(Si Hitam 125CCku yang ganteng, foto: dokumen pribadi)
10 tahun sudah si bebek hitam elegan ini mendampingiku dalam suka dan duka. Cukup lumayan panjang perjalanan si hitam wira-wiri membawa kami dalam segala urusan, dari mulai mengantar jemput istri kerja dalam segala cuaca, membawaku ke rumah sakit tempat istri melahirkan, membawa anak berobat ke klinik atau rumah sakit, membawa saya dan ibu belanja atau ke pengajian, jalan-jalan dengan keluarga, dan lainnya.
10 tahun sudah meski banyak trend motor berganti, dari mulai bebek merek lain dengan embel-embel injeksi, hingga trend motor masa kini yaitu metik (baca: matic) dari mulai bahan bakar premium, pertalite, hingga pertamax, dari mulai ban biasa hingga tubles. Semua itu tak kan bisa membuatku pindah ke lain hati, tetap setia dengan si bebek hitam kesayanganku ini. Iya dong, ga ada duit soalnya buat beli motor baru lagi, bkakaka.. 😀
Tapi beneran, dari semua motor bebek Honda di tahun 2012 kala itu, cuma si hitam ini yang memikat hatiku. Abis ganteng sih? Tampilannya sporty, kekinian, irit lagi, hingga sekarang ini pun masih tetap kekinian, ga bosan mata memandang. Itulah dia Supra X 125 bermesin karburator. Bahkan Supra X New 125 bermesin injeksi saja masih belum bisa menandingi ke-elegan-an si Batman yang irit ini. Makin lama bebek Honda makin cupu.
Bicara Supra X 125 karbu, sekalian saya sampaikan uneg-uneg saya di artikel ini, saat saya googling dan ketemu blog-blog otomotif khusus motor, mereka selalu banding-bandingin Supra X 125 karbu ini dengan merk motor diluar Honda, ya misalnya kayak Jupiter MX 135 cc, atau merk lainnya. Maka dibahaslah kelemahan-kelemahan Supra X seperti, stangnya terlalu ringan kalau diajak ngebut, kurang ngacir, kecepatannya aneh saat di gigi 3 ke 4, tidak kuat tanjakan, rem cakram kurang pakem, dan lainnya.
Tapi saat saya mencoba sendiri si Hitam dengan kecepatan tinggi di jalur lurus, mantap-mantap aja tuh, ga ada perasaan mau melayang karena stang yang ringan, dan saat masuk ke gigi 3 ga ada masalah, malah panjang nafasnya, mau over ke gigi 4 rasanya belum perlu, saking panjang nafas gigi 3nya si Hitam. Over all, it's oke, ga ada masalah. Si Hitam cukup kencang larinya, hingga jalan yang lurus dan panjang cukup hanya dengan gigi 3 saja, walau pun akhirnya saya over ke gigi 4, tetap makin oke larinya? So where's the problem? Rem juga sudah pas lah pakemnya, emang ingin lebih pakem, mau ngapain, mau slalom test?
Supra X itu didisain untuk motor keluarga, dan dijalan yang datar beraspal, bukan untuk ngebut-ngebut, bukan untuk mendaki. Jadi performanya ga ekstrim-ekstrim amat. Orang ga perlu geber motor sampai lari 120, lari 90 aja uda melayang-layang, dan itu pun berkurang kecepatan karena mentok di lampu merah, atau jalanan macet, rasanya jarang-jarang pengendara di kota sering-sering geber sampai kecepatan 80. Mau tabrakan ente? Jadi ga perlu stang dibuat berat. Kecuali di luar kota, atau memang track jalan lurus dan lengang, tapi ini juga kecepatan si Supra over all masih oke lah.
Secara keseluruhan Supra X 125 Karbu itu uda perfect, uda mantaplah. Disainnya sporty kekinian, bensin irit, CC sudah 125, apalagi? Jadi ga perlu dibanding-bandingin dengan merk lain yang memang spesialisnya buat ngebut. Ga nyambung namanya. Kapan sih bebek honda itu didisain untuk balap-balapan? Dari dulu sampai kini, bebek honda memang untuk motor keluarga. Pelopor mesin 4 tak itu ya Honda.
Oke sekian dulu bahas spesifikasi motor, ini bukan blog otomotif, nanti ada yang komplain, wkwk.. Let's back to the topic!
Dan kini gelar bebek si raja motor irit sudah turun tahta, digantikan si praktis metik.
Tak ada lagi tampak bebek-bebek yang mendominasi di jalan raya, kini mayoritas si metik lah menguasai jalanan, dari mulai model yang jadul sampai premium. Duh kasihan para bebek.
Tapi kesetiaanku tetap tak berubah dari tahun ke tahun kepada si hitam manis 125 cc ini. Sekalipun dulu pernah di tahun 2014 saya berniat ingin menukar tambah si hitam dengan metik Vario 125 cc. Karena sempat kesengsem dengan motor matic Vario ini. Tapi karena prosesnya ribet, harus nambah uang lagi, padahal tahun pembuatan si manis dengan Vario itu sama, enak aja saya harus keluar duit lagi, engga lah yaw? Uda gitu belum lagi nanti hsrus lapor ke Polisi kalau motor kita sudah dijual, agar tak dobel nanti bayar pajaknya, belum lagi tetek bengek mengurus pajak balik nama, wayoooouu, membuat saya urungkan niat melepas si hitam.
Keputusan saya tepat untuk tidak melego si Hitam, karena motor-motor jaman now baik metik atau non metik dengan sistem injeksi itu ribet, mahal di biaya perawatan, belum bahan bakar harus Pertamax, ban tubles, oli dobel, ga boleh kena banjir, ga boleh minyak rest, ga boleh batere soak lama-lama. Ribet dan mahal kan..??
Kalau si hitam mah tahan banting, mau banjir, mau minyak rest, mau batere soak, ngacir terus. Bertahun-tahun ga ganti busi, ga serfis, oli juga lama-lama gantinya, anteng aja tuh. Itulah yang membuat saya makin sayang sama si hitam ini.
Sempat juga sih si emak pengen ganti motor, uda bosen digonceng terus sama si hitam. Beliau bilang dituker aja sama metik Scoopy, biar beliau yang bayarin. Kontan saya ga mau, "Engga ah, ga mau gonta-ganti motor lagi, uda ga tertarik lagi sama motor-motor baru, lagian biaya motor metik itu ga murah. Si Hitam aja ngos-ngosan kasih makannya, gimana pula si Metik ini. Kaga dah, kaga.. Biar si Hitam aja!"
Dan semakin tak tergantikanlah si Hitam.
Saya termasuk tipe orang perawat barang, dari mulai HP, sepeda, motor, apa saja, maka barang itu pasti saya rawat baik-baik. Makanya motor saya itu seakan masih baru. Setiap si Hitam saya bawa ke bengkel untuk serfis, mekaniknya pasti memuji si Hitam. "Masih mulus keretanya bang?"
Apalagi sekarang si Hitam sudah kembali ganteng, dengan jok baru dan ban baru serta bagasi jepit. Kesemuanya itu membuat uang saya habis, tak sempat beli gamis, beli sarung HP baru, beli coklat untuk si kecil, ckaka 😀. Merawat si Hitam saja sudah ngos-ngosan, apatah lagi motor-motor jaman now yang mewah dan tehnologi canggih.
Makanya saya sering berfikir, motor-motor ini semakin canggih, semakin mahal segalanya, ya spare partnya, bahan bakarnya, perawatannya, pajaknya. Kecanggihan tehnologi diikuti dengan keribetannya. Tidak seperti motor-motor dulu, setiap keluaran terbaru, walau dibandrol harga sedikit mahal tapi masih terjangkau biaya perawatannya oleh orang ekonomi kebawah dan ga ribet.
Mungkin kalau saya mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang sedikit lumayan, saya mungkin ga akan beli motor baru lagi, cukup si Hitam saja diperbaiki dan didandanin. Setidaknya prioritas utama saya bukan beli motor baru, tapi mendahulukan kebutuhan lain yang lebih urgen.
Sekian dulu ngebahas si Hitam gantengku yang sudah berusia 10 tahun ini. Semoga terus makin ganteng dan awet muda. Ya kan Tam? 😀
Post a Comment