(Pict by www.sumut.inews.id)

Ramadhan tinggal menunggu hitungan jam. Hari Senin insyaAllah kita sudah memasuki 1 Syawal. Dan kabarnya hari raya Iedul Fitri kita tahun ini serentak. Alhamdulillah, ini yang selalu saya harap-harapkan. Saya suka persamaan dan ga suka perbedaan. Sedih bila ummat Islam berpuasa dan berhari raya itu berbeda-beda. Ga enak dan ga nyaman, masa hari raya dua kali dalam sebulan, yang satu ikut Muhammadiyah yang satu ikut pemerintah. Apaan kayak gitu? Begitu pun masih ada juga yang pede dan bangga dengan perbedaan kayak gitu. Seolah-olah yang seperti itu sudah benar.

Gimana puasa sobat blogger semuanya? Tarawehnya, tadarusan, tilawahnya, shalat lailnya, dan ibadah-ibadah lainnya, semoga lancar lah ya?

Tapi tidak dengan saya, entah kenapa dari dulu saya ga bisa full khusyuk beribadah di bulan Ramadhan. Di bulan-bulan biasa bisa rajin dan khusyuk beribadah. Tapi di bulan Ramadhan berantakan semuanya, Taraweh tak bisa full di Masjid, baca Qur'an pun kadang terlewatkan dan tak khusyuk. Saya nyerah deh, nyerah. Saya bukan pemenang di bulan Syawal nanti. Ga pantas saya merayakan Iedul Fitri rasanya.

Sering iri kalau lihat orang-orang Islam lainnya bisa full Tarawehnya, shalat berjamaahnya, baca Qur'annya, shalat Tahajjudnya. Rasanya pengen seperti mereka. Nikmatnya bisa konsisten beribadah. Tapi apa daya, saya tak mampu, stamina yang tak lagi seperti muda dulu, dan penyakit Gerd yang selalu mengusik, membuat saya terengah-engah dan terseok-seok menjalani Ramadhan ini.

Karena faktor kelelahan, maka tak ada lagi rasa khusyuk, ibadah pun hanya sekedar gugur kewajiban saja, sedih rasanya. Makanya setiap di penghujung Ramadhan dan di malam Takbiran saya selalu menangis. Saya ingat, seunur hidup baru sekali maksimal menjalankan ibadah di bulan Ramadhan, Taraweh full sebulan penuh di Masjid (padahal 23 rakaat), puasanya aja pun bisa khusyuk, shalatnya dan lainnya. Ya itu dulu saat saya masih muda dan iman saat itu memang sedang diatas-atasnya. Rasanya susah untuk bisa diulang lagi.

Namun dalam keadaan seperti ini, ada saja yang membuat kesal. Para pegiat dakwah di medsos yang suka membuat status / meme yang bikin senewen. Saya tahu memang itu baik, karena itu dakwah untuk menyemangati, tapi karena dilakukan terus menerus dengan tema yang itu-itu juga, lama kelamaan ya kesal juga.

"PUASA MAKIN LAMA KOK LOYO?"
"TINGGAL SEPARUH JALAN, AYO GAAS POOOL, JANGAN KASIH KENDOR...!!!!"
"PUASA KOK BANYAK TIDUR...??"
Dan bla..bla lainnya..

Kadang saya berfikir, apa mereka ga pernah berfikir, gimana keadaan orang? Situasi dan kondisi orang itu kan berbeda-beda? Ada orang yang memang mudah capek, ada yang usianya sudah tidak muda lagi, ada yang sakit-sakitan. Belum lagi aktifitas kerja yang sangat berat, seperti kuli bangunan, tukang becak, cleaning service, kerjaan di lapangan, dan lainnya. Semua itu eksta menguras tenaga, meluluh lantakkan tubuh. Tidak berpuasa saja, semua itu sudah berat, apatah lagi berpuasa, ditambah dengan shalat berjamaah malam harinya, dan di akhir sepertiga malam bangun untuk shalat lail dan makan sahur. Abis sahur pergi ke Masjid untuk Shubuh,pulang dari masjid siap-siap berangkat kerja. Apa tak luluh lantak badan? Bahkan ada yang sakit / tumbang.

Mungkin para pegiat dakwah tadi mempunyai banyak waktu lowong, badan sehat, kerja pun ga begitu menguras tenaga, dan ada dana untuk membeli suplemen / herbal untuk mendongkrak stamina. Hingga bisa teriak gaaas poool dan berkata jangan loyo di bulan Ramadhan.

Bagaimana dengan orang yang miskin, tak cukup penghasilan, untuk makan saja susah, mau beli herbal pulak. Dikira obat herbal itu murah apa?

Iya, rutinitas ibadah seharian di bulan Ramadhan itu pasti butuh suplemen / herbal untuk menjaga stamina, apalagi untuk orang yang memang sudah terlanjur sakit. Darimana biayanya..????

Ibadah itu memang melelahkan, shalat berjamaah lima waktu berjamaah secara kontinu di Masjid saja sudah membuat lelah, belum lagi shalat lailnya. Diwaktu bulan-bulan biasa saja kita susah untuk shalat khusyuk, ga fokus, pikiran menerawang entah kemana-mana, apalagi di bulan Ramadhan dalam keadaan lelah pula. Jangan dikira khuyuk itu gampang. Tak kan bisa kita shalat terus menerus khusyuk. Shubuh bisa khusyuk, Zhuhur tidak, Ashar dan Maghrib tidak, Isya bisa khusyuk. Begitu seterusnya, dan itu bukan berarti ibadah kita itu asal-asalan atau ga fokus. Ga gitu juga brooo???? Faktanya khusyuk itu memang susah coy.

Shalat berjamaah 5 waktu di Masjid secara kontinu saja lelah lho, bagaimana pula dengan shalat Taraweh yang jumlahnya banyak sampai 11 - 23 rakaat, dilakukan dalam sebulan penuh? Dalam keadaan lelah sehabis berpuasa atau bekerja di pagi / siang / sore harinya. Pernahkah anda berfikir?

Dan kondisi ini makin dipersulit dengan sebagian Masjid-masjid yang mengadakan aktifitas-aktifitas saat Taraweh, seperti ceramah, pengumpulan infaq, penyampaian informasi, yang kesemuanya ini membuat semakin lamanya shalat Taraweh dilaksanakan. Dimana akhirnya pelaksanan Taraweh selesainya hingga jam setengah 10 malam. Kondisi badan yang sudah tak sehat, semakin lelah, membaca Qur'an pun sudah tak khusyuk. Bagaimana mau beribadah gass pollll.. Jangan katakan lagi, kok loyo..??!!!

Hanya orang munafik yang ngeluh beribadah di bulan Ramadhan. Orang beriman itu gembira menyambut Ramadhan karena bisa lebih dekat kepada Allah. Orang munafik itu ingin cepat-cepat agar bulan Ramadhan segera berlalu.

Saya tahu iman ente sudah di level top, mungkin level anda sudah setara wali hingga bisa terus khusyuk dalam segala kondisi. Sedangkan orang-orang yang jatuh bangun, terseok-terseok beribadah itu hanya bisa mengais-ngais recehan pahala. Janganlah menghukumi rata semua orang yang tak sanggup beribadah di bulan Ramadhan itu munafik. Kita ga tahu gimana keadaan orang, kita ga tahu isi hati dan keimanan seseorang.

Orang munafik yang sempit hatinya saat Ramadhan datang dan pengen cepat-cepat Ramadhan berlalu itu, biasanya orang yang tak pernah puasa, tukang maksiyat: zina, judi, orang yang hobby ke nightclub, karaokean, dan lainnya. Orang-orang seperti itulah yang tak gembira saat Ramadhan datang, karena di bulan Ramadhan mereka tak bisa melampiaskan hawa nafsunya, fasilitas-fasilitias bermaksiat sebagian besar ditutup.

Tapi orang-orang yang tak sanggup beribadah maksimal di bulan Ramadhan, bisa jadi memang mereka itu dalam keadaan sakit, kondisi kesehatan tak prima, dan lainnya.

Taraweh maunya cepat-cepat dan nyari masjid yang rakaatnya dikitan

Lha memang kenapa? Salah? Manusiawilah itu, nyari Masjid yang rakaatnya dikit agar bisa beristirahat. Buat apa lama-lama Tarawehan kalau malah menghilangkan kekhusyukan. Yang kayak gini ini biasanya jamaahnya hanya semangat di awal-awal, besok-besok menghilang. Dan dengan entengnya mereka bilang panas-panas tahi ayam.

Kalau memang bisa cepat selesai Tarawehnya dan bisa khusyuk serta konsisten dikerjakan, kenapa tidak? Buat apa lama-lama tapi ibadah ga khusyuk karena kecapekan. Ibadah lebih baik sedikit tapi rutin dikerjakan.

Semua ummat Islam pastilah gembira saat datang Ramadhan, termasuk orang awam dan anak-anak, hanya orang-orang yang berislam KTP saja (pembenci Syariat, tak pernah puasa/ puasa kadang-kadang, tak pernah shalat, hidup terus bermaksiyat) yang dadanya sempit saat datang Ramadhan. Adapun orang-orang Islam yang dari awalnya memang seorang yang taat dan tidak bisa menjalankan ibadah full di bulan Ramadhan bukan berarti dia itu munafik, bisa jadi dia sedang tak sehat, imannya sedang futur. Betul kan???

Saran saya untuk pegiat dakwah medsos, kalau mau memotifasi orang, sertakan juga tips bagaimana supaya orang bisa maksimal beribadah di bulan Ramadhan ini. Atau kasih semangat bagi yang memang tak mampu memaksimalkan ibadahnya. Jangan hanya bilang semangat, gas pool, kok loyo?

Maksud saya membuat tulisan ini bukan berarti sinis dengan para pendakwah, bukan berarti saya benci dengan aktifitas ibadah di bulan Ramadhan, Naudzubillah, semoga saya dijauhkan dari yang seperti itu. Ini hanya uneg-uneg dan sebagai masukan saja. Cobalah berdakwah memotifasi dari sisi kekurangan orang, bukan hanya teriak semangat berdasarkan kemampuan diri sendiri. Semangati ummat yang lemah agar bisa bergerak dari merangkak, berjalan hingga bisa berlari. Jangan ujug-ujug suruh orang berlari. Wallahu'alam.

Selamat Hari Raya Iedul Fifri bagi yang merasa pantas merayakannya.

Post a Comment