(Sumber gambar: tropilogy.com)

Belum lagi hilang dari ingatan nyinyirnya netizen tentang lagu Indonesia Raya, dan sekarang heboh tentang wayang. Lebih heboh dari pada masalah suara adzan yang dsamakan dengan suara anjing.

Sudah tahu kan, kalau Ustadz Khalid Basalamah Hafidzahullah (UKB) dibully netizen. Iya, masalah wayang. Dulu beliau juga pernah dibully masalah lagu Indonesia Raya.

Beginilah para awamer dan munafikun nyinyir bekoak-koak saat apa yang dia sukai/banggakan itu dilarang. Mereka ga mau tahu fikih bilang haram, yang penting menurut orang banyak itu wajar, ya sah menurut mereka.

UKB mengatakan budaya wayang harusnya ditinggalkan karena tidak sesuai dengan ajaran Islam. Pun begitu tidak ada unsur penghinaan atau ujaran kebencian dari potongan ceramah beliau tentang wayang. Tapi ada saja orang yang mencari-cari masalah.

Padahal ceramah beliau ini sudah lama, beberapa tahun yang lalu. Entah kenapa baru dikorek sekarang? Pengalihan isu itu bagaimana?

Satu negara protes (eh ga ding, cuma di pulau Jawa aja), kenapa ini diharamkan, kenapa itu dilarang, kenapa tidak sesuai dengan ajaran Islam? Semua pada ga terima. Orang Indonesia ini haram digugat kebudayaannya. NKRI harga mati katanya. Tapi giliran masalah agama yang dilecehkan, TENANG-TENANG SAZA BAH....!!!!!

Di mata orang awam, hal yang sebenarnya dilarang agama itu normal baginya. Contoh: Darmawisata ke Candi ga boleh, karena candi itu syiar non Muslim, musik itu haram hukumnya, wanita tak boleh pakai minyak wangi, wanita tak boleh pakai celana panjang, dan lainnya. Nah semua ini awam di mata orang awam. Jadi begitu dengar, langsung terkejut batinnya. Dan ga terima, marah. "Enak aja haram-haramin, emang lu Tuhan?"

Begitulah orang yang tak tahu hukum agama, yang buta fiqih. Yang kerjaannya hanya sibuk pada duniawi. Jadinya buta masalah agama. Sudahlah tak tahu, tapi ngegas. Harusnya kalau ga tahu itu nanya-nanya dulu, atau diam.

Wayang Itu Ga Haram

Disisi lain ada yang celoteh, wayang itu ga haram, katanya wayang itu hanya benda. Baik atau buruknya tergantung manusia yang menggunakannya. Wayang kalau dibikin positif bisa jadi bermanfaat. contohnya wayang islami.

Rasanya ribet sekali ya, apa-apa dilabeli islami. Tidak semua bisa dibawa islami, terutama yang memang berseberangan dengan aqidah. Kalau semua dipaksa-paksain islami, nanti ada juga istilah pacaran islami, sesajen islami, tarian islami, musik islami, maling islami, model islami, segala yang awalnya buruk dibawa ke islami biar jadi baik. Bagaimana jadinya?

Baiklah taruh kata wayang itu bisa dibuat islami sebagai dakwah. Masalahnya apa ada anak-anak muda sekarang yang hoby sama wayang? Saya mau nanya kepada orang-orang yang bilang wayang ga haram, karena wayang adalah bagian dari Indonesia..... Apakah anda penyuka wayang, apakah anda memang sering nonton wayang? Kalau anda bukan penikmat wayang, ga udah sok arif bela-belain wayang.

Saya tanya sekali lagi, adakah kebanyakan orang-orang sekarang suka nonton wayang? Adakah program-program TV sekarang ini yang getol menayangkan wayang? Ga ada kan? Nyaris tak ada peminat wayang. Gimana mau dijadikan daya tarik untuk dakwah? Zaman milenial yang nontonnya di Netfix, video streaming. Yang mainnya suka di TikTok, Youtube, Facebook, Instagram, Telegram, suka nonton Drakor, dan lainnya, masih aja gunain wayang untuk dakwah?

Helllooo... Uda keabisan media ya?

Saya lebih bangga jika Indonesia itu lebih tinggi nilai-nilai keislamannya, ketimbang nilai-nilai kebudayaannya.

Kalau mau berdakwah, ya langsung aja rekam suara dan video terus share di Medsos. Ngapain lagi ribet-ribetkan diri pakai budaya segala.

Apalagi wayang itu memang ga sesuai dengan budaya islami. Wayang itu aslinya adalah budaya Hindu, tokoh-tokohnya, ceritanya, musiknya. Bahkan pertunjukan wayang katanya ada yang pake ritual khusus. Sekalipun mau di islamisasikan tetap aja ga sinkron.

Selain itu wayang juga bernuansa magis, ga percaya, silakan koleksi tokoh-tokoh wayang dan gantungkan sebagai hiasan di rumah anda. Coba rasakan, pasti aura mistisnya lebih terasa. Nanti ada saja aktifitas-aktifitas diluar kewajaran seperti pintu bergerak sendiri, ada sekelebat bayangan, dan lainnya. Lha iya, wayang itu kan penggambaran mahluk hidup, meski dibuat ga mirip. Tapi tetap serupa patung atau boneka gitu. Yang kayak gituan tempat sarangnya jin. You know...???

Pagelaran Wayang Yang Brutal

Saya benar-benar sedih lihat pagelaran wayang yang sadis ini. Seorang ilmuwan agama yang santun dakwahnya, yang syar'i ilmu agamanya, dilecehkan.

Gus Miftah yang katanya tokoh agama itu membalas pernyataan UKB dengan menggelar wayang di sebuah pesantren miliknya. Pertunjukan wayang tersebut menjelek-jelekkan/memfitnah UKB. Mereka membuat wayang tiruan UKB lalu dimaki-maki, dipukul-pukuli. Bukan cuma UKB tapi ajaran Islam pun dilecehkan disini. Naudzubillah...

Beginikah katanya seorang tokoh agama yang bergelar Gus yang rendah hati? Beginikah yang katanya wayang sebagai sarana dakwah?

Mana yang lebih tinggi budayamu atau agamamu Boss? Apakah budayamu yang kau bela setengah mati itu nanti akan ditanya oleh Malaikat di alam kubur?

Alih-alih mau membuktikan wayang sebagai sarana dakwah, malah kalian telah merusak citra wayang yang kalian bela-bela itu. Dan orang-orang banyak sekarang pun makin tahu siapa yang benar, siapa yang keliru

Ketahuilah disini UKB tidak rugi sedikit pun, malah beliau mendapatkan banyak transferan pahala dari orang-orang yang mencelanya.

Puisi Gus Miftah Ga Nyambung

Ada yang menggelitik disini. Selain jengkel lihat video tersebut, ternyata ada gelinya juga. Si Gus Miftah ini sewaktu opening pagelan wayang membuat sebuah pusi untuk UKB. Tapi puisinya ga nyambung.

Gus Miftah berpuisi mengibaratkan UKB dengan iblis berjubah putih, bersorban tanpa noda, katanya iblis tersebut menghitamkan yang lainnya. Katanya lagi, hanya orang ningrat yang pakai jubah dan sorban, sedangkan orang jelata hanya pakai blangkon.

Oalah.. Gus.. gus... Gamis dan sorban itu busana orang Arab dan telah dipakai juga oleh orang-orang Islam di Indonesia sebagai sunnah, walau sorban dianggap hanya sunnah adat bukan ibadah. Jadi gamis dan sorban bukan simbol ningrat. Lagian UKB mana pernah pakai sorban? Ada-ada aja dah.

Dan ente juga serampangan memfonis orang dengan sebutan iblis. Padahal UKB itu seorang ilmuwan agama yang santun, ilmu beliau juga syar'i. Yang iblis itu siapa? Hati-hati perkataan ente bisa balik ke ente sendiri. Terus, apanya yang dihitamkan? Panci, dandang??

Dengan PeDe-nya si Miftah mengatakan dirinya itu seorang yang rendah hati, karena ga pake sorban dan gamis, hanya pake blangkon. Sejak kapan tanda-tanda orang tawadhu itu memakai blangkon mas? Orang Jawa ningrat juga pakai blangkon kan? Makin ga nyambung nih?

Puisinya si Gus Miftah ini ga tepat sasaran. Orang bilang A, dia respon B bahkan lari ke Z langsung. Duh ngaco dah. Kayaknya si Gus ga faham masalahnya

Seumur-umur ga ada tuh ulama manapun yang menyuruh orang-orang Islam diluar Arab untuk mengganti hewan tunggangannya dengan unta atau mengganti keseniannya dengan kesenian padang pasir. Ulama 4 mazhab mengharamkan musik bung, jadi walau kesenian padang pasir pakai gitar labi-labi, accordion dan biola tetap haram. Ga semua dari Arab itu mencerminkan ajaran Islam. Ampun dah..

Jadinya Si Gus ini kayak anak kecil yang ngamuk-ngamuk karena mainannya diambil oleh orang dewasa. Tahu kan kalo anak kecil marah itu gimana?

Sudahlah bung, budaya yang memang bertentangan dengan aqidah Islam jangan lagi dibawa-bawa ke islami. Maksain namanya. Dampaknya Islam nanti akan terkotak-kotak oleh masing-masing budaya ummatnya. Ga rugi kalau budaya itu ditinggal. Yang rugi itu kalau ga kenal sama Islam, ga mau belajar agama, ga mau baca Qur'an, dan lainnya. Orang yang lebih cinta kepada budaya ketimbang agamanya, maka dia belum benar-benar mencintai agamanya.

Toh agama Islam tidak melarang budaya, kalau memang sesuai dengan Islam dan tidak melanggar ajarannya silakan dipakai, kalau tidak sesuai, ya ditinggalkan dong. Hidup di dunia yang singkat ini untuk ibadah kepadaNya bukan untuk melestarikan segala budaya yang tak ada manfaatnnya untuk bekal akhirat. Jangan sampai kita mencintai budaya lebih dari agama kita.

Post a Comment