Ide tulisan ini berdasarkan pengalaman saat membawa anak saya ke rumah sakit.

============

Dokter Yang Sombong

Entah kenapa saat membawa anak ke rumah sakit, kami selalu bertemu dengan dokter yang belagu/sombong. Dokter sombong yang sama sekali tidak ada memberikan semangat kesembuhan kepada pasiennya.

Seperti saat ini (5 hari yang lalu), kami membawa anak kami ke rumah sakit. Kami disarankan dari dokter anak yang pertama untuk menemui dokter spesialis bedah anak di rumah sakit yang lainnya.

Sebenarnya sehabis Ramadhan yang lalu sudah seharusnya kami membawa si kecil ke rumah sakit. Namun Qadarullah adanya peristiwa pandemi virus Corona yang membuat kami menangguhkannya sampai saat ini.

Dengan memohon doa, kami membawa anak kami ke rumah sakit milik pemerintah yang juga rujukan Covid-19 ini.

Dan bertemulah kami dengan sang kodok, eh sang dokter, setelah menunggu cukup lama. Kemudian ditanyalah oleh si dokter: ada masalah apa?

Saya katakan anak saya menderita INI dan ITU (maaf penyakit anak tidak saya sebutkan).

"Kita tangani yang INI dulu ya, kalau yang ITU bisa belakangan, karena yang INI lebih berbahaya" Kata si dokter.

Yang namanya pasien kan ga salah kalau bertanya-tanya hal seputar masalah sakit anaknya ke pada dokter yang menanganinya. Setuju apa tidak?

Maka bertanyalah saya:

"Dok saya mau tanya, menurut yang saya dengar, katanya kalau anak yang usianya sudah dua tahun lebih, apakah terlambat untuk di operasi?"

"Anda dengar itu dari mana?" tanya si dokter.

"Dari internet dok, dari situs dokter ?" jawabku lagi.

"Anda percaya dengan saya atau internet? Saya ini dokter dan sudah bertahun belajar?!" si dokter mulai emosi.

"Sekarang saya tanya sama anda, anda belajar agama darimana, dari internet?" si dokter mulai ngegas pool.

Padahal pertanyaan saya lebih kepada kekhawatiran kepada anak, bukan untuk menguji atau menggurui si dokter. Tapi dokter yang sombong ini sudah keburu tersinggung dan emosi.

Jika saja si dokter mau bersabar dan lebih mendengarkan, tentu tidak terjadi kesalahpahaman ini.

Sungguh, jika saja tidak memikirkan anak, sudah keluar kata-kata kasar saya kepada dokter sombong ini, mungkin saja tinju saya pun melayang.

Kami yang awalnya sudah cemas memikirkan anak kami, malah tambah ga karuan dapat sambutan yang kasar kayak gini.

Jiwa sombong saya terusik. Kalau si dokter mau debat masalah agama, ayo saya ladeni. Sampai dimana ilmumu? Mau tahu saya?

Apa yang dia katakan bahwa belajar dari internet itu terlarang, itu sama sekali tidak benar. Ketahuan picik cara berpikir dokter ini.

Benarkah Belajar Dari Internet Itu Dilarang?

Siapa yang ngelarang, sini saya tonjok mukanya pake mesin bubut!

Belajar sesuatu dari internet tidak dilarang, malah bagus. Internet itu jendela dunia yang bisa membuka cakrawala wawasan pengetahuan kita. Sama seperti membaca buku, semakin banyak kita membaca, semakin bertambah ilmu pengetahuan.

Tidak semua yang ada di internet itu hoax dan menyesatkan. Banyak juga informasi yang benar, akurat dan yang lurus. Maka membuka internet dan mengakses hal-hal yang positif tadi sangat besar manfaatnya untuk pengetahuan kita.

Hanya saja ada yang harus diperhatikan sebelum mencari informasi dari internet. Segala sesuatu, apapun itu yang namanya berlebihan tentu tidak bagus. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan?
  1. Tidak boleh menerima mentah-mentah apa yang ada di internet
  2. Belajar sesuatu dari internet tidak boleh dari dasar, apalagi tentang masalah agama. Kita harus mengetahui dulu dasar masalah yang dipertanyakan. Artinya kita sudah punya pengetahuan terlebih dahulu tentang masalah tersebut.
  3. Internet ibarat buku. Tidak semua hasil tulisan/perkataan tersebut bisa dipertanggung jawabkan. Maka pilih sumber-sumber mana yang bisa dipercaya.
  4. Jangan hanya membaca dari satu sumber, tapi baca sumber-sumber lainnya, agar bisa sebagai pembanding dan penguat.
Yang namanya belajar itu ga harus pemula. Yang sudah berpengalaman bahkan yang profesional pun tetap terus belajar. Karena belajar itu tidak ada istilah berhenti. Jadi tidak salah istilah: belajar dari internet.

Berapa banyak orang yang mendapat hidayah dari internet?
Berapa banyak orang yang mendapatkan solusi dari permasalahannya dari internet?
Tidak sedikit bukan?

Internet tidaklah tabu untuk diakses untuk kepentingan kita. Internet itu sama saja dengan dunia nyata. Dua dunia ini sama-sama ada kebaikan dan keburukan. Resikonya juga kurang lebih sama.

Apa anda pikir belajar dengan guru dalam di dunia nyata dijamin dapat pemahaman yang lurus??
Apa belajar di dunia nyata dalam bidang apapun dijamin dapat pengetahuan dan wawasan yang luas??

Belum tentu BOSS????

Di dunia nyata juga ada orang yang cerdas dan ada yang picik wawasannya, ada orang yang baik dan buruk, ada yang lurus dan sesat. Jadi kita juga kudu selektif mencari guru atau mencari tempat belajar.

Bagi yang tak bisa mencari informasi di dunia nyata, maka internet bisa sebagai alternatif untuk mencari jawaban pertanyaan kita. Di internet kita bisa bergabung di grup medsos, forum, blog, instagram, WA dan lainnya. Disitu kita bisa berdiskusi dengan rekan-rekan sepelajaran dan sepemahaman dari seluruh tanah air bahkan dunia. Disana kita mendapatkan ilmu yang tidak kita dapat dari dunia nyata.

Di dunia nyata walau ada orang pintar setinggi langit tapi jika hanya berkutat di komunitasnya saja, bisa dipastikan dia miskin wawasan. Seperti katak dalam tempurung.

Dunia nyata dan internet masing-masing ada kekurangan dan kelebihan. Disana ada juga kebaikan dan keburukan. Tinggal kitanya saja yang menyikapinya secara proforsional.

Memang sejatinya kita harus belajar di dunia nyata melalui guru (yang ahlinya). Tapi belajar di internet juga bukan mutlak terlarang. Dua-duanya bisa saling bersinergi.

Untuk dokter sombong tadi. Semoga anda mendapatkan pengalaman berjumpa dengan orang yang sama sombongnya dengan anda, agar anda bisa tahu bagaimana rasanya disombongi orang?

Post a Comment