Sudah malas rasanya ikut nyoblos. Pengennya golput. Jenuh ane. Malas sudah lihat debat-debat di TV, bagiku itu cuma dagelan, mungkin aja juga sandiwara. Sudah ga tahu mana figur pemimpin yang benar-benar benar, lagi-lagi semuanya bercampur aduk. Yang baik dan yang buruk bercampur saling bersinergi seperti yang sudah-sudah. Beginilah democrazy.

Rakyat pun ditakut-takuti, kalau ga milih, bahaya. Nanti suara kita dicuri orang, dimanipulasi, bla..bla.. Maka keluarlah fatwa haram dari para ulama jika golput. Tapi selama ini tak ada apa-apa. Ya begini-begini juga.

Dari tahun ke tahun pergantian pemimpin selalu berstatus darurat, pilihlah pemimpin yang sedikit mudharatnya. Pemimpin yang katanya sedikit mudharatnya ternyata nyeleneh juga.

Dulu saya marah dengan sikap rakyat yang trauma / tak mau tahu tentang politik. Rakyat ini terlalu lugu, mau enaknya saja. Tak mau berikhtiar memilih calon pemimpin yang baik, inginnya dapat pemimpin yang instan, jika terpilih bisa segera sejahtera, harga BBM dan bahan-bahan kebutuhan turun, gampang mencari kerja, dan lainya. Mana lah mungkin.

Tapi sekarang saya maklum, rakyat tak sepenuhnya salah. Ada alasan kenapa mereka berfikir seperti itu. Rakyat ga neko-neko dengan kriteria calon pemimpin yang dipilih, mau darurat, mau berurat, mau konspirasi, mau baik, mau jahat, yang penting gue bisa dapat kerjaan, gue bisa kasih nafkah anak istri, gue bisa sejahtera. Kalau calon presiden itu bisa kasih gue kerja, oke gue milih.

Mereka sudah terlalu letih dipaksa berfikir cerdas dan kritis, terlalu lelah diiming-imingi janji, mereka sudah capek dengan pencitraan dan debat, bosan memberikan loyalitas. Setelah si politikus jadi pemimpin, tak ada kompensasi berarti untuk mereka.

Tujuan para politikus-politikus tersebut tidak lain tidak bukan, hanya ambisi mengejar jabatan dan kekuasaan, bukan untuk mensejahterakan rakyat. Bullshit semua dengan segala janji-janji dan pencitraan mereka..!!!

Tak heran jika banyak yang antipati terhadap politik. Trauma terhadap politik. Politik itu distigma negatif, kotor, busuk, penuh tipu muslihat, penuh intrik. Memang politik di negeri ini kotor, culas, tak disangkal lagi, begitulah faktanya.

Politik yang tanpa dipandu oleh Syariat agama adalah politik kotor. Politik kotor akan membawa pelakunya menjauh dari aturan agama. Para pelakunya akan melakukan apa saja demi ambisi, nafsu dan kekuasaan.

Politik kotor tak kan membiarkan orang baik naik jadi pemimpin. Kalau orang baik menjadi pemimpin, hilanglah syurga dunia mereka. Maka sekuat mungkin para pelaku politik kotor bahu membahu dengan para pendukungnya melakukan segala upaya agar menyingkirkan orang-orang baik yang beriman.

Bagaimana orang baik bisa menjalankan kebijakannya di tengah-tengah orang yang tak baik? Bagaimana bisa berkolaborasi yang baik dengan yang buruk? Bisa-bisa yang baik akan ikut arus orang jahat. Apalagi yang jahat mendominasi di segalanya.

Banyak orang yang mengelu-ngelukan orang baik yang akan dijadikan pemimpin di negeri ini. Dipuja dan didukung setinggi langit bak amirul mukminin darul islami. Seakan pemimpin tersebut seorang alim yang amanah, yang hafidz Quran dan imam shalat berjamaah. Lupa fakta kejadian tahun kemarin, pemimpin baik yang mereka elukan ternyata berujung kepada khianat dan memihak ke kubu lawan..

Di alam demokrasi baik yang sekuler mau pun semi sekuler, jabatan kepemimpinan itu bukanlah sebagai amanah tapi ambisi kekuasaan. Tak kan pernah ada cara-cara yang berkah dan halal dalam alam politik seperti ini. Semuanya dicapai dengan menghalalkan segala cara.

Di zaman dahulu, jika ada orang yang ditunjuk jadi pemimpin, maka orang tersebut segera beristighfar, menangis karena membayangkan beratnya tanggung jawab yang dipikul, membayangkan beratnya hisab yang akan dia pertanggungjawabkan kepada Allah.

Tapi di zaman sekarang. Orang-orang pada berebut ingin jadi pemimpin. Orang-orang pada berebut minta didukung dan dipilih. Semuanya minta doa restu, dikira mau nikah apa? Dan jika calon pemimpin tersebut terpilih, bukannya beristighfar, malah bersuka cita, berpelukan, euphoria, senangnya tiada tara kayak baru abis dapat lotere.

Dan lihatlah apa yang mereka hasilkan setelah memimpin? Hutang negara makin menumpuk, harga-harga melonjak naik, pengangguran semakin bertambah, kriminal makin menjadi, hidup semakin susah dan bencana alam pun datang silih berganti.

Saya hanya ingin memperingatkan kalian, wahai para pemburu kekuasaan dan jabatan. Kalian camkan baik-baik, jabatan yang kalian rebutkan itu bukan tempat melanggengkan kekuasaan dan mendirikan dinasti. Bukan tempat naungan kesejahteraan kalian. Jabatan dan kekuasaan yang kalian raih ada konsekwensinya, tidak akan berlalu begitu saja, walau pun jabatanmu sudah berakhir. Akan ada pertanggung jawaban di akhirat kelak.

Dari Ma’qil Bin Yasar Radhiyallahu anhu berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allâh untuk memimpin bawahannya yang pada hari kematiannya ia masih berbuat curang atau menipu rakyatnya, melainkan Allâh mengharamkan surga atasnya. [Muttafaq alaih]
Referensi : https://almanhaj.or.id/9481-ancaman-terhadap-penguasa-yang-curang.html

Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka” (HR Ahmad).

Kalianlah manusia yang pertama kali masuk neraka karena jabatan kalian. KALIAN INGAT ITU...!!!!

Post a Comment