(Sumber gambar: https://mojok.co)

Kebiasaan yang sudah lama berlangsung dan berulang-ulang dilakukan oleh orang banyak lama-lama akan menjadi tradisi, dan tradisi bisa jadi berubah menjadi kebiasaan/keharusan/kewajiban yang tak terbantahkan.

Kalau tradisi itu tidak merugikan orang lain dan agamanya, ya silakan saja dilakukan, tidak ada masalah. Tapi jika tradisi atau kebiasaan itu terlalu sering merugikan / menzhalimi hak orang lain maka harusnya ini jadi perhatian dan harus dihentikan.

Contohnya seperti di tempat saya, jika ada pesta apa saja, mau nikahan, sunnatan, qiqahan, arisan, ulang tahun, malam tahun baru, pokoknya yang namaya pesta oleh para warga disana itu "wajib" meriah dan mengadakan panggung nyanyian keyboard. Kayaknya orang-orang disana memang sangat doyan nyanyi dan joget-joget.

Tak perduli mau punya halaman rumah yang luas atau ga punya halaman sama sekali, mau orang kaya, orang miskin tetap itu mengorbankan halaman/rumah orang atau jalanan umum untuk kepentingan pesta mereka.

Ga nanggung-nanggung, rumah yang dikorbankan bukan cuma 1-2 tapi lebih dari itu. Habis rumah orang kiri-kanan mereka pakai untuk menaruh tempat duduk para tamu, tempat hidangan dan panggung keyboard mereka.

Dan jalanan umum pun turut jadi korban, nyaris jalan umum tertutup tak bisa dilewati pengendara akibat dari kepentingan mereka-mereka yang punya hajat/pesta ini. Belum lagi hiruk pikuk sound system yang memekakkan telinga. Satu harian penuh orang menderita pekak telinga.

Inilah yang saya sebut merampas hak orang, menzhalimi orang.

Mungkin ada yang nyeletuk:
"Namanya juga bertetangga, saling bertoleransi lah, kan pestanya ga tiap hari, kalau ga mau terganggu sono tinggal aja di hutan..!!!"

Menjawab pertanyaan koplak kayak gini, sodorkan aja jawaban kayak gini:
"Eh coy, ente kalau mau hidup bertetangga kudu punya adab. Adab bertetangga itu mengutamakan/menghormati hak orang bukan malah nuntut yang bukan hak ente!"

"Tetangga masa gitu?!"..

"Kalau tetangga model kayak ente ini namanya tetangga egois, tetangga suka-sukanya saja, hidup sesuai kehendaknya, justru tetangga kayak ente ini yang harusnya hidup di hutan biar ente bisa bebas sebebas-bebasnya berbuat apa saja tanpa norma dan aturan!"

Ini sudah menjadi kelaziman, suatu hal yang wajar menurut kebiasaan disana. Mau hajatan, maka wajib nanggap keyboard, entah dari mana asal muasal kebiasaan ini?

Jika tidak melakukan hal ini maka justru dianggap aneh. Jika engkau ingin melangsungkan pernikahan tapi kau melakukannya dengan sangat sederhana, engga pake pesta meriah, ga pake keyboard, maka kau akan dianggap bukan melangsungkan pernikahan.

Menikah itu momen sekali seumur hidup kok adem ayem, meriah dong biar satu negara tahu, mungkin begitu ya komen mereka?

Jadi jika disana ada yang mau hajatan, 3 hari sebelum hari H (pesta), teratak dan tenda sudah dipasang. Ga cukup dihalaman rumah, maka teratak dan tenda sampai ke tengah jalan bahkan menutupi jalan.

Terhitung dari hari pemasangan sampai selesai pesta dan tenda dibongkar ada kurang lebih seminggu. Jadi selama seminggu pengendara dilanda macet atau ga bisa lewati jalan itu. Wow amazing bukan? Cuma ada di negeri +62...

Yang tak kalah ngeselin dan bikin dongkol abis yaitu kebiasaan disana jika mengadakan pesta selalu mengakhirinya sampai malam, bahkan sampai lewat tengah malam. Pesta diadakan jam 10 pagi, selesainya paling cepat jam 11 malam, paling lama jam 12 midnait lewat. Luar biasakan?

Silakan nikmati dentuman suara keyboard dan pekikan para biduan dan biduanita dadakan menggelegar memekakkan telinga lewat sound sistem berukuran besar. Kebayang ga, malam yang harusnya kita bisa beristirahat dengan tenang malah harus dipaksa untuk mendengarkan bisingnya nyanyian-nyanyian maksiyat.

Lagi saya heran, jam 11 malam aja tamu uda ga ada, yang hadir disana cuma 2 atau 3 orang saja. Jadi untuk apa keyboard dilanjutkan?

Acara sakral kok jadi kayak gini?

Pernikahan itu kan sakral, buktinya diawali dengan prosesi Syariat Islam seperti ijab qabul, bacaan ayat suci Al Quran, pengantar doa dan lainnya. Kok malah dikotori sama joged-joged dan nyanyi-nyanyian dangdut yang tak mutu. Oalaaaaah....

Saran Saya Buat Kalian-kalian Yang Ingin Mengadakan hajatan/Pesta

Buat kalian yang ingin mengadakan hajatan/pesta, hendaknya ditinjau lagi hajatan apa saja yang ingin dipestakan. Kalau ulang tahun, arisan, apalagi acara-acara yang ga penting sebaiknya ga usah dibikin pesta.

Khusus untuk sunnatan dan Aqiqahan dibikin sederhana saja, tak usah terlalu meriah, ga pake keyboard-keyboard-an. Cukup undang ustadz dan anak yatim piatu.

Kalau untuk hajatan pernikahan, nah ini memang kudu ngundang tetangga dan kerabat agar mereka tahu bahwa kita telah menikah. Bagi yang punya keuangan lebih/lapang silakan saja mengadakan pesta, bagi yang tak mampu, sudah, jangan dipaksakan untuk mengadakan pesta meriah. Apalagi rumah anda pun kecil, halaman pun tak ada.

Jangan sampai berhutang atau menjual tanah dan sawah gara-gara memestakan anak atau keluarga yang mau menikah. Jangan memaksakan diluar batas kemampuan.

Baiknya bikin sajalah pesta nikah yang sederhana, tak usah pake panggung keyboard segala, ini hanya menambah maksiyat saja dengan joged-joged dan mempertontonkan biduanita yang seronok. Ga ada manfaatnya. Mending mengundang ustadz saja untuk memberikan nasehat dan tausyiah. Ini lebih berkah. Iya kan?

Jangan lagi mengorbankan rumah orang lain dan jalan umum. Bagi rumahnya yang punya halaman luas, silakan adakan disana saja, atau silakan sewa gedung saja, ini lebih praktis.

Bagi rumah yang kecil dan tak punya halaman, jika terpaksa harus memakai halaman rumah orang atau jalanan umum, silakan gunakan sekedarnya saja, jangan lama-lama menutup jalan, dan cepat dibenahi kalau pesta sudah kelar agar orang bisa memakai jalan itu kembali.

Minta izinlah sama yang punya rumah jika anda ingin memakai halaman rumahnya, jamgan main slonong boy saja, jangan terlalu berlebihan hingga menzhalimi hak orang lain.

Sudahlah ikhtiar kita dalam mencari pasangan tak syar'i, saat menikah pun memzhalimi orang, apa yang didapat dari pernikahan seperti ini? Bukannya keberkahan malah sumpah serapah.

Menikah itu bukan pesta-pesta dan hura-hura. Menikah bukan sekedar menyatukan dua insan dalam satu ikatan. Tapi lebih dari itu, menikah adalah tanggung jawab kedua pasangan untuk menjalankan perintah Allah.

Menikah itu sakral, maka tempuhlah dia dengan dengan hal yang sakral juga.

Semoga kita mendapat pernikahan Sakinah Mawaddah Warahmah yang sesungguhnya.. Aamiin...

Post a Comment