Apa kabar Sob, gimana hari rayanya? Hari Jum'at apa Sabtu? Kalau kami sekeluarga hari Sabtu aja, ikut pemerintah, selain mengikuti Sunnah, hikmah lebaran ikut mayoritas / pemerintah agar lebih semarak, semangat berlebaran bersama seluruh keluarga dan jiran tetangga.

Kalau ikut ormas, sepi Sob, lebaran serasa tak lebaran, tak ada keluarga datang, tak ada terdengar takbir. Esoknya saat mau shalat Ied, kita malah aneh sendiri pake koko, peci, lobe, sarung, mukena, bawa sajadah, ditengah orang-orang yang pada belum lebaran. Aneh tidak...?? Emang enak minoritas Sob?? Jelas ga enak. Ga selalu minoritas itu mewakili kebenaran.

Okelah kita kembali ke topik bahasan.

♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤

Protes atau perdebatan masalah penetapan hari raya yang berbeda antara Hisab dan Rukyat mulai bergulir di media sosial. Banyak yang mengkritik metode atau kebijakan Muhammadiyah terhadap penentuan Ramadhan dan Ied. Ya, publik mulai gerah atas sikap ego Muhammadiyah yang tak mau mengalah demi persatuan ummat. Bahkan ada langsung tanpa tedeng aling-aling mengatakan bahwa metode Hisab itu adalah bid'ah yang tak pernah dilakukan oleh Rasulullah, para Shahabat juga para imam mazhab. Uniknya tudingan bid'ah bukan saja datang dari kaum Salafy, tapi juga dari kaum NU yang sering dituduh bid'ah. Ironis kan?

Jika saya perhatikan para pelaku dan pendukung Hisab saat mereka dinasehati atau dikritik maka jawabannya diluar dari sikap hikmah. Sanggahan mereka selalu berputar pada 3 poin.

Poin pertama: Jika dikritik, mereka selalu membanggakan metode Hisab yang mereka lakukan, dengan menghubungkan ilmu astronomi, dengan semangat Al-Qur'an katanya (yang ini saya sampai sekarang masih heran, apa hubungannya Hisab dengan semangat Al-Qur'an, lha alih-alih syar'i, malah dituding bid'ah).

Poin kedua: Jika dikritik, maka mereka akan katakan: Kami tak mau ikut pemerintah karena pemerintahnya bukan Ulil Amri (penguasa yang memerintah dengan Syariat Islam). Pemerintahnya buruk dalam kepemimpinan yang adil. Metode Rukyah yang dilakukan pemerintah tidak syar'i (ada kecurangan), Menteri agamanya begini dan begitu. Dan sejumlah alasan konspirasi lainnya.

Poin ke ketiga: Jika sudah terdesak, maka jurus terakhir adalah memaksa orang dengan alasan ijtihadiyah, kebebasan berkeyakinan, toleransi, berlapang dada dan saling menghargai.

Cobalah anda kritik metode Hisab mereka, jawaban mereka pasti seputar 3 poin diatas.

Atau paling jauh mereka mencari-cari dalil pembenaran tentang Hisab, yang katanya Hisab tak ada dilakukan Rasulullah karena ummat zaman itu masih ummi (buta huruf), dan sekarang zaman sudah maju, maka saatnya memakai Hisab.

Begitulah...

Padahal ya.... Kalau mau jujur, alasan kenapa berhari raya ikut pemerintah itu simpel saja, ga usah ribet-ribet. ga usah bawa-bawa dalil dulu.

KENAPA KOK KAMU IKUT HARI RAYA DENGAN PEMERINTAH, KAN PEMERINTAHNYA ZHALIM, KHIANAT, GA ADIL, DAN LAINNYA..?

Maka Jawablah : SAYA IKUT PEMERINTAH KARENA AGAR PUASA DAN HARI RAYA BISA DIRAYAKAN OLEH SELURUH UMMAT ISLAM INDONESIA. INI DILAKUKAN AGAR TERCIPTANYA KENYAMANAN DAN PERSATUAN UMMAT.

LHA PEMERINTAH DAN KEMENAG ITU KHIANAT, GA JUJUR, BANYAK KESALAHAN, KECURANGAN DAN BLA..BLA LAINNYA. KOK MASIH DIIKUTI..????

Maka jawab saja: GA APA-APA, KALAU PEMERINTAH DAN KEMENAG SALAH, DOSANYA UNTUK MEREKA, KITA INI HANYA ORANG AWAM, HAL-HAL PENENTUAN PUASA DAN HARI RAYA MEMANG WEWENANG PENGUASA, BUKAN INDIVIDU ATAU KELOMPOK. INSYAALLAH KITA TIDAK BERDOSA. APALAGI TUJUAN KITA IKUT PEMERINTAH KARENA INGIN SUPAYA UMMAT INI BISA BERSATU. INI LEBIH MULIA. COBA APA HIKMAH UMMAT INI BISA BERPUASA DAN BERHARI RAYA SERENTAK? SUPAYA NAMPAK SYIAR PERSATUAN UMMAT ISLAM ITU DIMATA NON MUSLIM...!!!!

Jawaban yang logis, mudah dan masuk diakal bukan? Jadi tak perlu mencari sejuta pembenaran.

Tapi para pendukung dan pelaku Hisab ini ga kan pernah menjawab seperti jawaban barusan diatas..!!!

Mereka bela itu perbedaan mati-matian demi atas nama IJTIHADIYAH, TOLERANSI, MENGHARGAI, LAPANG DADA, DAN LAINNYA...!!!!

Dicari-cari dalil (yang mungkin itu) cocoklogi, dicari-cari negara-negara Muslim mana saja di dunia ini yang hari rayanya beda. Padahal cuma di Indonesia yang mayoritas Muslim lah, puasa dan hari rayanya berbeda.

Fenomena apa ini namanya...???

JELAS INI ADALAH EGOISME BERORGANISASI..!!!

Atas nama toleransi, mereka memaksa orang untuk berlapang dada. Padahal hakekatnya adalah berpecah belah, fanatisme kelompok. Merekalah yang tak berlapang dada, dan memaksakan kehendak.

Benar adanya ini adalah ego kelompok. Kalau mereka bersikap hikmah dan inshaf, pasti mereka rujuk /berdamai demi kemaslahatan ummat. Beginilah fenomena berorganisasi zaman now. Jadi persatuan yang selama ini selalu didengung-dengungkan hanya di bibir atau formalitas saja. Teriak-teriak bela ummat, bela persatuan, nyatanya dalam hal sekecil ini saja mereka tak mau menerima persatuan. Apa kata dunia...???

Nyatalah kalau berorganisasi itu dampak negatifnya lebih banyak dirasakan ketimbang positifnya. Katanya berorganisasi untuk bela Islam, tapi faktanya lebih banyak bela kepentingan organisasi ketimbang bela Islamnya. Loyalitas berorganisasi lebih besar ketimbang loyalitas berislam. Dalam titik ini saya bisa memaklumi mereka yang selalu bilang organisasi itu membuat ummat Islam terkotak-kotak / tersekat-sekat.

Apa pun kebenaran jika itu diluar keyakinan organisasi, maka wajib ditolak, atau minimal berasalan ini masalah ijitihadiyah. Dengan berlindung dibalik Ijtihadiyah dan atas nama menghargai keyakinan, maka mereka bermudah-mudah menjalani perbedaan tersebut. Beginilah keyakinan berkelompok / organisasi.

Anda mau setuju, mau tidak setuju, mau suka, mau tidak suka, inilah faktanya.

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1444 HIJRIAH. TAQABBALALLAHU MINNA WA MINKUM, MINAL AIDIN WAL FAIDZIN...

Post a Comment