Masih diseputar tema Covid19 alias Corona. Soanya banyak yang harus dikritisi sikap dan pola fikir orang-orang +62 ini ditengah merebaknya virus.
Kedegilan bangsa +62 ini memang bikin ngelus-ngelus dada. Di kasih aturan ga ditaati malah dilanggar. Bayangkan daerah sudah zona merah karena Covid19, korban sudah banyak dan pemerintah melarang mudik, eh masih aja mudik, disuruh pake masker ga mau, masih aja suka berkerumun, ngumpul dan tak menjaga jarak.
Sama saja dengan kaum religiusnya, disuruh untuk shalat Jumat di rumah oleh MUI untuk memutus rantai penularan virus malah protes, MUI yang disalahkan. Yang shalat Jumat di rumah malah dituding yang tidak-tidak, dibilang munafiklah, penakutlah, masa sama bencana harus berani, pesong ga tuh?
Begitulah degil, bandel, ngeyel dan nyinyirnya manusia negara +62 ini.
Sudah tahu ini bencana skala global pandemi wabah virus, sudah tahu bagaimana sifat virus yang penyebarannya sangat cepat dan belum ada obatnya ini, sudah tahu korban banyak berjatuhan, masih aja degil, cari-cari pembenaran, bandel kayak anak TK.
Apa perlu ente yang jadi korban?
Kalau ente sendiri yang jadi korban masa bodohlah situ, asal sakit ente jangan tularkan ke orang! Jangan merugikan orang lain.
Apa sih salahnya sekali-sekali ga mudik, apa segitu vitalnya kalau ga mudik? Apa ga takut ente terinfeksi saat dalam perjalanan pulang dan balik?
Saya tahu anda rindu ingin mudik untuk berkumpul / sungkem dengan keluarga. Saya juga tahu mungkin tak ada yang bisa dilakukan di perantauan hingga membuatmu ingin kembali ke kampung pasca situasi wabah ini.
Tapi... tolong juga pikirkan nasib keluargamu, nasib orang-orang di kampungmu sekiranya engkau tertular di tengah perjalanan. Apalagi tempat perantauanmu adalah zona merah yang paling banyak kasus penularannya.
Ujung-ujungnya ente nyusahin orang, sampai di kampung halaman ente harus dikarantina. Ayolah sekali-sekali ga usah mudik, lagian kalau pun ente bisa mudik juga ga bisa kemana-mana? Lagi wabah begini?
Atau kalau ente mau ngotot mudik, jangan naik angkutan umum, tapi naik mobil pribadi/motor, ini lebih relatif aman. Setidaknya bisa menghindari kerumunan/keramaian orang.
Janganlah egois kawan, jangan merasa paling berani padahal anda tu paling penakut. Jangan karena kegoisan anda, orang lain yang jadi korban. Berhentilah sejenak jadi seorang mujtahid, berhentilah sejenak jadi seorang kritikus, mari kita fikirkan nasib warga negeri ini.
Kalau anda merasa orang yang tidak takut mati dan menganggap kami yang takut mati, silakan anda inginkan kematian itu sekarang juga kalau anda merasa tak takut?
Kami takut mati karena dosa. Kami punya anak kecil, istri dan orang tua yang daya tahan tubuhnya tidak sekuat anda. Kami bukan merasa ingin hidup di dunia selamanya dalam kesenangan dunia ini. Kami tidak takut seperti yang anda perkirakan, karena kami tidak memborong masker, hand sanitizer dan menyemprot kesana kemari disenfektan saat wabah mendatangi, kami tidak sebegitunya Boss!!
Bagaimana pun hidup itu lebih baik dari kematian. Lagi pula siapa yang ingin mati dterjang virus, saat sakit tak ada yang menemani sampai di liang lahat. Naudzubillah...
Mari kita ikuti anjuran pemerintah untuk sekali ini aja, saya juga tidak pro penguasa tapi untuk bencana kali ini kita harapkan bisa satu suara. Umat Islam jangan lagi gontok-gontokan saat pandemi gini. Kita ikuti arahan ulama demi kemaslahatan kita bersama. Apa kalian tidak malu dengan umat non Muslim yang bisa kompak saat dinasehati tidak ibadah ke gereja hanya via online, itu mereka terima. Sedang kita masih aja gontok-gontokan, ribut dan debat tak ada habisnya.
Yang religius yang awam mari fokus menghadapi wabah virus ini.
Mari jangan jadi orang egois...!!!!!!
Post a Comment