(Ilustrasi)

Kisah ini mungkin sedikit aneh ya, setidaknya di mata orang kebanyakan. Suatu perbuatan yang rasanya kurang kerjaan, untuk apa dilakukan. Tapi jika anda tahu konsekwensinya dalam pandangan agama dan didasari iman, pasti anda berfikir sejuta kali mengabaikannya.

Kejadian di cerita ini sudah lama, saat saya masih kanak-kanak (duduk dibangku SD). Tapi penyelesaiannya sekarang ini.
Okelah silakan disimak aja.

Dulu waktu kanak-kanak saya ini termasuk anak yang suka mencuri. Jika ada teman sekolah bawa mobil mainan atau bawa mainan unik, saya tilep (biasalah namanya juga kenakalan anak-anak). Siapa suruh bawa-bawa mainan bagus ke sekolah, hehe... tapi saya bukan anak bandel lho?

Nah waktu itu ada seorang teman wanita SD saya. Dia menaruh uangnya di laci meja belajar. Kebetulan dari jam pelajaran terakhir tadi saya melihat uang tersebut di laci, teman tadi kan duduk di depan saya jadi kelihatan. Saat itu waktu menunjukkan pelajaran akan segera usai. Kita siap-siap segera pulang. Setelah bel berbunyi, semua anak berhamburan pulang termasuk teman tadi. Tanpa memeriksa laci meja belajarnya dia langsung saja pergi. Kelupaan mungkin..

Ya sudah pucuk dicinta ulam pun tiba 😀

Kebetulan sekali pikir saya waktu itu. Uang jajan di kantong pun sudah habis, perut sudah keroncongan ditambah jajanan diluar menggiurkan, saya pun seperti tak percaya meraup uang logam di laci meja belajar tersebut (ga semuanya lho saya ambil).

Dan puaslah saya berpesta pora jajan apa saja, beli sate padang, beli getuk lindri, beli rujak, beli es, puaslah pokoknya, belum pernah saya sepuas ini jajan. Saya merasa begitu beruntung tanpa merasa bersalah bahwa itu uang bukan hak saya.

Saya sudah jadi pencuri. Menyesalkah?

Engga lah, namanya juga anak-anak, waktu itu kan saya belum bisa menyadari tentang kebaikan dan keburukan.

Dan saat sekarang inilah muncul penyesalan tersebut. Saat saya bertemu dengan teman-teman SD, termasuk teman wanita saya tadi, baru teringat saya atas kesalahan saya tersebut. Ya walaupun saat itu saya tidak dihukumi berdosa karena masih anak-anak tapi uang yang saya ambil kudu dikembalikan.

Sekaranglah saatnya.

Ada perasaan enggan dan malu. Ya malu dong, teman wanita tadi sudah jadi dokter di Batam. Mungkin sudah mapan hidupnya sedang saya masih ga jelas, sedih juga sih? (Kok jadi ngelantur), eh sorry maksudnya saya malu karena kita sudah dewasa, dan jika saya ceritakan peristiwa lalu tersebut berarti kan memberitahukan aib saya juga 😀.

Mau ga mau, suka ga suka, saya harus ceritakan kejadian ini dan bertanggung jawab mengganti uang yang saya curi dulu itu (meski saya ga ingat berapa jumlahnya, uang lama pula itu). Saya putuskan untuk mengirimi dia pulsa saja kalau memang ga ingat berapa jumlah uangnya.

Ya sudah saya beranikan diri japri ke inbox Facebook dia.

"Asssalamu'alaykum Wr.Wb...
Pit, ini aku Difan teman SD mu dulu.

Ada yang ingin aku sampaikan Pit (baru teringat sekarang ini) tapi pasti aneh dan lucu ini kedengarannya.

Gini, dulu waktu SD aku pernah mencuri uangmu Pit di laci meja, waktu itu kamu kelupaan bawa uang di laci meja, jadi kebetulan aku liat, ya langsung aku ambil sebagian buat beli jajan

Nah karena sekarang aku uda ketemuan dengan Pipit di FB, jadi mau kembalikan uangnya, tapi ga ingat berapa jumlahnya. Gimana kira2 menurutmu Pit?

Ini kelihatannya lucu tapi bisa jadi ganjalan buatku di yaumil akhir nanti Pit?"

Setelah menjawab salam saya, teman tadi cuma ketawa (mungkin ga nyangka saya rupanya panjang tangan juga 😀). Tapi Alhamdulillah dia mengikhlaskan uang yang saya ambil tersebut, Lillahi Ta'ala katanya. Alhamdulillah lega, semoga berkah. Saya ucapkan terimakasih kepadanya.

Bayangkan seandainya teman tadi tidak mengikhlaskan peristiwa silam tersebut, gimana jadinya?

Mungkin teman saya tadi menganggap saya aneh ya, hal yang kayak gini sampai mengirim pesan di inbox segala? 😀

Mungkin orang akan berkomentar: "Hadeeh, ada-ada aja deh kamu ini, kurang kerjaan tau ga, ngapain juga peristiwa yang udah zaman baheula gitu diungkit-ungkit lagi? Ga penting amat sih, kejujuran amat?"

Yah bagi orang mungkin sepele, tapi bagi saya ini hal yang serius, karena ada milik orang yang saya ambil disini dan itu akan ditanya saat di hari akhir nanti.

Suatu hal yang kita anggap sepele, tanpa kita sadari akan menyulitkan kita nantinya. Makanya bagi anda yang mengalami peristiwa kayak saya, segera selesaikan tanggung jawab anda, kembalikan barang yang anda curi dulu itu.

Biarpun dirasa janggal dan aneh ga apa-apa, paksain aja untuk mengakuinya ke orang yang dulu kamu curi barangnya. Yang penting plong tidak ada lagi masalah kelak. Jika orang yang kamu curi barangnya itu ga ketemu, ya sudah mohon ampun aja sama Allah. Mau gimana lagi? (Wallahu'alam)

Itu kisah unik saya, saya dokumentasikan di blog ini berharap bisa jadi contoh, pengingat dan penasehat. Dus hati-hati buat anda-anda yang suka menemukan barang orang lain seperti HP, jam tangan, dompet dan barang berharga lainnya agar jangan anda ambil menjadi hak anda, itu haram anda miliki. Usahakan kembalikan kepada yang punya, kasihan kan sipemiliknya. Coba anda sendiri yang kehilangan seperti itu, gimana?

NB: Buat teman saya Pipit, meski saya tak menshare tulisan ini dimana pun. Mana tahu kamu kebetulan bertemu blog saya dan membaca tulisan saya ini, maka saya minta izin menuangkan kisah ini di tulisan dan mencantumkan nama kamu di cerita ini. Semoga ada manfaatnya.

Post a Comment