Seorang anak kecil jika ditanya tentang cita-citanya saat sudah besar nanti, pasti dia akan semangat menjawab, "Saya ingin jadi presiden, saya ingin jadi dokter, saya ingin jadi arsitek, saya ingin jadi tentara!". Walau pun saat sudah besar nanti berbeda lagi cita-citanya. Yang jadi dokter, tahu-tahu jadi mekanik, yang jadi presiden tahu-tahu jadi guru, tapi paling tidak dia punya sebuah cita-cita yang berhasil dia wujudkan.

Ya, sebagian besar orang punya cita-cita. Kata orang, anak yang punya cita-cita itu bakal menjadi orang hebat, dan orang yang tak punya cita-cita maka dia tak kan tahu kemana arah hidupnya. Tak punya target, tak punya misi dan visi.

Dan kasihannya, saya rupanya dulu termasuk anak yang tak punya cita-cita tersebut. Sedari saya SD, sampai SMP, SMA, hingga kuliah, ga tahu apa cita-cita saya sebenarnya. Bahkan saat kuliah pun, saya tak tahu kenapa harus memilih fakultas ekonomi. Kuliah karena disuruh orang tua, ya jujur-jujur saja. Kalau dipaksa juga ditanya saat itu apa cita-cita saya, ya saya jawab aja berdasarkan suasana hati saat itu,

"Saya ingin punya pekerjaan dengan gaji besar agar bisa beli Playstation, saya ingin jadi musisi metal yang terkenal".

Namun itu semua bukanlah cita-cita, tapi hanya kesenangan / hoby atau trend sesaat saja.

Kadang saya malu lho, lihat anak-anak yang punya sebuah cita-cita, dan akhirnya berhasil dia wujudkan. Serasa saya ga ada harganya dihadapan orang-orang sukses kayak gitu. Orang punya impian dan keinginan agar besar nanti bisa jadi orang, eh saya malah jadi orang-orangan, hidup santai, apa adanya.

Hingga saya tamat kuliah dan kerja pun ga tahu juga apa cita-cita saya. Ya saya kerja cuma ingin dapat uang agar bisa melangsungkan kehidupan ini. Makanya orang lain uda sukses saya mah gini-gini aja. Entahlah...

Namun saat usia mulai menapaki separuh hidup, disitu saya mulai tahu apa cita-cita saya, bahkan cita-cita tersebut semakin kuat ingin saya gapai.

Apakah cita-cita itu...???

Ingin masuk Surga dan ketemu sama Allah Azza Wa Jalla.

Yup, cita-cita saya ingin sekali masuk Syurga dan bisa melihat Allah.

Dari ceramah-ceramah ustadz, banyak saya ketahui kenikmatan-kenikmatan Surga. Di Surga ga ada kesedihan dan air mata, di Surga ga ada iri dan dengki, di Surga ga ada lagi namanya capek, di Surga ga ada lagi namanya bosan, di Surga hanya ada kenikmatan. Kenikmatan itu tidak statis tapi terus bertambah dan abadi.

Coba bayangkan gimana rasanya kita bisa masuk Surga dan ketemu dengan Allah pula. Yang selama ini kita curhat sama Allah tidak bisa melihatNya, di Surga nanti kita bisa melihat dan berbicara denganNya. Itu kenikmatan tiada taranya Bro...!!!!

Ya, itulah impian / cita-cita yang ingin saya kejar.

Makanya di usia sekarang, saya sudah tak tertarik lagi dengan kemewahan dunia seperti motor baru, rumah baru, penghasilan baru dan yang baru-baru lainnya. Jika ada teman atau tetangga membeli motor mewah, rumah baru, dapat kerjaan hebat, ya biasa saja, istilahnya sudah hambar, ga ada rasa iri. Tapi jika ada yang bisa naik haji, atau pergi umroh, atau dia bisa istiqamah dalam ibadahnya, nah disitu saya iri. Apalagi kalau ada teman yang bisa berangkat ke tanah suci, saya iri lho, dia sudah bisa kesana, saya masih disini juga. Padahal ingin sekali bisa berangkat ke tanah suci.

Fokus saya sekarang nabung, investasi supaya bisa beli tiket ke Surga. Shalat wajib, shalat sunnah, puasa wajib, puasa sunnah, sedekah, berdakwah via medsos, menuntut ilmu agama, berbuat baik kesesama, mendukung yang Haq dan lainnya, itu semua investasi agar bisa dapat tiket ke Surga.

Setelah sekian lama kebingungan, akhirnya saya menemukan cita-cita saya di pertengahan hidup. Maka saksikanlah, saya bukan lagi orang kebingungan yang tak punya arah. Inilah impian, keinginan dan cita-cita saya.

Post a Comment