Suatu pagi di kedai kopi bang Agam Aceh terlihat bincang-bincang 5 orang pekerja dengan masing-masing profesinya, ada kuli, ada montir, ada PNS, ada mekanik, ada karyawan pabrik. Mereka adalah Togar, Togog, Tole, Toge dan Togol. Karena masih terlalu pagi, tempat kerja masing-masing belum pada buka. Maka singgahlah mereka di kedai bang Agam untuk mengopi sambil bekoyok panjang lebar diselingi makan gorengan. Mari kita simak pembicaraan mereka.

Togar: "Gog, di medsos banyak kutengok orang-orang berdakwah katanya kerja di Bank itu haram. Imbasnya banyak yang pada resain dari kerjaan di Bank"

Togog: "Macam-macam saja. Orang bodohlah itu. Sudah bagus dapat kerjaan mapan, keluar pulak. Dikira nyari kerjaan itu gampang!"

Togog: "Itulah Gog, mereka resain karena takut makan dari hasil yang haram!"

Togar: "Memang keterlaluan juga yang fonis haram itu. Kalau haram, kenapa mereka masih pake Bank untuk transfer uang, kenapa masih pake ATM? Ga konsisten itu namanya?"

Togog: "Aku sepakat sama kau Gar, ga konsisten. Munafik juga itu kan namanya?"

Togar: "Bah, kan betul yang aku bilang, kalau mereka bilang haram, ya jangan lagi pake jasa Bank untuk segala keperluan mereka?"

Toge (sambil ngerokok): "Kita sebagai orang awam netral aja, ga usah fanatik kali, ga usah kaku dan terlalu keras. Ga usah merasa paling benar dan sok suci lah?"

Tole (sambil ngunyah bakwan): "Sepakat aku sama si Toge, debat masalah haram-Halal ga ada abis-abisnya. Dulu mereka bilang rokok haram, sekarang kerja di Bank haram. Semua haram sama mereka. Tinggal saja mereka di Arab sana biar ga ada yang haram lagi?"

Togol (pesan nasi satu bakul sama tahu 10 porsi): "Kalau mereka suruh orang semua resain dari Bank. Terus siapa yang kerja di Bank. Bisa-bisa Bank di isi oleh orang-orang jahat?"

Toge (sambil ngunyah, uda nambah 5 bakwan): "Kalau mereka mau resain suka hati mereka lah. Tapi segala harta yang didapat dari kerjaan Bank jangan digunakan lagi, mobil, rumah, motor, HP, baju dan lainnya. Jual aja, sedekahkah? Kan katanya haram, konsisten lah?"

"Hidup kok dibikin susah. Yang nyari duit kita, bukan hasil nyuri, rampok, korupsi dan mengambil hak orang lain, kok mereka yang ribut. Kalo mau bayar pake emas, mau nyari dimana negara pake mata uang emas?? Ampe lebaran kucing gak bakal nemu...!!"
"Hidup itu udah ribet, jadi jangan ditambah ribet!"

Togol (sambil pegang perutnya yang mules kekenyangan): "Setuju, setiap orang punya pikiran dan pendapat masing-masing. Nggak perlu ngurusin orang lain terus belajar untuk hidup yang lebih baik, cocok kan?"

"Serius kali kelen kutengok diskusi, macam yang udah pintar kali kelen masalah hukum agama? Ngomong-ngomong kelen bayar ga makanan dan minuman itu ya?"

Agam Aceh yang dari tadi diam saja mulai gatal telinganya mendengar bualan pengunjung kedainya yang suka ngutang itu. Bawaannya pingin jitakin pala mereka satu persatu pake panci.

Togar: "Ah kau Gam, macam tau kali pun kau masalah agama? Takut kali kau kalau kami ga bayar?"

Agam Aceh: "Ya taulah, aku biar gini-gini juga sering ikut pengajian. Biar ku jawab satu per satu pendapat-pendapat nyeleneh kelen tadi ya? Kelen simak baik-baik?"

☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Apakah orang-orang yang mendakwahkan haramnya riba Bank konvensional itu tukang ngurusin urusan orang lain, merasa sok suci, kaku, keras, dan bikin orang tambah ribet?

Gini ya, menasehati itu merupakan kewajiban seorang Muslim kepada saudara seimannya, agar saudaranya tahu mana yang baik dan yang buruk, mana yang halal dan yang haram, mana yang dosa, mana yang pahala. Dan tugas menasehati sesama Muslim itu telah diterangkan oleh Allah dalam Al-Quran dalam surah Al-Ashr, yang terjemahannya:

Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

Jadi mereka itu bukan dalam rangka mengurusi orang, bukan pula kaku dan keras, bukan juga mau benar sendiri. Paham ora son?

Dan kita yang dinasehati ga boleh ngeyel apalagi menentangnya. Itu namanya menolak kebenaran. Kalau belum bisa keluar dari keburukan, ya diam saja, jadikan bahan renungan.

Jika memang kerja di Bank itu haram, lantas apakah harus resain. Sementara kerjaan itu susah didapat. Anak dan istri di rumah mau dikasih makan apa?

Kalau anda bisa segera mendapatkan pekerjaan atau penghasilan yang halal, ya mestinya anda resain. Tapi jika anda belum mendapatkan pekerjaan / penghasilan pengganti (sementara anda harus menghidupi anak dan istri) maka silakan bertahan dulu di Bank tersebut. Nanti setelah sudah ada ganti pekerjaan yang lebih baik, maka anda bisa resain. (Wallahu'alam).

Jika Bank itu haram, maka yang dihasilkan dari Bank juga haram, seperti uang kertas, transaksi pengiriman uang, ATM, kredit di Bank, dan lainnya?

Gini ya, ga semua yang dihasilkan oleh Bank itu haram, ada beberapa yang dibolehkan seperti transfer uang, pengambilan uang di ATM dan lainnya. Tapi untuk kredit dari Bank sebaiknya kalau memang tidak darurat/mendesak, tak usah lah dilakukan.

Jika mereka bilang Bank itu haram, ya jangan lagi pake jasa Bank untuk segala keperluan mereka?

Ya ga gitu juga Boss! Kalau kita terjebak di suatu lingkaran keburukan, bukan berarti mutlak ditinggalkan, sepanjang kita belum bisa keluar dari lingkaran buruk tersebut dan masih bergantung dengannya, ya gunakanlah, ambil seperlunya. Ini namanya keadaan darurat. Contoh: uang kertas memang hukumnya riba, tapi karena tak ada alat pembayaran lain, ya terpaksa kita gunakan uang kertas tersebut.

Contoh lain: Bank-bank yang banyak bertebar di negeri kita ini bahkan di dunia adalah Bank konvensional, maka kita boleh gunakan jasa Bank konvensional (karena belum ada Bank yang syar'i), contohnya: untuk menyimpan uang di bank, ya boleh saja asalkan tidak mengambil bunganya. Ini yang namanya gunakan seperlunya. Tapi sekarang sudah ada Bank Syariah. Itu juga sudah lumayan kok?

Allah SWT tidak memberatkan hambaNya kok. Lha babi yang haram aja kalau dalam keadaan darurat (tidak ada lagi yang bisa dimakan) boleh dimakan. Allah Maha Tahu niat kita yang sebenarnya.

Kita sebagai orang awam dibuat nyaman aja, ga usah fanatik kali, ga usah kaku dan terlalu keras. Ga usah merasa paling benar dan sok suci lah!

Sikap orang awam itu justru tidak boleh bernyaman-nyaman dalam hal yang diharamkan. Apalagi masih dalam perdebatan para ulama (belum ada kata sepakat). Maka sikap kita sebagi orang awam adalah berhati-hati.

Kalau semua orang resain dari Bank. Terus siapa yang kerja di Bank. Bisa-bisa Bank di isi oleh orang-orang jahat?

Jika bicara jahat, kurang apa jahatnya sistem ribawi Bank konvensional itu? Lihat saja sistem ekonomi ribawi telah banyak menimbulkan krisis ekonomi, menimbulkan kesenjangan pertumbuhan ekonomi masyarakat dunia, menimbulkan inflasi, sistem ekonomi ribawi juga telah menjerumuskan negara-negara berkembang kepada jebakan hutang yang tinggi. Benar jua adamya, ekonomi ribawi itu tidak menumbuhkan ekonomi masyarakat tapi menghancurkan sendi-sendi perekonomian negara, bangsa dan masyarakat secara luas.
(kutipan: http://ejournal.uin-suka.ac.id)

Kalau mau resain, segala harta yang didapat dari kerja di Bank jangan digunakan lagi, mobil, rumah, motor, HP, baju dan lainnya. Jual aja, sedekahkan! Kan katanya haram, konsisten lah?

Gini boss, hijrah ke tempat dari yang buruk ke yang baik itu ga mudah, butuh keimanan dan pengorbanan tinggi juga. Ga semua orang sanggup melewati kehidupan kritis. Jangan lupa di dunia ini masih berlaku hukum sebab akibat. Rezeki ga gitu aja jatuh dari langaut tanpa ada upaya ikhtiar nyata dari manusia. Apalagi di negeri ini pekerjaaan susah didapat. Berdagang juga banyak yang gulung tikar. Semuanya butuh proses.

Jadi menurut saya, setelah resain dari Bank, harta/gaji yang selama ini didapat ga harus dibuang. Ya gunakan saja untuk kebutuhan hidup sehari-hari. (Wallahu'alam).

Hidup kok dibikin susah. Yang nyari duit kita, bukan hasil nyuri, rampok, korupsi dan mengambil hak orang lain, kok mereka yang ribut. Kalo mau bayar pake emas, mau nyari dimana negara pake mata uang emas?? Ampe lebaran kucing gak bakal nemu. Hidup itu udah ribet, jadi jangan ditambah ribet.

Yang bikin susah itu ente sendiri dengan komentar-komentar selevel anak TK (maaf ya). Hidup itu ya harus ribet, karena kita terikat aturan, baik aturan dunia maupun aturan agama.

Shalat itu ribet ga, puasa, zakat, pake jilbab, dan lainnya itu ribet ga?
Pake helm, bikin SIM, STNK, pake masker kemana-mana, ribet ga?


Segala bentuk kebebasan dan hawa nafsu kita itu terikat dengan aturan tadi. Kalau ga mau ribet ya ga usah hidup, atau hidup sesuka hatimu saja.

Padahal sejatinya Islam itu tidak menyusahkan ummatnya, ummatnya yang bikin susah sendiri (sudah diterangkan diatas).

Ini hanya tugas seorang Muslim memberikan nasehat kepada sesama, bukan mau nyampurin penghasilan ente.

Setiap orang punya pikiran dan pendapat masing-masing. Nggak perlu ngurusin orang lain terus belajar untuk hidup yang lebih baik

Kalau dalam urusan dunia kita boleh punya pendapat masing-masing. Tapi kalau berbicara hukum agama maka semua harus rujuk kepada Al-Qur'an dan Hadits sebagai sumber hukum. Kayaknya yang harus belajar itu ente Gol? Komenmu ngasal!

Kesimpulannya:

Dalam masalah hukum halal-haramnya Bank yang masih diperdebatkan ini, sikap kita sebagai yang awam berhati-hati bukan netral atau bernyaman-nyaman, apalagi mengolok-olok dan menentang orang yang menyampaikan nasehat tentang masalah ini.

Bagaimana pun Bank konvensional ini dalam faktanya lebih banyak merugikan nasabahnya ketimbang membantu. Itu saja sudah cukup bagi kita yang awam ini menilai bagaimana menyikapinya.

Jika pun kita masih tetap memakai jasa Bank ini bukan karena tidak konsisten akan kemudharatannya, melainkan karena memang tidak ada lagi pengganti yang lebih baik. Gunakan seperlunya jasa Bank ini dan berdoa, semoga kelak bisa berdiri Bank-bank yang lebih islami.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆

"Nah sudah pada tahu kan, jangan komen ngasal lagi, malu tahu? Bicara agama itu harus pake dalil atau pendapat ulama bukan pake logika ente. Kalau ga faham itu diam, nyimak saja!'.

Togar: "Wah, luas juga wawasanmu ya? Kenapa ga jadi ustadz aja kau? Belajar dari mana kau Gam?"

Agam Aceh: "Ya ngaji lah, makanya ngaji, jangan ngeblog aja...eh maksudnya jangan cuma cari uang aja yang dipikirin?"

Togog: "Ck..ck..ck, mantap kali kau Gam, ajarin akulah?"

Agam Aceh: "Cari ustadz sana untuk ngaji, saya bukan ustadz? Sekarang bayar itu kopi sama gorengan yang sudah kalian makan?"

Togar, Togog, Toge, Tole dan Togol pun nyengir.
"Utang dulu lah Gam, kek ga pernah berkawan aja kau pun?"

"Enak aja ngutang! Uda setumpuk utang kelen disini, mau ngutang lagi? Pas diskusi hebat kali mulut kau tadi. Tapi giliran ditagih bayar, Ngutang! Mau bayar ga...????"

Tak lama kemudian terlihat pemandangan seorang pemilik kedai kopi berlari sambil mengacungkan sapu ijuk, mengejar ke lima orang pemuda yang ga bayar makanan dan minuman tadi. 😀

End...

Post a Comment