Pernahkah anda mengalami masa-masa sulit, saat memang di fikiran kita sudah tak ada lagi jalan keluar. Tapi ternyata tiba-tiba jalan keluar itu muncul sendiri dalam situasi yang menurut kita tak mungkin. Saya pernah mengalami, dan rasanya sangat takjub dan surprised. Kisah ini ingin saya tuangkan di blog tercinta ini, semoga bisa menjadi penyemangat.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Setelah Covid-19 menginfasi negeri ini, maka kesulitan demi kesulitan pun mulai dirasakan oleh warga, dari mulai kecemasan tingkat tinggi sampai rasa jengkel. Takut kena demam, batuk, sesak nafas, pulang kampung dilarang, lebaran tak meriah, PHK dimana-mana, sesak nafas karena selalu pakai masker, dan seabreg kesulitan lainnya. Dan kesulitan tersebut pun kami alami.

Yayasan tempat istri saya bekerja akhirnya mem-PHK-kan banyak karyawan mereka. Sejumlah orang yang menggantungkan periuk nasinya di yayasan tersebut terpaksa menerima kenyataan pahit termasuk istri saya. Dengan alasan yayasan tak sanggup lagi menggaji karyawan karena tidak ada dana akibat anak-anak sekolah terlalu lama diliburkan. Kami pun seolah tak percaya menerima kenyataan ini.

Padahal ya, kalau melihat fakta di lapangan, harusnya kita tak usah terlalu ketakutan setengah hidup sama si Covid ini. Pemerintah tak perlu menerapkan PPKM, jaga jarak, atau apalah, tak perlu meliburkan sekolah, tak perlu membatasi para karyawan yang bekerja, tak perlu mem-PHK karyawan dan lainnya. Tak perlu...!!! Bahaya Covid cuma ada di media, gegernya jatuh korban akibat Covid cuma ada di media, sementara di lapangan aman-aman dan tenang saja, INI FAKTA...!!!!!. Banyak orang yang sejak Covid sampai sekarang sedetik pun tak pernah pakai masker, mereka sehat-sehat saja semuanya. Banyak yang menderita akibat Covid bukan karena virusnya yang menular dan mematikan, melainkan akibat sejumlah aturan diterapkan yang membuat sulit warga.

Baiklah, kembali ke topik. Setelah peristiwa infasi Covid, maka praktis kami tidak punya penghasilan lagi kecuali dari dagangan saya, itu pun tidak bisa diandalkan. Sebelum Covid saja sepi, apalagi setelah Covid ada, makin tak menentu. Kami pun terseok-seok, mungkin kalau hanya makan masih bisa, tapi biaya-biaya ekstra seperti merawat kenderaan, sudah tak sanggup lagi. Dan si Hitam pun terancam kelangsungan hidupnya. Yang saya khawatirkan bagaimana kalau onderdil si Hitam sudah pada menuntut minta diganti? Alahmak, jangankan onderdil, bensin dan oli saja pun saya megap-megap menyediakannya.

Saat itu memang orderdil si Hitam masih oke, tapi sampai kapan bisa bertahan lama? Rantai, gir, ban dan jok sudah mulai wanti-wanti mengingatkan minta diganti. Sementara saya tak punya uang yang cukup. Meminta uang kepada emak, jelas tak mungkin. Meminta bantuan kepada adik, rasa segan dihati. Ya sudahlah nanti saja dipikirkan, pusing saya.

Pernah curhat kepada istri, supaya si Hitam dilego saja, daripada bikin pusing menambah banyak biaya pengeluaran. Tapi kalau dilego susah juga, apa nanti transportasi saya, alahmak paniang kapalo.....????? Jalan satu-satunya hanya minta sama Allah. Tiap habis shalat sunnah, saya selalu berdoa supaya diberi jalan keluar.

Akhirnya.... (lupa saya bulannya, tahunnya juga lupa-lupa ingat 😀) kalau ga salah di tahun 2022 tepatnya saat anak sekolah mulai aktif masuk sekolah setelah libur panjang akibat Covid. Disuatu ketika tiba-tiba dagangan masker saya mulai dibeli oleh anak-anak sekolah. Oh ya, saya dagang masker bukan karena latah karena mumpung Covid, karena sebelum Covid pun saya sudah berjualan masker, sarung tangan, dan lainnya.

Saya ga nyangka, dagangan saya terus diserbu anak-anak sekolah, ga hanya sehari, dua hari, tapi setiap hari. Awal-awal penjualan saya masih ga yakin kalau ternyata hasil dari penjualan masker bisa buat beli spare partnya si Hitam. Saya menganggap keuntungan masker cuma receh, mana mungkin bisa dikumpul buat beli spare part motor yang harganya sampai ratusan ribu. Eh ternyata bisa. Lumayan juga omset penjualan masker ini, pernah dapat keuntungan bersih 90ribu dalam satu hari. Disini kepercayaan diri saya mulai bangkit.

Dan begitulah saya ternyata bisa mengganti satu persatu spare part / onderdil motor saya. Bahkan membeli tambahan aksesoris baru untuk si Hitam. Dan selain itu saya juga bisa kasih uang untuk istri. Sebagian kebutuhan kami tercukupi. Senangnya tiada terkira, Alhamdulillah.

Ya, kalau menurut hitungan para pedagang kelas master (pebisnis kelas kakap), hasil dari penjualan masker yang saya dapat termasuk receh. Karena dalam hitungan mereka, omset jutaan sehari baru dikatakan berhasil / sukses.

Ternyata Allah Ar-Rozzaq memberi rezeki kepada hambaNya dengan jalan yang tak bisa diduga. Kita fikir tak kan bisa lepas dari kesulitan yang kita alami karena saking sulitnya, eh tahu-tahu gampang saja jalan keluarnya.

Disaat-saat tak seorang manusia pun yang mau tahu dan menolong saat kita dalam kesulitan, Allah lah yang menolong dan memberikan jalan keluar. Disaat kita segan atau malu meminta bantuan kepada manusia, Allah lah tempat kita mengadu, meminta, memohon pertolongan sepuas-puasnya tanpa kita merasa malu dan sungkan, sebab Dia Maha Mendengar dan Maha Memberi.

Kejadian-kejadian yang saya alami selama ini makin menguatkan saya bahwa Allah itu mengabulkan doa kita, Allah itu selalu ada untuk kita. Dan saya tak kan pernah melepas diri dari ketergantungan kepadaNya sampai kapan pun.

Mintalah kepadaNya kawan, sandarkanlah dirimu kepadaNya, jadikan Dia tempat satu-satunya kekuatan dan pengharapan untuk berjalan di dunia yang lebih banyak tak memihak kepada anda.

Post a Comment