Apa Itu Debat?
Debat merupakan kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. (kutipan dari Wikipedia)
Saya copas aja, malas saya bikin defenisi sendiri 😀
Zaman now orang sangat hobi berdebat apalagi ini eranya internet/media sosial (medsos). Dimana kesempatan untuk berdebat lebih besar dan lebih terfasilitasi. Berdebat itu menyenangkan untuk kebanyakan orang apalagi kalau bahas tentang politik dan agama. Wuih gaas pooooll..!!!
Siapa yang paling jago berdebat dia hebat (apalagi kata-kata yang dia gunakan itu pake bahasa linggis yang sering digunakan pakar-pakar debat di TV-TV itu, biar dianggap intelek, kesannya dia jenius dan piiiintar sekali). Dan yang kalah/ngalah dalam berdebat dia dianggap keok.
Jaman now berdebat itu kebanyakan cuma kesenangan bahkan hobi. Tidak ada hasil dari berdebat kecuali KALAH dan MENANG. Itu yang banyak saya temui di lapangan. Yang kalah merasa sakit hati dan yang menang merasa terpuaskan hatinya. Yang parahnya pelaku debat kedua-duanya minim ilmu dan wawasan serta tidak bersikap hikmah. Alhasil debat menjadi konflik dan berujung kepada pembuliyan.
Apa Tujuan Kita Berdebat?
Coba saya tanya kepada anda, jujur apa tujuan anda berdebat?
- Ingin menjatuhkan lawan anda semata?
- Adu ego?
- Kepuasan batin?
- Ingin melatih dan menunjukkan anda itu pintar dan jago beropini?
- Ingin meramaikan khasanah perdebatan?
- Ingin berbuat rusuh dan membully?
- Dan lainnya.
Berdebat itu banyak manfaatnya jika bisa mengikuti aturan-aturan yang sudah ditetapkan.
Anda tahu Dr Zakir Naik?
Kalau ga tahu silakan cari di Google?
Beliau ulama dari India, beliau sering berdebat dengan pemuka-pemuka non Muslim tentang keyakinan agama. Banyak dari lawan-lawan debat beliau yang masuk Islam karena merasa tercerahkan. Kenapa? Karena beliau bukan hanya sekedar menguasai materi yang didebatkan tapi juga memahami ilmu debat itu sendiri. Beliau memang memahami apa tujuan dia berdebat. Yaitu untuk membela kebenaran Islam dan mengajak orang masuk Islam. Bukan untuk sekedar adu kuat-kuatan hujjah.
Coba bandingkan dengan debat-debat disekitar kita.
Contoh: Debat antara netizen Indonesia dan Malaysia yang berujung keributan dan caci maki. Hanya gara-gara harga diri negaranya yang dianggap dilecehkan. kedua belah pihak rela perang. Padahal solusinya gampang, yaitu jangan dengarkan PROFOKATOR!. Orang-orang Indonesia dan Malaysia yang kebenciannya melewati batas tak usah dihiraukan. Masih banyak dari warga Indonesia dan Malaysia yang sehat fikiran dan hatinya yang mau saling memaafkan yang menganggap kedua belah pihak adalah saudara seiman. Jadi lihatlah yang sehat-sehat dan yang baik-baik saja. Simpel kan?
Berdebat itu bukan hanya jago bersilat lidah dan menguasai materi, tapi juga harus punya sikap lapang dada, punya sikap hikmah, mendiskusikan sesuatu dengan tujuan mencari kebenaran / titik temu / ilmu.
Jika debat hanya bermodalkan ilmu dan kepintaran bersilat lidah, alamat debat pun tiada berujung dan tidak menghasilkan apa-apa.
Agama kita (Islam) tidak melarang debat, asalkan dilakukan dengan cara yang baik, lemah lembut dan perdebatan tersebut bisa memberikan hikmah dan manfaat.
Meski begitu perlu anda cermati konsekwensi dari aktifitas perdebatan sebagai bahan pertimbangan.
- Membuang-buang waktu yang berharga
- Menimbukan penyakit dan mengeraskan hati, karena sering sakit hati jadi berujung dendam
- Menimbulkan permusuhan diantara teman apalagi dikalangan sesama umat Islam. Padahal kita diperintahkan untuk saling bersatu.
- Membuat diri jadi terlihat bodoh.
- Dan lainnya
Jangankan kita orang yang awam, mereka-mereka para ustadz dan orang-orang alim yang berilmu lebih memilih mengalah dalam debat walau mereka benar. Karena debat walau dilakukan dengan baik dan sesuai aturan tetap saja sulit dilaksanakan khususnya di dunia internet/medsos, makanya amannya dihindari.
Atas alasan inilah makanya saya tak suka berdebat, dimana pun, apalagi di blog saya ini. Jika ada yang membantah pendapat atau artikel-artikel blog saya ini, maka akan saya jawab beberapa komentar saja sebagai bentuk penjelasan dan pencerahan. Jika dia masih ngeyel dan meneruskan debatnya, maka saya akhiri atau saya blokir/hapus komentar jika dia menggunakan bahasa kasar. Lebih baik saya fokus menulis daripada meladeni debat.
Nah sudah tahu konsekwensi debat? Masih mau dan hobi berdebat? Ya silakan saja, dikau yang menjalani hidupmu dengan segala konsekwensinya. Tapi bagi yang mau memelihara kesehatan hati dari penyakit dengki dan dendam, ya tinggalkan debat apalagi debatnya bawa-bawa si kusir segala.
Betol tak, Pak Cik...????
Post a Comment