"Rumahmu dimana?"
"Di Marelan ustadz?"
"Ana juga orang Medan, ngaji dimana, siapa gurunya?"
"Ana Muhammadiyah, ustad?
"Ana seperti pernah lihat ustadz di Masjid Taqwa Marelan, apakah benar itu ustadz?"
"Oh bukan, ana bukan orang Marelan..
Bla.bla..
Diatas sepenggal percakapan saya dengan ustadz Maaher (Rahimahullah) saat saya suatu ketika mengomentari status beliau di FB beberapa tahun silam.
Pertama kali mengenal ustadz Maaher ketika di media sosial Facebook. Beliau yang petama kali mengirimkan permintaan pertemanan kepada saya. Bayangkan "orang top" mau mengirim pertemanan kepada saya yang orang kebanyakan. Mungkin beliau tahu akun FB saya dari akunnya Ustadz Waskito . Beliau juga berteman dengan saya di FB.
Nama kunyah ustadz Maaher waktu itu adalah Abu Husein At Tuwailiby yang dikenal di dunia medsos dengan inisial AHAT. Tulisan-tulisan beliau bagus, bisa membangkitkan semangat keislaman. Beliau punya website sendiri. Saya tertarik ingin mengcopas beberapa tulisan dia ke blog saya. Kejadiannya kalau ga salah sekitar tahun 2013 apa 2014.
Saat itu saya minta izin kepada beliau melalui inbox FB untuk menyalin tulisan-tulisannya. Tapi jawaban beliau sangat tidak simpati, sepertinya beliau keberatan. Kita sempat cekcok. Saya katakan kepada beliau, penulis top sekelas ustadz Waskito saja sama sekali tidak keberatan tulisan-tulisan miliknya dicopas dalam rangka menyebarkan kebaikan. Jawaban beliau malah bikin saya tambah panas. Begitulah, saat itu simpati saya berkurang. Langsung saya remove beliau dari pertemanan.
Eh ga berapa lama saya mendapatkan permintaan pertemanan lagi oleh beliau. Karena rasa amarah saya sudah hilang (saya bukan orang pendendam), dan mengingat sesama orang Islam (apalagi sehaluan) adalah saudara, maka saya terima pertemanannya.
Sejak saat itu beliau aktif di FB mengkritisi orang-orang nyeleneh dan sesat. Salah satunya adalah ISIS. Waktu itu ISIS lagi booming-boomingnya, pengikutnya banyak bertebaran di FB. Ustadz Maher dengan ciri khasnya yang blak-blakan dan frontal habis-habisan mengkritik para pengikut ISIS. Saya sering di mention oleh beliau dalam setiap status-statusnya.
Beliau orangnya blak-blakan kalau berdakwah. Keras dan tepat sasaran, hingga membuat panas kuping orang yang mendengar. Bagi saya no problem, malah saya menyukai dakwah tegas beliau kepada orang-orang penista Syariat. Bagi saya dakwah keras atau lembut sama saja, yang penting esensinya (isinya). Kalau yang disampaikan adalah yang Haq (kebenaran) sekalipun keras, maka akan saya dukung. Buat apa dakwah selembut sutra kalau yang disampaikannya adalah kesesatan dan kemunkaran.
Mungkin karena beliau adalah orang Medan asli sama seperti saya, jadi punya karakter keras dan tegas tanpa basa-basi.
Tapi orang-orang awam yang ngeyel dan nyeleneh gerah, segerah-gerahnyanya melihat sepak terjang Maaher. Beliau dikatakan punya akhlak buruklah, kasarlah dan lainnya. Maklumlah orang awam tahunya yang bagus itu di kulit doang, ga perduli walau isinya busuk sebusuk-busuknya. Padahal beliau kayak gitu, karena sudah terlalu kesal dengan para penista Syariat yang sudah kelewat batas.
Yang ga suka kepada beliau itu banyak, bukan cuma dari kalangan orang munafik dan kafirun tapi juga dari kalangan ummat Islamnya sendiri bahkan yang sehaluan. Ya karena banyak sebagian diantara para aktifis Muslim tidak suka terhadap akhlak beliau. Maka beliau itu sering dikritik bahkan dibully. Hal yang sama juga terjadi pada sahabat saya yaitu ustadz Waskito. Beliau ini juga pernah dibully oleh saudara sehaluannya karena perbedaan pendapat. Ini menunjukkan ummat ini belum siap untuk menerima perbedaan pendapat. Dan saya paling benci dengan yang namanya Bully.
Ustadz Maher insya Allah orang baik, kalau kita mau melihat seseorang itu orang baik atau tidak, maka perhatikan kemana dukungannya kepada agama dan ummat. Ustadz Maaher getol bersuara keras kepada kebatilan, kesesatan dan kemunkaran, tapi dia tak pernah sekalipun memburuk-burukkan orang yang baik agamanya di depan publik. Sikap kerasnya semata karena membela agama dan saudara seimannya.
Selamat jalan ustadz, walau pun engkau sering dicemoohkan dengan panggilan ustadz, tapi saya tetap memanggilmu ustadz. Karena dimataku, engkau memang orang berilmu dan fasih bahasa Arab. Semoga amal baikmu dalam membela agama ini menjadi penghapus segala kesalahan. Semoga dilapangkan kubur dan diterima segala amal kebaikan. Aamiin...
Post a Comment