Setiap kali mendengar suara azan yang dilantunkan oleh suara sepuh terbata-bata, melihat bangunan madrasah Islam tradisional dengan keriaan anak-anak, atau sesederhana melihat papan nama masjid di perkampungan, saya sering merasa bahwa Islam telah cukup.
-- Islam yang Cukup

Kalis Mardiasih merisaukan fenomena beragama yang di tangan sebagian kalangan begitu eksklusif dan menyeramkan. Baginya, beragama seharusnya menyenangkan, dipenuhi kebaikan. Tidak sesak oleh amarah atau hasrat penaklukan.

Kebaikan-kebaikan itu ia temukan dalam praktik keberagamaan yang sederhana. Ia berbicara dengan orang-orang bersahaja, menyaksikan cara mereka mengamalkan kesalehan, dan menemukan Islam yang teduh di sana. Dalam dirinya, Islam tumbuh bersama dengan kegembiraan..

Kalimat diatas adalah proolog cover belakang dari sebuah buku karya dari seorang Kalis. Kalis Mardiasih adalah seorang blogger/penulis yang juga merupakan aktifis dari sebuah ormas Islam bernama Nahdhatul Ulama (pantesan aja). Dia juga merupakan istri dari seorang blogger/ penulis kondang.

Penulis yang katanya vokal dan kritis ini, aktif membela hak-hak anak dan wanita dari masalah kekerasan sampai kesetaraan gender (pantesan aja).

Nah disamping ngebelain kaum perempuan, dia juga aktif nyinyirin ummat Islam yang berislamnya secara kaffah (total). Salah satu bukunya berjudul "Hijrah Jangan Jauh-jauh Nanti Nyasar". Diatas itu kutipannya.

Menilik dari judul tulisannya saja sudah meninggalkan curigation yang sangat duaaalaaaamm. Saya kira apa itu makna "Hijrah Jangan Jauh-jauh", rupanya sudah ketebak, ujung-ujungnya mengkriminilkan keyakinan beragama.

Orang-orang kayak gini beragama hanya mau gampangnya saja. Apa yang dia lihat, apa yang dia rasa itulah kebenaran menurut dia. Beragama hanya modal warisan dari nenek moyangnya. Apa kata ustadznya, apa kata kawan-kawan komunitasnya itulah yang harus diyakini dan diikuti. Padahal belum tentu itu benar. Tolak ukur kebenaran itu mengkuti Qur'an dan Sunnah serta para ulama yang lurus.

Keyakinan yang sudah terlanjur terpatri dan mendarah daging dijadikan harga mati, tak bisa ditawar-tawar lagi. Jadi apa pun kebenaran/nasehat yang disampaikan dari luar kelompoknya, tidak dia terima. Beragama kayak ginilah yang picik dan dangkal pemikiran. Maunya nyalah-nyalahin orang, nuduh orang radikal, nuduh orang kaku beragama, padahal dia sendiri pun intoleran dan gagal faham tentang Islam. Nasehat orang yang sedikit tegas, dia anggap keras, menyeramkan. Wawasan keimanannya mentok hanya diseputar komunitasnya saja. Belajar agama pun mungkin setengah-setengah. Lihat aja jilbab si Kalis yang asal-asalan (masih menampakkan rambut).

Hijrah jangan jauh-jauh nanti nyasar

Kalau maksud si penulis: Jangan hijrah dan berguru kepada sembarang orang, lihat-lihat akhlaq dan aqidah agamanya. Jangan hijrah kepada pemahaman yang sesat. Nah kalau gini ane setuju. Memang seperti ini harusnya. Kita harus pilah-pilih untuk hijrah kemana? Karena banyak aliran sesat seperti Syiah, Ahmadiyah, Islam Liberal, kaum sesat lainnnya.

Tapi kalau yang dimaksud "hijrah jangan jauh-jauh" dalam artian mencurigai Muslimah yang berjilbab lebar dan bercadar, Muslim yang berjenggot dengan celana cingkrang, atau berislam dengan kaffah, membela Syariat agama dari penistaan, LANTAS semua ini dibilang hijrah yang kejauhan, JELAS INI SALAH KAPRAH...!!!

Ada Muslim yang meyakini Khilafah ajaran Islam dibilang radikal, tidak NKRI. Ada Muslim yang beramar ma'ruf nahyi munkar dituduh garis keras. Ada Muslim yang ingin mengamalkan sunnah Poligami dibilang kadrun. Ada Muslimah yang bercadar, dan Muslim berjenggot dituduh teroris. Ada yang ingin memurnikan agama dari segala penyimpangan dikatain Wahabi.

Berhijrah jelas tidak akan nyasar kalau yang difahami memang sesuai dengan apa yang Islam ajarkan. Dan kalau pun nyasar mungkin si pelaku hijrahnya yang terlalu berlebihan. Terkadang persepsi "nyasar" yang dimaksud sering disalah artikan. Istilah radikal, garis keras, takfiri dan eksklusif zaman sekarang ini sering dimaknai tidak pada tempatnya.

Sering ada Muslim yang memang tegas menyampaikan yang haq, tapi dia langsung mendapat predikat radikal. Contoh ada muslim yang memperjuangkan pemimpin yang Muslim dan menolak pemimpin kafir, ini diartikan intoleran, ada Muslim yang mendakwahkan Khilafah, ini diartikan radikal, ada Muslim yang beramar ma'ruf nahyi munkar menentang kesyirikan, judi, miras, lokalisasi dikatakan garis keras. Ini kan keliru besar? Ini yang namanya Islam Phobia.

Sebaliknya makna kesederhanaan, lemah lembut, menebar kasih sayang jaman now adalah berbaik-baik kepada orang-orang penista agama, pemusuh Syariat, bertoleransi dengan ikut merayakan ibadah non Muslim, dan lainnya, membiarkan kemunkaran, dan lainnya.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Dalam Islam itu ga melulu lemah lembut, santun, gemulai, toto tentrem raharjo kusumo. Islam juga mengenal tindakan tegas jika terjadi kezhaliman dan kemunkaran didepan mata. Islam juga akan berperang jika ummat Islamnya dimusuhi, dizhalimi. Ini semua adalah hal-hal kekerasan. Jadi Islam akan menempuh jalan keras jika diganggu / dizhalimi. Ada saatnya lemah lembut, ada saat keras (tegas). Yang kayak gini ini tak dilihat orang atau pura-pura ga lihat.

"Ente pernah ga lihat Rasulullah Shalallhu 'Alaihi Wassalam dan Sahabat perang? Pernah ga....?????"

"Apa ente fikir kemenangan dan kejayaan Islam di masa Rasulullah dan sesudahnya itu semata hanya dengan melihat anak-anak ceria, melihat papan masjid, senyam-senyum, lemah lembut, cengar-cengir, toleran sana sini?"

Masa iya sih jika Islam diganggu, dihina, dizhalimi, ummat Islamnya tetap senyum, damai, santun, legowo dan toleran.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Mbak Kalis, jika ingin bicara kritis, jangan setengah-setengah, jangan hanya ummat Islam yang tak sesuai dengan pandanganmu saja yang dikritik. Di kalanganmu di Nadhatul Ulama, banyak itu orang-orang intoleran, radikal dan takfiri (tukang tuduh), suka mengolok-olok ulama. Lihat siapa yang sering bubarin pengajian, siapa yang bakar bendera Tauhid beberapa tahun yang lalu, siapa itu yang ngebuly ustadz Khalid Basalamah soal wayang? Siapa yang merasa paling masuk syurga dengan ormasnya? Bukankah semua itu dari kalanganmu. Kenapa tidak bersikap kritis tentang hal ini. Jangan tahunya hanya mengritik ustadz Felix dan ustadz-ustadz lain yang tak sesuai dengan seleramu. Mengaca dulu kedalam. Kalau ente berjiwa kritis, nasehati orang-orang nyeleneh di kalanganmu dengan kelihayan bahasamu yang membingungkan itu.

Jika anda melihat ada Muslim yang berlebihan dalam beragama, seperti melakukan bom bunuh diri, berfaham takfiri (suka mengkafirkan), maka salahkan pelakunya, jangan anda kambing hitamkan keyakinan Islamnya. Jika ada yang sedikit vokal / tegas, jangan dikit-dikit teroris, radikal, garis keras..!!! Sepakat pelaku bom bunuh diri bukan dari ajaran Islam, apalagi membom di tempat orang-orang yang tak berdosa. Tapi tidak sepakat kalau tindakan tegas dalam Islam yang sesuai Syariat dikatakan radikal juga.!!!!

Jika ada yang memperjuangkan Khilafah seperti Hizbut Tahrir terlalu berlebihan dalam bersikap atau ada ormas FPI yang melakukan sweeping dengan niat amar makruf nahyi munkar, tapi mungkin caranya keliru, ya silakan anda tegur/nasehati, bukan antipati kepada mereka. Anda harus fair, sekeliru-kelirunya, mereka tetap Muslim, bukan preman atau begal sadis. Mereka hanya ingin membela dan memperjuang kehormatan agama, itu benang merahnya, itu poinnya. Jadi walaupun menurutmu keliru tapi kasih sayang / dukunganmu itu harus lebih besar ketimbang kritik / kebencianmu. Begitu cara menyikapinya.

Jangan kebalik, terhadap HTI, FPI, Wahabi/bencinya selangit tembus, setengah hidup karena berbeda pemahaman, tapi terhadap orang-orang liberal/munafik, orang-orang sesat, orang-orang kafir, orang-orang munafik, penista agama, dibela dan dirangkul. Apaan ini?

Ummat Islam itu dituntut untuk belajar agama, bahkan sampai ia wafat. Tidak ada kata cukup. Kalau hanya berbekal kesederhanaan masjid kampung dan suasana ceria anak-anak terus dijadikan tolak ukur kebaikan, ini rasanya aneh dan mengada-ada.

Berislam itu tidak sulit, tapi jangan jangan dimudah-mudahkan. Tidak sulit disini maksudnya ikuti saja contohnya dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam, sudah titik. Ada dikerjakan Rasulullah ikuti, jika tidak, tinggalkan. Jangan menentang Syariat yang memang ada ada dilakukan Nabi. Jangan juga menambahkan Syariat yang tidak ada dilakukan Nabi.

Hidup di dunia ini bukan untuk bergembira dan bersenang-senang, tapi untuk berlelah-lelah beribadah. Kita hidup terikat aturan agama, bukan sesuka-suka kita. Bersabar dalam ketaatan, sekuat tenaga menjauhi apa yang diharamkan. Tidak boleh pacaran, tidak boleh campur baur lawan jenis, tidak boleh curang/khianat, tidak boleh berzina, pandangan mata harus ditundukkan terhadap yang dilarang, dan lainnya. Intinya dalam Islam itu ga ada yang enak untuk hawa nafsu kita. Dunia itu penjara bagi orang mukmin.

Perintah agama bagi kita sering tidak masuk diakal dan tidak sesuai dengan keinginan kita, seperti:
  • Poligami
  • Istri yang harus taat kepada suami
  • Istri yang harus sabar dengan keburukan akhlak suaminya.
  • Wanita tidak boleh jadi pemimpin.
  • Wanita tidak boleh setara dengan laki-laki.
  • Laki-laki mendapatkan warisan lebih banyak ketimbang perempuan.
  • Tidak boleh mengangkat pemimpin kafir.
  • Dan lainnya.
Semua ini rasanya tidak bisa kita terima dengan nalar kecuali dengan keimanan.

Bagi yang fikirannya sakit, semua ini akan dibantah, ditentang dengan kebaperannya. Tapi bagi yang punya fikiran sehat, pasti berfikir semua amalan/perintah yang tak masuk di akal tersebut adalah bentuk ujian seorang hamba kepada Rabbnya. Mau tidak sang hamba tersebut menaati / mematuhinya. Sami'na wa Atha'na..!

Apa anda fikir masuk Syurga itu gampang? Enak betul manusia masuk Syurga dengan tanpa diuji. Berislam ini sebenarnya berat lho, sangat berat. Ini ga boleh, itu ga boleh, ini haram, itu bathil, dan lainnya. Jatuh bangun seorang hamba itu untuk bisa istiqamah. Bukan dengan berdamai-damai, melihat kesederhanaan masjid di kampung, melihat keceriaan anak-anak, terus masuk Syurga. Enak betul ente...???

Berislam yang benar itu bukan melulu damainya hati, bukan melulu lemah lembut, bukan melulu kesederhanaan. Berislam yang benar itu mengikuti apa yang diperintahkan Allah dan RasulNya.

Jika ada Muslim yang berdakwah dengan sopan dan santun, lemah lembut tapi apa yang dikatakannya itu adalah kesesatan, apa ente mau terima? Sebaliknya jika ada Muslim yang ceplas-ceplos, bicara kasar tapi apa yang dikatakannya adalah yang HAQ (kebenaran), terus ente langsung memusuhinya? Begini yang ente mau kan?

☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Jangan mudah terkesima/kagum dengan kemahiran seorang yang fasih berkata-kata (menulis). Kata-kata yang terlihat ilmiyah, hebat, memukau belum tentu itu adalah kebenaran. jika anda melihat seperti itu, teliti aqidahnya, komunitasnya, kepada siapa dia ber-wala dan bara (loyalitas)? Mudah saja kok mengenali orang seperti ini.

Penulis yang menulis deengan alur acakadul, ga enak dibaca, tapi jika yang dia sampaikan itu benar adanya, maka itu lebih layak diapresiasi ketimbang penulis hebat dengan segudang prestasi, tapi pemikirannya nyeleneh. Lebih baik bodoh tapi sadar degan kebodohannya, ketimbang pintar tapi minterin.

Semoga kita dijauhkan dari syubhat-syubhat / fitnah yang selalu dilontarkan oleh orang-orang yang alergi terhadap Syariat ini, aamiin...

Post a Comment