Orang kalau sudah benci, sedikit pun kesalahan akan tampak besar di matanya. Kesalahan yang kecil akan dibuat besar. Kritikan pun jadi tidak proforsional.

Ada sebuah meme beredar di medsos (FB) yang berisikan kritikan seorang ustadz Salafy terhadap ormas Muhammadiyah mengenai kepututusan 1 Ramadhan atau 1 Syawal (bisa anda lihat isi memenya diatas artikel ini). Ustadz tersebut mengkritik kebijakan Muhammadiyah yang tak mau ikut pemerintah dalam berpuasa dan berlebaran.

Status meme tersebut kemudian diekspos untuk dikritik balik oleh seorang (saya ga tahu apa profesinya, tapi terkadang orang memanggil dia ustadz). Orang ini sepertinya seorang Muslim beraliran garis lurus (moderat) tapi aktifitas medsosnya hobby menghibah kesalahan orang-orang Salafy. Status kritikannya bisa anda lihat dalam gambar screenshoot dibawah ini:


Dari nada-nada tulisan si ustadz moderat ini kelihatan lebih mengedepankan emosi, ketimbang menasehati, sehingga ada kalimat-kalimat kasar yang tak seharusnya di lontarkan.

Bila kita bandingkan antara isi meme si ustad dengan status kritikan si moderat tadi, rasanya masih terasa sopan kritikan si ustadz kepada Muhammadiyah. Tidak ada kata-kata kasar dan gelar-gelar buruk dalam kritikan tersebut.

Orang berhak menyampaikan kritik, sebagaimana si moderat tadi juga mengkritik orang. Ini negara demokrasi, orang bebas menyampaikan pendapat. Tapi disini terkesan hanya si moderat ini saja yang boleh mengkritik orang, Salafy ga boleh.

Isi meme si ustadz itu masih bisa diterima, masih dalam kategori kritik yang wajar, anda bisa lihat sendiri, coba baca isi memenya:

Penetepan 1 Ramadhan melalui Ru'yatul Hilal dan mengikuti pemerintah. Ormas apa pun dan sebesar apa pun, tak ada otoritas untuk menentukan kapan dimulainya puasa dan lebaran.

Tulisan di meme tersebut tak sepenuhnya salah. Kalau menurut saya memang ada benarnya juga. Kenapa begitu? Ya seidealnya, ormas, individu atau apa pun, harusnya ga usah mengurusi penetapan ibadah / perayaan agama segala. Ormas harus nya mengurusi urusan intern organisasinya. Dalam hal menentukan Ramadhan dan Idul fitri itu merupakan tugas pemerintah atau MUI, mereka yang berkompeten dibidangnya, bukan ormas atau yang lainnya.

Saya tanya sama anda, kalau bukan pemerintah yang menentukan keputusan ini terus siapa? Ormas A, ormas B, intitusi A, intitusi B, kepling, pak RT, pak RW, pak lurah, artis, ketua partai, orang tajir melintir, pelawak, pemusik...???? Coba jawab jujur, siapa yang lebih afdhal menentukan keputusan ini?

Ya tentu pemerintah bukan? Kenapa? Ya karena ditangan merekalah keputusan tersebut bisa diputuskan dalam satu suara, satu komando. Karena pemerintah dalam hal ini MUI punya kekuasaan / wewenang untuk itu. Dengan adanya satu keputusan, maka ummat Islam seluruh Indonesia ini bisa serentak menjalankan ibadah dan hari rayanya.

Seandainya pun pemerintah memberikan kebebasan kepada ormas atau siapa pun untuk menetapkan 1 Ramadhan / 1 Syawal, ya tetap juga ormasnya yang salah. Anda bayangin, seandainya setiap ormas, komunitas, individu ummat Islam di Indonesia ini memutuskan puasa dan hari rayanya masing-masing, kacau orang Islam ini. Ormas A berhak menentukan kapan puasa dan hari rayanya, ormas B, C, D, E juga berhak ikutan, pesantren A tak ketinggalan ikut memutuskan, pesantren B, C, D, E, F tak mau ketinggalan, partai Islam A juga latah mau mutusin puasa sama hari rayanya, yang lain B, C D, E kompak latah ikut mutusin juga. Jadilah Indonesia ini warna-warna, duh indahnya perbedaan dalam satu atap..!!!!

Bagus ga menurut anda begini???

Yang ada malah carut marut, centang perenang, orang Islam Indo ini ga ada lagi wibawa ukhuwahnya. Hancur persatuan kita sebagai orang Islam. Di negeri lain ummat Islamnya bisa satu keputusan dalam perayaan ibadahnya, sementara di Indo malah berbeda-beda. Ente ga malu dilihat sama ummat non Muslim, mereka bisa bersatu dalam perayaan ibadah, lha kita yang katanya mengedepan ukhwuwah, malah centang perenang.

Apa nikmat berpuasa dan berhari raya berbeda-beda seperti ini? Jawablah dengan jujur wahai kalian-kalian yang merasa bijaksana, dan merasa paling lurus..

Kalau ente ngejawab, ya enak-enak saja, why not? Yang penting kita bisa rukun dan berlapang dada dalam menjalani pebedaan ini.

Kalau ente jawab kayak gitu, berarti ente dari kecil sampe gede ga pernah merasakan nikmatnya beribadah dan berhari raya bersama-sama keluarga dalam kekompakan dan kebersamaan. Saya dan keluarga dari kecil terbiasa dalam kebersamaan dalam hal apa pun, termasuk berhari raya serentak bersama-sama dengan seluruh keluarga besar orang tua saya. Mungkin anda terbiasa dari kecil dengan segala perbedaan, sehingga tidak merasakan nikmatnya dalam kebersamaan.

Harusnya kaum Harokiyyun menasehati Muhammadiyah dalam masalah ini, bukannya malah ngedukung dan ngebelain. Kaum Harokiyyun itu bukannya menjunjung tinggi persatuan / ukhuwah Islam? Harusnya kalian yang lebih pas menasehati dalam masalah ini?

Secara fitrah, berpuasa dan berhari raya bersama-sama dalam satu keputusan itu lebih menyamankan hati ketimbang beda-beda. Kalau anda masih kekeuh dan ngeyel tentang masalah ini, berarti anda itu egois, sok moderat tapi mau menang sendiri.

Isi meme si ustadz itu masih wajar, masih bisa diterima, dan kalimatnya pun sopan. Bandingkan dengan status balasan dari si ustadz moderat tadi. Coba anda lihat, terlihat emosi, kasar, ada celaan dan gelar-gelar buruk. Malah di kata-kata terakhir dia mengungkit-ungkit masalah pembubaran kajian Salafy. Beginikah akhlak orang moderat?

Status yang kelihatan kritis, moderat tapi faktanya standar ganda dan mau menang sendiri

Saya kasih tahu ya, Muhammadiyah (MD) yang ente bilang toleran itu juga sering bersinggungan dengan orang-orang Islam kebanyakan. Ente pernah dengar ada orang MD yang ga mau datang dalam tahlilan, ga mau datang dalam pengajian wirid setempat, ga mau sholat kalo ga di masjid MD, hingga orang kebanyakan pun memfonis orang-orang MD itu sombong, aliran sesat, eksklusif. Apalagi di era sebelum maraknya dakwah Salaf, MD berdakwah cukup keras dalam masalah TBC.

Ente pernah lihat masjid MD dikepung warga non Muslim, karena ada ceramah ustadz MD yang menyudutkan keyakinan ummat non Muslim.

Ente tahu ga, kasus-kasus di beberapa daerah, dimana masjid MD direbut warga, bangunan dan plang dirusak? Setelah dicari tahu ternyata masjid MD itu awalnya punya warga Al-Washliyah (kalau di Jawanya: NU), yang kemudian dimakmurkan dan diambil alih oleh MD, dikemudian hari warga tak terima.

Jadi jangan cuma menyudutkan Salafy yang kajiannya suka dibubarin, MD pun pernah diprotes warga. Lagian tidak semua kajian-kajian Salafy yang dibubarkan karena faktor ustadznya yang suka mbid'ahi-bid'ahi orang. Sering juga yang membubarin kajian itulah yang harusnya disalahkan.

Jadi jangan ente fikir Muhammadiyah itu seluruhnya berkecocokan dengan ummat Islam kebanyakan. Ente piknik yang jauh dulu. Noh lihat di Aceh, MD disana dimusuhi warga. Masih ada gesekan-gesekan di beberapa daerah. Tidak semua ustazd-ustadz MD berdakwah yang adem-adem aja. Di daerah saya aja, beberapa ustadz MD itu masih keras dalam dakwah anti TBC. Masih keras mengkritisi tahlilan, wirid-wirid, dan lainnya.

MD itu dulunya kayak Salafy, kokoh dalam memberantas TBC, sekarang aja yang lembek dan melempem.

Jadi antum tak usahlah terlalu bela dan terlalu bela MD, juga jangan terlalu mencela Salafy. Di tiap-tiap komunitas itu ada yang ghuluw dan ada yang moderat.

NASEHAT

Kurangi aktifitas antum yang selalu menyalahkan-nyalahkan Salafy bahkan mencelanya, coba lihat aktifitas FB antum, lebih banyak kritikan dari postingan yang bermanfaat.

Antum terlalu mencela Salafy, setiap ada kesalahan dari ikhwah Salafy, cepat antum ekspos, tapi giliran ada kebaikan Salafy, antum ga pernah mengapresiasinya. Saat ada kesalahan Salafy, antum semangat mengeskposnya, giliran kaum NGANU yang melakukan kesalahan, ente ekspos sekedarnya saja. Giliran liberalisasi dan Syiah masuk ke tubuh MD, antum anteng, tenang-tenang saza bah.

Kalau sikap antum seperti ini, antum bukan orang yang moderat, bukan garis lurus, bukan orang yang inshaf, tapi HATER. Antum bukan mengkritik dengan tujuan memperbaiki tapi lebih banyak mencela untuk melampiaskan emosi. Orang kalau sudah kadung benci, sedikit pun kesalahan akan semangat mengghibahinya, jika ada kebaikan maka tak kan tampak di matanya.

Anda merasa tulisan saya ini salah, ya silakan, itu hak anda. Saya merasa pendapat saya juga berhak untuk dieskpos, lagian ini juga blog saya, terserah saya dong.

Semoga kita dianugrahi sifat adil / inshaf dalam menyikapi dan tidak saban hari mengkritik kesalahan orang.

Post a Comment