang yang Qanaah itu adalah menerima dan rela dengan berapa pun yang diberikan oleh Allah Ta’ala. Berapa pun rezeki yang didapatkan, dia tidak mengeluh. Mendapat rezeki banyak, bersyukur; mendapat rezeki sedikit, bersabar.
8. Selalu Mengartikan Kesuksesan Itu Adalah Keberhasilan Meraih Prestasi Dunia.
Kesuksesan adalah keberhasilan seseorang dalam mencapai keinginannya / cita-citanya. Tapi di mata orang-orang kaya kapitalis, sukses itu adalah berhasilnya meraih jabatan dan kekayaan.
Padahal tidak setiap keinginan dan cita-cita manusia itu jadi orang penting dan kaya. Kesuksesan itu bisa berarti berhasil membina keluarga yang sakinah mawaddah, berhasil jadi orang baik dan shaleh, berhasil beribadah dengan khusuk, berhasil bersikap ikhlas, berhasil dalam kesabaran dan menahan amarah, berhasil berhenti merokok, berhasil hidup lurus dan istiqamah, dan lainnya.
Nah itulah sebagian dari ciri-ciri orang-orang pengejar kekayaan dunia.
Suka atau tidak, faktanya hasil kekayaan kita nanti kelak akan dihisab. Akan ditanya kekayaan tersebut darimana dapatnya dan kemana perginya?
Sekali lagi menjadi kaya tidaklah tercela dan dilarang. Silakan menjadi orang kaya. Tapi jadilah orang kaya yang Qanaah dan Tawadhu. Walau kaya tapi rendah hati, selalu bersyukur, gemar berinfaq dan bersedekah.
Orang Islam harus kaya! Agar bisa membantu perjuangan agamanya, agar bisa membantu saudaranya yang lemah dan miskin.
Tanya dalam hati anda, benarkah anda benar-benar ingin kaya agar dapat berbuat banyak untuk Islam?
Semoga kita termasuk orang-orang kaya yang Qanaah dan dijauhkan dari sifat hubbud dunya, mengejar kekayaan hanya untuk kepentingan dunianya saja. Aamiin.
Post a Comment