Media sosial (medsos) tiada disangkal memang sangat banyak sisi positifnya, bagi orang-orang yang mau mengambil nasehat / manfaat, seperti adanya grup-grup dakwah, akun-akun para ustadz / da'i dan para penuntut ilmu serta para medsoser Muslim yang giat menyebarkan ilmu dan wawasan agama. Ya, medsos adalah lautan ilmu. Bersyukurlah kalau anda bisa memanfaatkan medsos sebagai tempat mengaji.

Namun selain sisi positif, tak terelakkan banyak juga sisi negatifnya, saya tak bicara konten-konten porno, penipuan atau yang negatif lainnya ya? Kalau ini sih ga usah dibahas lagi.

Yang saya maksudkan negatif disini adalah aktifitas konflik karena perbedaan pendapat antara sesama ustadz, sesama aktifis Muslim, bahkan sesama manhaj. Dimana mereka saling mengkritik dan mencela untuk membuktikan siapa yang merasa paling benar pemahamannya.

Gelar-gelar jelek pun disematkan seperti khawarij, neo murjiah, ngustad, cebipang, Taimiyyun, dan lainnya. Kalau hanya sekedar berdebat / berdiskusi tak mengapa, tapi ini kerap menggunakan bahasa kasar, sering ada pembulyan dalam perdebatan di medsos ini. La haula wala quwwata, miris rasanya.

Lihat saja aktifitas status-status sebagian para ustadz, da'i dan penuntut ilmu, tiada hari tanpa kritik. Isi materi dakwah mereka hari-hari habis mengkritisi keyakinan orang-orang yang tak sefaham dengan mereka. Alih-alih memotifasi spirit keimanan orang, malah sibuk mengkritik dan memprofokasi, semakin miris aktifitas krtitik mengkritik ini berlanjut hingga di bulan Ramadhan.

Aktifitas kritik dan cela mencela tersebut sungguh tidak ada faedahnya menurut saya, hanya menggiring para komentator (apalagi para fans-fans masing-masing kubu) jadi semakin tak menyehatkan. Dari mulai kata-kata kasar sampai pembulyan. Memang netizen Indo ini suka kepo, tukang buly, merasa paling benar dan brutal.

Ada sedikit kasus konflik antara asatidz atau ustadz langsung disoroti, di screen shoot di status, di tag baru dibuly ramai-ramai. Bahkan seorang ustadz yang tak ada sangkut pautnya dengan kasus konflik tersebut ikut mengkritik. Mungkin karena saking dendam atau sakit hati dengan orang yang dikritik.

Begitulah medsos kawan, dimana arena pertempuran / konflik itu terfasilitasi, jadi begitu nikmatnya berperang dengan sesama. Jika ada status ustadz yang adem ayem maka sepi komentar, tapi jika status sang ustadz memprofokasi, semua komentator ngumpul dan ikut sumbangsih memberikan hasutannya. Inilah bukti bahwa kita itu suka berdebat, suka kepo dengan urusan orang lain.

Padahal ya begitu mudahnya untuk menghindar dari konflik yaitu jangan kepo sama urusan orang lain, jangan berteman dengan orang-orang yang tak sepemahaman.

JANGAN BERTEMAN DENGAN ORANG YANG TAK SEPEMAHAMAN JIKA TAK BISA MENAHAN EMOSI DAN BERSABAR!

Berteman saja dengan yang sehaluan, itu lebih sehat dan bermanfaat untukmu. Jika ada status-status menurutmu nyeleneh bukan dari temanmu yang kebetulan lewat di beranda medsosmu, langsung saja diblokir. Sudah, habis perkara, jangan kau baca-baca lagi.

Ga capek apa konflik terus, kritik terus...!!!! Hari-harimu lebih banyak kau habiskan untuk mengkritik, mencela daripada membuat status-status yang berfaedah. Kebanyakan mengkritik itu dikhawatirkan bisa jatuh kepada ghibah, dendam dan sakit hati. Benar kan?

Bukan tak boleh mencover / mengkritisi sebuah kesalahan. Tapi jika hari-hari kebanyakan mengkritik, apalagi kritikan disertai tendensi. Ditakutkan kritikan sudah kehilangan tujuan baiknya.

Kalau memang mengkritik itu banyak pahalanya, tentu ustadz-ustadz moderat yang berilmu dan berahklak kayak ustadz Firanda, ustadz Khalid Basalamah, ustadz Syafiq Basalamah, ustadz Nuzul Zikri dan lainnya pasti sering membuat status kritikan. Ustadz Firanda yang pernah ditahdzir saja ga pernah tu membuat status balasan khusus tentang tahdziran dirinya. Mereka itu sibuk dan fokus membuat status-status / konten nasehat dan kebaikan.

Lagian keseringan mengkritik akan membuat orang jenuh, apalagi itu-itu saja topiknya. Kalau memang kritik mengkritik tak menghasilkan apa-apa kecuali debat tak berujung, dendam dan sakit hati, bagus disudahi saja. Blokir saja orang-orang yang suka membuat naik darah tinggi di medsos. Pilih teman-teman yang sehaluan saja. Agar hati ini bisa sehat dan bisa termotifasi untuk lebih giat menambah amal jariyah.

Post a Comment