Dibawah ini adalah status seseorang yang saya kutip di Facebook. Coba disimak dulu:
================
MEREKA ORANG BAIK, JANGAN SAMPAI KITA YANG KURANG BAIK
Mendukung boleh. Tapi jangan terlalu fanatik sehingga akal sehatmu tidak dipakai. Alangkah lebih baik jika engkau dukung dengan doa. Doakan Pak Jokowi dan Pak Prabowo.
Jika tidak suka Pak Jokowi, tidak perlu dihujat, difitnah, dihina, dan seterusnya. Begitu juga sebaliknya, jika engkau tidak suka Pak Prabowo. Doakan saja masing-masing.
Apakah menghujat akan membuat hatimu merasa puas? Tidakkah justru akan menambah pundi-pundi dosa?
Mereka punya kelemahan dan kelebihan. Bagaimanapun mereka, sebaik apa pun mereka, kalau hatimu sudah benci, maka mereka akan tetap salah di matamu. Sebaik apa pun mereka, tidak akan terlihat karena hati sudah diliputi awan hitam.
Ketika di akhirat kelak bagaimana caramu meminta maaf kepada yang kamu hujat?
Pertanyaannya, jika salah satu dari mereka terpilih, terus kamu jadi apa? Kalau salah satu terpilih, apa kamu pasti terhindar dari bencana?
Kita hidup di akhir zaman. Siapa pun presidennya pasti akan banyak bencana karena bumi sudah tua dan muak melihat tingkah manusia. Bumi menangis melihat ulah kita selaku manusia.
Siapa pun presidennya tidak akan mengubah hidupmu kecuali dirimu sendiri. Tidak akan membuatmu kaya jika kamu malas bekerja. Tidak akan membuatmu lebih baik jika kamu sendiri saja susah diatur.
Kembali pada dirimu sendiri: ingin jadi baik atau tetap begitu-begitu saja.
Ayolah, kawan. Jangan hanya perbedaan terus kalian enggak bisa ngopi bareng, nongkrong bareng, ngaji bareng, belanja bareng. Malah sindir-sindiran di sosmed. Lebih parah lagi jika sampai putus silaturahmi sesama saudara.
Hidup ini cuma sebentar. Siapa pun presidennya nanti itu sudah rencana Allah. Semua sudah diatur Allah. Semua sudah ada di tangan Allah Yang Maha Kuasa atas segalanya. Jangan kotori hati kita dengan kata-kata yang tidak berguna untuk diri kita sendiri.
Mohon maaf. Semoga bermanfaat.
_____
(Anonim)
=====================
Jujur ya, saya geram/gemas sekali melihat tulisan seperti ini. Ini yang saya pernah katakan: Ga tahu tapi sok tahu. Ga tahu tapi sok bijak/hikmah. Makanya kalau kita ga tahu suatu persoalan atau peristiwa lebih baik ga usah komentar. Yang seperti ini hanya menambah rumit suasana aja.
Tulisan diatas itu ada benarnya, ada juga tidaknya, lebih banyak yang ga benarnya. Saya coba bahas satu per satu.
Kutipan 1:
Mendukung boleh. Tapi jangan terlalu fanatik sehingga akal sehatmu tidak dipakai.
Jawab:
Saya setuju tidak boleh fanatik dalam hal apapun (kecuali dalam hal agama ya). Fanatik buta memang menghilangkan akal sehat. Tapi insyaAllah saya yakin sebagian besar pendukung Prabowo itu orang cerdas, kritis, tidak fanatik. Kenapa? Karena saya yakin sebagian besar pendukung Prabowo bukan dari kalangan partai Gerindra, tapi lebih banyak dari kalangan Muslim lurus yang pemikiran, terdiri dari sejumlah orang-orang shaleh, berilmu, para ustadz dan da'i. Yang fanatik dan yang suka mencela dan mengejek itu biasanya orang-orang yang terlalu bersemangat, kebablasan hingga hilang sopan santun.
Kutipan 2:
Alangkah lebih baik jika engkau dukung dengan doa. Doakan Pak Jokowi dan Pak Prabowo.
Jawab:
Ini yang saya bilang anda itu tidak tahu masalahnya? Anda ga tahu mana yang kebenaran dan keburukan. Dimata anda, ini cuma ajang pilpres semata, ga lebih. Padahal ini pertarungan haq dan yang bathil. Kalau ini cuma pilpres, ngapain para ulama sampai berijtihad?
Sampai kapanpun kami tak kan mendoakan beliau Pak Jokowi. Kecuali mendoakan beliau agar cukup 1 periode saja. Kenapa? Rezim beliau itu khianat, zhalim, mempergunakan kekuasaannya untuk bertindak tidak adil, mempersekusi ulama, mendukung penista syariat, mendukung kemudharatan seperi LGBT, dan lainnya. lihat disini lebih lengkapnya.
Kutipan 3:
Apakah menghujat akan membuat hatimu merasa puas? Tidakkah justru akan menambah pundi-pundi dosa?
Mereka punya kelemahan dan kelebihan. Bagaimanapun mereka, sebaik apa pun mereka, kalau hatimu sudah benci, maka mereka akan tetap salah di matamu. Sebaik apa pun mereka, tidak akan terlihat karena hati sudah diliputi awan hitam.
Ketika di akhirat kelak bagaimana caramu meminta maaf kepada yang kamu hujat.
Jawab:
Bukan kelemahan dan kelebihan, Om? Tapi keburukan dan kebaikan, kebathilan dan kebenaran. Diantara kedua pasangan mana yang baik dan yang buruk? Tentu kita mendukung yang baik.
Saya sebenarnya pun tidak suka menghujat siapa pun, di FB pun nyaris tak pernah memposting celaan-celaan. Kalau posting kritikan iya, harus bedakan itu? Sangat disayangkan kalau ada pendukung yang menghujat dan mencela.
Tapi InsyaAllah dikubu kami PAS 02 itu mungkin hanya sebagian pendukung yang begitu. Begitu pun saya memakluminya walau tak setuju, karena rezim Jokowi sering merugikan kepentingan ummat. Tak ada kebaikan disana, yang ada kemudharatan.
Kutipan 4:
Pertanyaannya, jika salah satu dari mereka terpilih, terus kamu jadi apa? Kalau salah satu terpilih, apa kamu pasti terhindar dari bencana?
Jawab:
Nah ini satu dari sekian ke sok tahuan anda! Anda tahu kami pendukung 02 berjuang untuk apa? Insya Allah untuk perubahan kebaikan bangsa, negara, ummat dan agama. Bukan karena mati-matian bela Prabowo-Sandi.
Kami ingin perubahan kebaikan dengan pemimpin pilihan ulama yaitu PAS 02. Disini sudah sangat jelas bukan?
Kutipan 5:
Kita hidup di akhir zaman. Siapa pun presidennya pasti akan banyak bencana karena bumi sudah tua dan muak melihat tingkah manusia. Bumi menangis melihat ulah kita selaku manusia.
Jawab:
Saya geleng-geleng kepala lho dengan pernyataan anda ini. Ini dua dari sekian ke sok tahuan anda. Dari mana dasarnya anda bilang siapa pun presidennya pasti akan banyak bencana? Bencana datang pertama: dari faktor alam, kedua: dari dosa manusia. Faktor pertama bisa jadi tidak akan muncul bencana kalau banyak orang beriman didalamnya termasuk seorang pemimpin yang amanah. Jadi faktor bencana karena adzab Allah yang ditimpakan kepada manusia karena kemaksiatan dan dosa. Dalilnya ada lho dalam Al Qur-an?
Kutipan 6:
Siapa pun presidennya tidak akan mengubah hidupmu kecuali dirimu sendiri. Tidak akan membuatmu kaya jika kamu malas bekerja. Tidak akan membuatmu lebih baik jika kamu sendiri saja susah diatur.
Jawab:
Waduh...waduh makin ngawur anda? Ini 3 dari sekian ke sok tahuan anda.
Saya tanya sama kamu, berteman sama orang jahat dan orang baik kira-kira ada pengaruhnya ga sama kamu? Pastinya kalau berteman dengan orang baik, insya Allah kita jadi baik? Sebaliknya berteman jadi orang jahat, insya Allah kita bisa terbawa jahat? Iya kan?
Nah memilih pemimpin baik pun begitu, jika memilih yang baik insya Allah mendatangkan kebaikan, kalau memilih pemimpin buruk insya Allah keburukan yang datang. Apakah sama kebaikan dan keburukan? Memilih presiden bukan karena kita supaya kaya, tapi supaya dapat pemimpin yang baik biar berkah turun dari langit dan rezeki pun tercurah. Bisa dimengerti?
Kutipan 7:
Kembali pada dirimu sendiri: ingin jadi baik atau tetap begitu-begitu saja.
Jawab:
Gimana sih versi baik menurut anda itu? Pernyataan anda ini saja sudah menjurus ke menuduh saudaramu yang berjuang menegakkan amar makruf nahi munkar.
Posisi anda sendiri gimana? Dimana keberpihakan anda?
Kutipan 8:
Ayolah, kawan. Jangan hanya perbedaan terus kalian enggak bisa ngopi bareng, nongkrong bareng, ngaji bareng, belanja bareng. Malah sindir-sindiran di sosmed. Lebih parah lagi jika sampai putus silaturahmi sesama saudara.
Jawab:
Sebenarnya gini ya? Kita pun ga mau berantem sama saudara dan teman gara-gara pilpres. Tapi ini beda cerita, kita bukan memperebutkan calon presiden tapi mengingatkan ummat, menasehati teman dan saudara. Seperti tadi yang dibilang, kita beramar makruf nahi munkar demi menyelamatkan ummat. Ya kita lihat sikon juga kok, jika tak memungkinkan kita hindari terjadi konflik, jika memungkinkan kenapa ga kita kasih pencerahan kepada teman dan saudara kita. Harap diingat lho? Jangankan orang jahat, orang baik aja banyak yang musuhi. Contohnya Rasulullah SAW, kurang baik apa akhlak Beliau, tapi kenapa banyak yang memusuhi? Ayo jawab dengan hati nurani anda sendiri (bukan Hanura ya)
Kutipan 9:
Hidup ini cuma sebentar. Siapa pun presidennya nanti itu sudah rencana Allah. Semua sudah diatur Allah. Semua sudah ada di tangan Allah Yang Maha Kuasa atas segalanya. Jangan kotori hati kita dengan kata-kata yang tidak berguna untuk diri kita sendiri.
Mohon maaf. Semoga bermanfaat.
Jawab:
Ini 4 dari kesok bijakan anda.
Hidup ini sebentar, saya sepakat.
Siapa pun presiden nya nanti itu sudah rencana Allah, sudah diatur Allah.
Kalau ini saya ga sepakat! Ngawur ini! Segala sesuatu itu terjadi karena ada sebab yang mendahului (dalam hal ini ikhtiar). Apa anda bisa kaya tanpa bekerja, apa anda bisa pintar tanpa belajar? Cukup pasrah kepada Allah sembari berkata: "Semua sudah diatur Allah, semua sudah ada ditangan yang Maha Kuasa!"
Anda jadi termakan dengan pernyataan anda sendiri:
Siapa pun presidennya tidak akan mengubah hidupmu kecuali dirimu sendiri. Tidak akan membuatmu kaya jika kamu malas bekerja.
Bukankah anda yang bilang seperti yang diatas kan?
Semua ini kudu ikhtiar. Milih pemimpin juga kudu ihktiar, kita ini dianugrahi akal dan fikiran, bisa memfilter, menimbang dan memilih mana pemimpin yang baik dan buruk. Ingat lho, memilih pemimpin itu nanti diminta pertanggung jawabannya kelak oleh Allah SWT. Nah kalau sudah berikhtiar dengan baik, baru kita pasrah dan tawakkal kepadaNya. Bisa dimengerti?
=====================
Kesimpulan:
Anda itu ga tahu sebenarnya mana pihak memperjuangkan yang haq dan yang bathil.
Yang anda tahu itu cuma ribut-ribut di kedua belah pihak mempersoalkan capres/cawapres masing-masing. Jadinya anda itu merasa pusing sendiri, dan akhirnya tampil merasa sok jadi penengah. Faktanya anda itu ga tahu apa-apa.
Tidak ada manusia yang sempurna akhlaknya. Namun kita bisa menilai dimana jalan yang dia ambil, dimana keberpihakan dia, kepada yang baik atau buruk? Logikanya orang baik yang nakal dengan orang buruk yang nakal, mana menurut anda yang mendingan? Pasti orang baik yang nakal kan?
Dari tadi saya mengatakan orang baik dan buruk. Apa patokannya orang baik? Yaitu orang mendukung kebaikan dan kebenaran di jalan agama (Islam).
Sedangkan orang buruk, orang yang mendukung penista agama, sinis dan memusuhi syariat.
Maka sebelum komentar, cari tahu dulu apa yang sedang terjadi, mengapa dan kenapa? Jadi anda itu berkomentar dengan tepat sasaran. Kalau anda itu malas memcari tahu ada apa hingar bingar politik 2019 ini. Maka diam sajalah, jadilah penonton dan jangan merecoki.
Semoga bermanfaat..
(Hanya Allah Yang Maha Mengetahu Kebenarannya)
Post a Comment