Anda pilih mana? Kerja dulu apa menikah? Kata orang, ini sama dengan pertanyaan telur dulu apa ayam dulu? (Jawaban saya sih ayam dulu). Menurut saya ini ga sinkron.

Kerja apa menikah, itu tergantung situasi kondisinya, tidak bisa dimutlakkan salah satunya.

Tapi ada yang mewajibkan kerja dulu baru menikah. Mari kita simak terus artikel acakadul ini.

Teorinya seorang laki-laki jika dia hendak menikah maka harus punya pekerjaan dulu, agar nantinya dia dapat menafkahi anak dan istrinya. Ini bentuk tanggung jawab seorang pemimpin kepala rumah tangga kepada keluarganya.

Tidak ada yang membantah, pernyataan diatas memang benar. Semua orang mengakuinya.

Sejatinya seorang lelaki itu harus punya kesiapan dalam menuju pernikahannya. Saya pun sepakat ini.

Namun brader n sister, praktek lapangannya sering tidak seperti itu. Teori sering tak selalu sejalan dengan kenyataannya. Apalagi di negara kita ini tidak bisa dibilang negara makmur dan sejahtera. Dari zaman Pak Harto sampai sekarang, yang namanya cari kerjaan itu ga gampang, harus ada koneksi atau orang dalam, dan ujung-ujungnya uang pelicin/sogok buat masuk kerja. Blas di era pemerintahan sekarang pekerjaan semakin susah didapat.

Apakah ada seseorang yang sudah lama tak juga mendapatkan pekerjaan?

Ada.. banyak..

Diantara mereka memang ada yang pemalas ada juga belum mendapatkan pekerjaan karena faktor tertentu, dan ini hanya dia dan Allah Yang Maha Mengetahui keadaannya.

Kalau yang pemalas, ini ga usah kita bahas ya, karena uda tahu orang seperti ini gimana?

Nah apa jadinya kalau seseorang yang belum mendapatkan pekerjaan karena faktor tertentu ini harus dihadapkan dengan syarat pernikahan tadi?

Bisa-bisa dia tidak menikah sampai di usia tua hanya karena belum mendapatkan pekerjaan.

Masa sih, segitunya ga bisa dapat pekerjaan?

Lha emang iya, banyak yang seperti itu. Kalau pun dapat pekerjaan, ya paling buruh kuli panggul, tukang sapu, cleaning service, tukang beca atau ojek online (ojol). Ga semua coy bisa bekerja di instansi atau perusahaan elit atau yang dianggap mapan.

Lha, buruh kasar/kuli, tukang beca dan sejenis itu kan pekerjaan juga?

Iya, tapi bro, ga semua orang bisa melakukan itu? Kalau pun dipaksakan melakukannya, paling tak bertahan lama. Banyak faktor penyebabnya dan yang jelas dia bukan pemalas. Kalau anda belum faham juga atau membantah berarti ilmu anda belum sampai untuk memahami ini, wkwkw...

Ya, kalau kita memang ga mampu melakukan pekerjaan tertentu ngapain dipaksakan, bisa error dan stres nanti. Makanya biasanya orang-orang seperti ini lebih banyak berwiraswasta/berdagang. Tapi di negeri ini, orang yang berdagang itu masih dicap pengangguran. Derajat statusnya masih dibawah orang-orang yang makan gaji alias bekerja di perusahaan.

Dan dalam berniaga itu pun belum tentu berhasil. Di negara ini lebih banyak yang berjualan daripada yang beli 😀

Makanya brader, kalau sudah begini yang disalahkan itu sistem di negeri ini, bukan warganya yang selalu dituding pemalas.

Okelah balik ke topik utama.

Ada banyak faktor kenapa seorang lelaki itu tidak/belum mendapatkan pekerjaan. Dan jika hal ini menjadi hambatan untuknya dalam menikah tentu ini rasanya tidak adil.

Mau sampai umur berapa dia harus mendapatkan pekerjaan yang layak dan mapan? Mau sampai kapan dia menikah?

Coba gara-gara belum dapat pekerjaan dia menunda-nunda pernikahannya atau ditolak pasangannya, sementara syahwat sang lelaki terhadap lawan jenis tidak bisa dibendung, maka maksiyat/dosa lah yang terjadi.

Ada lelaki yang tinggal di tempat yang berpeluang besar baginya untuk melalukan dosa. Atau ada lelaki yang sudah punya umur, ingin menikah tapi belum punya pekerjaan, sementara fitnah wanita terus menggoda hatinya, maka menurut saya disini pekerjaan tidak lagi menjadi syarat utama.

Dalam kasus seperti ini maka pernikahan lebih utama ketimbang nunggu punya pekerjaan. Apalagi calon pun sudah ada, ya menikah saja.

Kita ga tahu karunia/rezeki Allah kepada hamba-hambanya yang berusaha ingin menjauhi dari dosa.

Lain halnya dengan orang-orang yang mampu untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, dan dia ingin menunggu karirnya berlabuh ditempat yang lebih mapan baru dia akan menikah. Ya sah-sah aja seperti ini sepanjang dia mampu menjaga kesucian dirinya selama dalam penantian.

Apa guna suami jago cari duit, punya pekerjaan hebat tapi tidak bisa membimbing atau mengajarkan ilmu agama kepada istrinya.

Jangan takut menikah karena belum mendapatkan pekerjaan. Banyak yang menikah dalam keadaan belum bekerja. Mereka tetap hidup dan rukun kok, punya anak banyak lagi. Banyak saat menikah, si istri sudah bekerja, sementara suaminya dalam status menganggur. Tapi bukan berarti ini menyurutkan keduanya untuk menikah. Setelah menikah sang suami mendapatkan rezeki, entah itu pekerjaan atau usahanya maju.

Allah SWT sendiri bilang akan mencukupkan bagi orang yang miskin/ga mampu tapi ingin menikah. Menikah itu membuka pintu rezeki.

Tapi setelah menikah kok saya masih nganggur juga ya? Malah makin banyak fikiran dan kesedihan.

Rezeki itu kan bukan berarti setelah nikah langsung dapat kerja. Atau tahu-tahu hidupmu sukses. Ini sih sinetron.

Ya, bisa jadi rezeki itu datangnya dari orang-orang disekelilingmu yang menyayangi kamu, seperti orang tua kamu, kakak, adik, saudara, teman, tetangga, dan lainnya. Orang tuamu lah yang membantumu dalam keuangan dan tempat tinggal, atau adikmu juga memberi dukungan nasehat, moril, sprituil, dan materil. Ya, selama kamu belum punya pekerjaan, merekalah yang membantumu. Bukankah itu rezeki juga namanya? Atau Allah cukupkan rezekimu agar kau tidak lalai dalam ibadah dan tak lupa kepadaNya.

Rezeki itu ditangan Allah, dan kita ga tahu apa yang terjadi di masa depan? Jangan takut untuk menikah karena ga punya pekerjaan. Niatlah menikah karena Allah, karena takut dosa, karena keikhlasan agar Allah nanti akan membantumu.

Bukan berarti dengan tulisan ini terus anda nekad nikah dengan tak punya pekerjaan. Ini sih ga benar! Cari dulu pekerjaannya sesuai dengan kemampuan anda. Jika memang tak mendapatkan pekerjaan, ya coba dengan cara lain dengan berdagang misalnya, jika tak mendapatkan hasil sesuai yang diinginkan, sementara kamu takut dengan dosa, ya sudahlah, apa yang ada pada dirimu saja.

Maka menikahlah jika kau ingin menkah dan mengadulah kepada Allah. Siapa tahu dengan menikah rezekimu bisa lebih baikan. Dan carilah istri yang mau menerima kamu apa adanya. Istri yang bisa memotifasi dan memberi kamu semangat dan kekuatan dalam menjalani kehidupan ini.

(Hanya Allah Yang Maha Mengetahui Kebenarannya)

Post a Comment