Iseng saya tulis tema tentang ini, kayaknya layak dibahas ni, soalnya sering diperbincangkan. Tapi saya membahasnya ga berat-berat, yang ringan-ringan aja lah, santai, lugas dan membingungkan, wkwkwk... 😀

=================

Cari nafkah/pekerjaan di negeri +62 (baca:Indonesia) ini memang susah ya Sob? Peminat kerjanya satu negara sementara yang menampung kerja hanya segelintir. Itu pun lowongan/kesempatan kerja didapat kebanyakan pake uang pelicin/sogok, minimal koneksi/orang dalam.

Kalau pun ada informasi kerja yang resmi di instansi pemerintah/elit seperti PNS, PAM, PJKA, Pertamina dan lainnya, yang diterima jadi karyawan hanya beberapa dengan seabreg test psikotest yang melelahkan.

Persaingan para pelamar kerja yang begitu ketat hingga membuat orang kebanyakan memilih alternatif untuk berniaga/berdagang. Walhasil jumlah pedagang lebih banyak dari pembelinya, jadi masalah juga? 😀

Berdagang atau bekerja dengan orang (jadi karyawan), mana yang anda pilih?

Kebanyakan orang selalu mengomentari:
"Lebih enak berdagang lho, santai, tidak diperintah, jadi bos sendiri, keuntungannya tidak bisa diprediksi orang, tahu-tahu uda beli mobil, uda beli rumah?

Sementara yang pro bekerja bilang:
"Ah enakan kerja makan gaji dong? Kita ga usah pusing-pusing mikirin pasang surut penghasilan, tiap bulan sudah pasti dapat uang gaji, dan tiap tahun bisa naik. Kalau hari raya dapat THR, dan tunjangan lainnya, bla..bla...

Mana Yang Benar?

Dua-duanya bisa benar, bisa salah. Tergantung manusianya, pekerjaannya atau ikhtiar usahanya.

Kalau anda bilang berdagang itu enak, tentu para pedagang semuanya uda pada kaya raya, dan profesi orang di negeri ini beralih jadi pedagang semua. Tidak semua pedagang sukses, banyak kan yang gulung tikar alias bangkrut?

Sebaliknya kalau anda bilang bekerja makan gaji itu enak. Pada kenyataannya tak sedikit bekerja dengan makan gaji itu seperti gali lubang tutup lubang (hari ini dapat, besok habis). Kerja seperti kuli tapi gaji tak memadai, disuruh-suruh, diperintah-perintah. Bertahun kerja tak ada yang bisa ditabung. Rumah pun masih ngontrak.

Menurut saya kerja makan gaji atau berdagang itu sama saja. Tidak ada bedanya, kalau pun ada hanya beda tipis saja, ya plus minuslah.

Jika ada seorang pekerja yang sukses maka dia itu sudah mengupayakan seluruh kemampuannya didalam karir kerjanya. Ya kerja keras, gigih, ulet, kepintaran dan didukung pendidikannya.

Pedagang yang sukses juga begitu, dia juga sudah mengupayakan semua kemampuannya didalam aktifitas berniaganya. Berdagang itu ga hanya modal uang/dana tok. Tapi harus pintar menganalisa pasar, mensurvey lokasi, pintar bergaul, luwes, dan lainnya. Dengan modal seperti ini, insyaAllah pedagang bisa berpeluang menapaki kesuksesan.

Intinya kesuksesan itu bukan karena faktor dia seorang pedagang, atau pekerja. Kesuksesan itu ya karena pencapaian/keahlian dia terhadap apa yang dia jalankan. Ya tentu saja selain itu ada faktor X nya, yaitu pertolongan Allah SWT.

Jadi kesuksesan itu karena ikhtiar yang kita lakukan, apa pun profesinya.

Ga ada yang enak di negeri +62 ini kawan. Semua ada kompensasinya. Ada pekerjaan yang menawarkan gaji 2juta saja, jangan anda bayangkan itu sebuah kerjaan biasa yang enak-enak, santai, adem, ngaso. Tidak seperti itu? Gaji tinggi tidak setimpal dengan resikonya.

Kita buka usaha juga ga mudah, sudah ada lapak/toko, sudah ada barang dagangan, belum tentu ramai pembeli. Lha yang jualan dimana-mana membanjir.

Jadi, mau berdagang, mau bekerja dengan orang, silahkan saja, tak masalah. Keduanya bisa meraih kesuksesan, keduanya bisa meraih kemapanan dan masa depan cerah. Hanya saja tidak semua orang bisa menjalankannya. Ada faktor-faktor yang harus dijalankan.

Tidak ada yang enak atau gampang di dunia ini untuk menjadi sukses. Semua butuh proses dan pengorbanan. Tapi menurut saya di negeri ini lebih banyak pengorbanannya daripada hasilnya. Rakyat sudah habis-habisan berkorban 😀.

Silakan anda memilih untuk tempat mencari nafkah anda, yang penting halal, iya kan?

Jadi, mana yang anda pilih, berdagang atau menjadi karyawan?

Post a Comment