(Sumber gambar: www.inilahkoran.com)
Alvin menarik nafas panjang, hatinya gundah, fikirannya menerawang entah kemana, sekuat apa pun dia membuang sosok wajah itu tapi tetap selalu mengusik fikirannya. Mau tidur tak nyenyak, mau makan tak nafsu, semua aktifitas jadi ga fokus, karena mikirin dia. Semuanya bermula saat dia pindah ke sekolah tersebut. Ya, Alvin kangen sama Alya. Gadis cantik plus jutek yang paling dia benci tapi juga paling dia rindukan.
Benih cinta telah tumbuh di hatinya.
Anehnya walau Alvin mencintai Alya tapi semua telpon dan pesan SMS darinya tak dia hiraukan, satu pun tak ada dibalasnya. Seperti yang satu ini:
"Malam Vin, kamu lagi ngapain?"
"Vin, kita keluar yuk, aku pengen cerita-cerita sama kamu"
"Vin, kok SMS Aya ga pernah kamu balas, kenapa sih?" "Kamu ga ada pulsa atau gimana?"
"Bla..bla..bla...!!"
Itu semua isi pesan SMS dari Alya, tapi Alvin dengan secuek bebeknya, sedingin es, sekokoh batu karang berusaha tak meresponnya.
"Ada Apa Dengan Alvin?" "Ya ga pa pa sih?"
Kalian tahu ga, ada sebagian manusia di muka bumi ini yang memegang teguh prinsip keyakinannya, ditengah-tengah apa yang manusia anggap lumrah dilakukan, malah dia tak melakukannnya.
Alvin ga suka pacaran. Alasannya, apa karena hukumnya haram dalam agama?
Mmm..memang benar sih, Alvin sering baca-baca artikel-artikel tentang pacaran di suatu page islami di FB. Dia antusias menanggapinya. Tapi Alvin bukanlah anak remaja yang sangat agamis, fifty-fifty lah (hidayah belum menyentuhnya secara menyeluruh). Dia anak remaja kayak kita-kita juga kok, masih mencari jati diri, kadang ikut arus trend remaja di masanya. Walau pun dia bukan anak brengsek broken home yang terlibat narkoba dan pergaulan bebas. Kelebihan Alvin adalah dia mau menerima nasehat dan kebaikan yang disampaikan orang.
Alvin memang ga suka lihat orang berpacaran yang dia anggap lebay, jijay, buang-buang waktu, energi dan dana. Pacaran itu memakan waktu yang lama dalam prosesnya. Saling mesra, pelukan, ciuman, bertengkar, kayak suami-istri aja, padahal masih proses penjajakan. Eh tahu-tahu putus, ga sampai menuju pernikahan. Ga ada hasilnya, ya ada hanya kecewa, sakit hati, belum lagi kalau di tengah-tengah berpacaran tahu-tahu sang cewe perutnya udah gendut alias hamil duluan. Wah cilako ikko namonyo, bak kata orang Minang bilang.
Lagian menurut Alvin, apa sih serunya berpacaran sampai bertahun, nanti pas nikah udah hambar rasanya, udah biasa sama pasangan kita. Wong tiap hari ketemuan, udah dipegang-pegang dan dicium segala. "Coba apa serunya?"
Namun walau bagaimana pun cueknya, Alvin juga tak mengingkari hati kecilnya bahwa ia kangen sama Alya, pengen tiap hari berduaan dan melepas rindu. Tapi apa daya ada dinding yang membatasi.
Pusing memikirin hal ini. Akhirnya Alvin memutuskan untuk mengambil sikap. Ia ingin bicara dengan Alya sepulang sekolah.
Mereka bertemu di lantai paling atas di gedung sekolah tersebut. Suasana sudah lengang dan sepi.
"Ada apa Vin, serius amat kelihatannya? BTW, kamu tu sombong amat ya?" "SMSku ga pernah kamu balas?"
"Kenapa sih Vin?"
"Apa kamu sedang sibuk, atau kamu ga ada pulsa?"
"Atau kamu memang sedang menghindar dari saya?" tanya Alya.
Alvin tak mau menatap mata Alya, ya karena mata Alya ditempeli bohlam 100watt. Alvin memang grogian orangnya kalau berhadapan dengan cewe, apalagi cantik, hehe...
"Aku mau bicara, Ay?"
"Tolong didengar... Aku ga tahu gimana perasaan kamu sebenarnya sama aku, tapi kalau kamu memang ga suka, silakan abaikan aja!"
"Ay, Kamu tahu ga, kalau aku itu.... Aku.. suka sama kamu Ay.. AKU KANGEN SAMA KAMU, TAHU GA SIH KAMU?"
"Tapi aku ga suka pacaran, aku ga suka ngedate, satu-satunya jalan adalah dengan menikah, maka tak ada apa pun terlarang dengan hubungan kita. Tapi saya yakini ini juga bukan hal yang memungkinkan. Kita masih pelajar SMU kelas 3, masih terlalu dini mengenal pernikahan, plus status kita itu berbeda Ay, kamu siapa, saya juga siapa.. Karena hal ini ga memungkinkan, jadi lebih baik hubungan kita berakhir sampai disini, kita jangan pernah ketemuan lagi!"
Alya terpana, ia sempat syok, tak percaya apa yang ia dengar.
"Ternyata dia suka sama aku, selama ini sikapnya selalu dingin dan tak acuh, tapi ni cowo kepedean amat ya? Langsung blak-blakan, apa dia yakin kalau saya juga suka sama dia? Belum apa-apa langsung bicara nikah!"
Tapi memang sikap Alya sudah kebaca, Alya juga sangat menyukai Alvin, hanya saja ia tak mau duluan mengutarakannya. Lama mereka berdiam diri saling menatap.
"Kenapa Ay? Kok diam, kamu ga suka dengan apa yang saya katakan, ya uda deh, kita pisah disini aja, lupakan saja dengan apa yang aku katakan tadi, anggap aku ga pernah ngomong seperti itu, anggap saja saya sedang ga waras!" Alvin langsung cabut.
Alya masih bengong. Sesaat kemudian.
"Viiin..
Tungggu.. Viin...!!!"
"Viin, aku juga suka sama kamuuu...!!
"Aku sayang sama kamu Vin! Sangat" Teriak Alya..
Alvin menghentikan larinya.
"Vin please jangan tinggalkan saya begini dong?"
"Vin, rasanya terlalu dini bicara pernikahan, kita jalani saja hubungan kita dengan pendekatan. Emang apa salahnya pacaran, selama kita bisa saling menjaga, kan tak menjadi masalah?"
Alvin meneruskan larinya, ia tak menggubris perkataan Alya, ia bertekad untuk mengakhiri hubungan ini. Ada rasa malu terbersit di hatinya.
***********
Alvin dan Alya satu sekolahan dan juga satu kelas. Kisah cinta mereka unik. Alya itu gadis gaul, manja seperri anak orang tajir (orang kaya) kebanyakan. Dan yang punya sekolah tempat mereka belajar juga milik orang tua Alya. Orang tua Alya termasuk konglomerat terkemuka di kota ini.
Kebalikannya Alvin seorang pemuda yang sederhana, dia hanya punya ibu, kakak dan adik perempuannya. Ayahnya telah tiada, ibunya yang menjadi tulang punggung bagi ke tiga anak-anaknya. Kenapa Alvin bisa masuk ke sekolah yang elit dan bonafid tersebut? Ternyata ibu Alvin punya seorang kenalan. Dia punya koneksi orang dalam di yayasan sekolah tersebut dan ketika dia melihat Alvin, ia langsung menyarankan agar Alvin pindah saja ke sekolah tersebut. Awalnya Alvin menolak, ia sudah akrab dengan suasana sekolah lamanya.
Lagi pula Alvin kurang suka berteman dengan anak-anak tajir gaul yang identik dengan kehidupan hedonis mereka. Tapi ibunya membujuk, tak semua anak-anak bisa masuk ke sekolah tersebut. Akhirnya Alvin luluh, ia menurut kepada ibunya.
Ternyata tak semudah yang dibayangkan menjadi murid baru disana. Alvin habis dikerjain, dijahili, dibuly oleh anak-anak disana. Pasalnya Alvin melawan sih, ia tipikal pemberontak, ga suka melihat ketidak adilan di depan mata. Alvin melihat banyak pemandangan kesenjangan sosial di sekolah ini. Terlihat jelas ada perbedaan mana yang kaya dan yang miskin.
************
Saat itu kelas sedang tak ada guru, suasana jadi riuh dan gaduh. Tiba-tiba dari arah belakang ada yang melempar kapur tulis yang dibungkus kertas.
"Tuk!" pas kena di belakang kepala Alvin. Ia menoleh kebelakang, kekiri dan kanan. Tak ada tanda-tanda mencurigakan, semua anak asyik larut dalam kegaduhan mereka. Mata Alvin melihat di arah kerumunan cewe yang sedang menahan tawa. Alvin tetap cuek dan duduk manis seperti biasanya.
Namun tiba-tiba "Tuk!" Kembali kapur tulis yang dibungkus kertas mendarat di ubun-ubun kepalanya. Habis kesabaran Alvin, namun matanya melirik kepada kertas yang membungkus kapur tulis. Alvin memungut dan membuka kertas tersebut. Ada tulisan besar-besar di dalamnya. "PSST HEY GANTENG, KENALAN DONG!"
Alvin kembali menoleh kebelakang, tampak kerumunan cewe yang cekikikan menahan tawa. Diantara anak-anak cewe tersebut ada Alya disana. Ternyata Alya pimpinan genk cewe tersebut dan tentu saja yang paling cantik.
Saat jam istirahat, Alvin langsung mendatang kerumunan cewe-cewe itu. Ia tahu Alya adalah ketua genk tersebut. Maka ia langsung mendatangi Alya.
"Gue ga tahu siapa yang punya kerjaan jailin gue tadi. Tapi gue yakin elo pasti biangnya dari kerumunan cewe-cewe gatel ini!"
"Gue kasih tahu ya, gue ga punya waktu meladeni yang kayak ginian, kalau elo mau nyari cowo, cari aja sana yang sama gatelnya kayak loe, atau kenapa loe ga ikut kontes pemilihan jodoh yang ada di televisi itu!" Kata Alvin sinis sambil melempar kertas tadi ke kerumunan anak-anak cewe tersebut dan langsung berlalu dengan cueknya.
"Hey, manusia songong!" Jangan pergi loe!" teriak Alya yang sudah tak tertahan amarahnya. Amarahnya naik seketika, ia merasa dilecehkan, belum pernah ada anak di sekolahnya yang berkata lantang dan kasar seperti itu kepadanya.
""Hey kuyak, apa loe bilang tadi? Loe pikir kami ini cewe ga laku apa? Ke-pede-an amat loe! Emang siapa yang mau jadi cowo loe! Sok kegantengan amat sih loe!"
"Gue ga merasa ganteng! Gue biasa aja, situ aja yang keganjenan. Di pikiran orang-orang kayak loe, ga laen ga bukan cuma urusan cowo, cinta, hura-hura. Mending loe fokus aja belajar yang baek sana, manfaatin harta orang tua loe, masih banyak hal penting yang dipikirin selain ngejar-ngejar cowo!" balas Alvin ketus.
"Eh, loe ga usah banyak tingkah ya disini, sok tua loe, ga sudi gue punya cowo kayak loe, ga level loe sama gue, ngaca loe!"
Alya menatap mata Alvin dengan sorotan tajam, dia makin tersulut emosinya. Cowo ini benar-benar belagu amat. Belum tahu siapa gue.. Awas loe bakal jadi bulan-bulanan gue ntar.
Alvin membalas pandangan tajam mata Alya, tapi kemudian ia tak menanggapi lagi, Alvin langsung ngeloyor pergi. Sementara Alya masih mencak-mencak meluapkan kekesalannya.
Selepas kejadian tersebut, Alvin mendapatkan tekanan, dia dikerjain, dibuly abis-abisan oleh anak-anak kelas tersebut. Bagi Alvin, tak masalah kalau dia dibuly asal jangan teman-teman yang senasib dengannya mendapat perlakuan seperti itu. Alvin sudah sering mendapatkan penghinaan, sindiran, ejekan Semua sudah sering ia terima dalam hidup ini.
Dan olok-olokan tersebut pun akhirnya berakhir dengan perkelahian. Pasalnya anak-anak kelas tersebut sudah melewati batas merendahkan teman-teman Alvin yang senasib dengannya. Alvin dikeroyok. Sebenarnya Alvin bisa menang melawan mereka kalau fight-nya satu lawan satu, tapi karena dikeroyok rame-rame, ya bela diri Aikido yang dimiliki Alvin nyaris tak berfungsi. Alvin babak belur di rame-ramein.
Kebencian Alvin kepada Alya memang tiada terkira lagi. Alvin menganggap Alya lah biang kerok perlakuan semena-mena terhada dirinya. Di mata Alvin, Alya dalah anak orang kaya hedonis yang tak pernah mengenal hati nurani dan hanya menganggap manusia itu dalam nilai status dan jabatan.
***********
Alya sedang hang out bersama teman-temannya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam lewat. HP Alya lowbat, jadi tidak ada panggilan masuk dari orang tuanya menanyakan keadaan dirinya.
Mau menginap ga mungkin, bisa dimarahi sang mama. Akhirnya Alya nekat pulang malam itu juga.
Supaya cepat sampai rumah, Alya mengambil jalan pintas yang kebetulan sepi. Takut-takut dia mengendarai mobilnya.
Tiba-tiba saat di tikungan jalan yang sepi dia dihadang sekumpulan pemuda geng motor.
"Hey ada anak kucing kesasar?" teriak salah seorang begal.
"Halo manis, ngapain malam-malam sendirian di tempat sepi gini. Nyariin kita ya?" Kawanan begal terkekeh-kekeh.
"Hey buka pintu loe, kalau ga gua hancurin ni sekalian mobil loe?" Salah satu begal bersiap menghancurkan kaca pintu mobil dengan besi panjang.
Alya sudah ketakutan setengah mati. Mau tancap gas, tapi sudah keburu dihadang. Banyak lagi begalnya. Kalau ketangkap nanti gimana? Begalnya sadis bawa besi panjang dan senjata tajam lainnya.
Alya akhirnya dibawa ke suatu gedung kosong. Mereka bergiliran ingin memperkosa Alya.
"Kalian jangan macam-macam ya? Papa saya bukan orang sembarangan, dia kenal banyak orang-orang di jajaran TNI dan Polri!" Ancam Alya.
"Gue ga mau tahu papa loe mau orang ga sembarangan, mau orang penting, persetan semua. Saat ini gue cuma pengen mau nikmatin tubuh loe?" Sahut seorang begal kurus krempeng bernama Ronny.
"Tolong.. Tolong saya?" Alya berteriak putus asa, ga tahu lagi mau berbuat apa. Tempat ini sepi tak kan ada orang yang akan mendengar.
Baju Alya habis dirobek paksa oleh si begal. Alya berteriak-teriak histeris. Saat si begal hendak memeluk Alya. Tiba-tiba ada sebuah teriakan.
"Bangsat mesum, haram jadah! Loe apain dia!"
"Bukk!", Sebuah balok kayu panjang tebal menghantam punggung laki-laki pemerkosa tadi.
"Keparat, siapa...?"
"Baak, buuk!" Belum selesai bicara, si begal sudah mendapatkan tendangan telak plus beberapa bogem mentah.
Mendengar suara gaduh, sekawanan genk motor yang ada di ruangan lain di gedung tersebut mendatangi..
"Ada apa Ron, kau kah itu? Kenapa berisik sekali?" Salah seorang kawanan genk motor berteriak memanggil.
Melihat gelagat yang ga baik, malaikat penolong tadi langsung menarik tangan Alya..
"Alvin?" teriak Alya.
"Lekas keluar dari tempat ini?" Alya tak menyangka itu adalah Alvin.
Alya terkejut, wajahnya pucat pasi, Alya menangis, dia tidak menyangka akan mengalami kejadian seperti ini. Dia mengikuti saja dirinya dibawa Alvin.
Alvin dan Alya berlari menghindari kejaran kawanan begal motor tersebut.
"Bagaimana kau menemukanku?" tanya Alya.
"Kebetulan aku lewat disini dan mengenali mobilmu? Sudah nanti saja bertanya!" Sahut Alvin.
Alya tak sempat membawa mobilnya. Ia mengikuti kemana Alvin berlari. Akhirnya mereka memasuki sebuah gang dan ternyata buntu.. Gang ini berakhir di sebuah tembok tinggi. Alvin melihat di sekeliling, tak ada tempat untuk bersembunyi atau lari lagi kecuali melompati tembok yang tingginya hampir 3 meter itu.
Tak mungkin bagi mereka untuk memanjatnya. Gawat, mereka terkepung sekarang. Alvin melihat Alya, ia baru sadar kalau baju Alya sudah tak keruan.. Ia membuka jaketnya dan memakaikannya ke Alya.
"Cepat, naik ke punggungku, panjat tembok itu!" Kata Alvin sambil berjongkok. Alya menuruti kata Alvin, ia menaiki pundak Alvin berusaha menggapai tembok. Alvin berdiri agar posisi Alya bisa lebih tinggi menuju tembok. Dengan susah payah akhirnya Alya berhasil naik ke tembok.
"Cepat lari!" teriak Alvin..
"Viin, kamu...
"Aku bilang cepat lari, aku akan coba mengalihkan mereka!" sahut Alvin.
Alya masih tak bergerak, hatinya bimbang, Alya bukan tipe orang yang cuma memikirkan keselamatan diri sendiri. Sementara kawanan begal motor sudah dekat.. Mau tak mau Alya meninggalkan tempat itu dengan sejuta kebimbangan di batinnya. Dia merasa bersalah meninggalkan Alvin.
Alvin babak belur di keroyok kawanan genk motor. Walau pun ia berhasil melumpuhkan beberapa dari kawanan begal tersebut, tapi Alvin kalah jumlah, abis dikeroyok rame-rame sih. Untung dia tak ditusuk senjata tajam.. Tapi kondisi Alvin cukup mengenaskan. Beberapa hari dia tak masuk sekolah. Alya menjenguknya dan memberikan bantuan pengobatan.
************
Sejak kejadian tersebut telah merubah hidup Alya. Sikapnya berubah kepada Alvin. Dia sering berkunjung ke rumah Alvin berkenalan dengan ibu serta kakak dan adik Alvin.
Kehidupan keluarga Alvin yang sederhana dan kekeluargaan ternyata membawa kesan yang mendalam di hatinya. Alya sekarang berubah menjadi gadis yang baik, ga lagi suka ngerjain dan jahilin orang. Kalau ga karena Alvin, entah bagaimana kehidupan dan nasib Alya..
"Please, gue mohon mulai sekarang jangan ganggu Alvin lagi, jangan jahilin dia, jangan buly dia lagi, bilang sama anak-anak semua?" pinta Alya kepada teman-temannya di suatu hari..
Rasa suka Alya kepada Alvin pun semakin dalam, dari awal berjumpa sebenarnya Alya sudah menyukai Alvin.
Alvin dikaruniai wajah yang tampan dengan postur tinggi 181cm, kulit kuning langsat, hidung mancung, body lumayan atletis. Kata orang-orang sih wajah Alvin mirip Nikolas Syahputra, hehe... Kalau udah begini cewe mana sih yang ga melirik?
Hanya saja Alvin bukan cowo tipe pengumbar ketampanan, bukan cowo tipe playboy. Alvin ga memperdulikan penampilannya, makanya ia sering terlihat sebagai sosok yang cuek, terkesan lusuh, urakan dan dingin (apalagi kalau berada dalam kulkas, lebih dingin lagi, beku malah).
Alvin memang punya karakter, dia unik, berbeda dengan cowo-cowo kebanyakan. Ga banyak cowo kayak gini, inilah yang membuat Alya klepek-klepek.
Semenjak itu Alya berusaha untuk mendekati dan mengambil hati Alvin.. Tapi Alvin tidak begitu saja melupakan perlakuan Alya selama ini kepadanya. Jangankan untuk berpacaran, berteman aja ogah dia sama si Alya. Alvin benar-benar benci kepada Alya. Tapi Alya tipe cewe yang menyukai tantangan dan pantang menyerah.
Justru makin sulit cowo itu di dapat makin penasaran dia.. Hingga perjuangan Alya pun ga sia-sia, Akhirnya Alvin pun makin menjauh, makin benci dia sama Alya yang resek tiap hari mendekatinya, hihihi..
Ga kok? Alvin akhirnya luluh tapi tidak secepat itu membuka hatinya kepada Alya.. Dan Alya pun sudah terlihat bisa mengajak Alvin pulang sekolah bareng, walau tidak setiap hari. Alya sudah bisa mengajak ngobrol Alvin yang dingin dan cuek. Namun sayang, tiba-tiba Alvin menjauhinya dan menolak berkencan dan berpacaran.
***********
Keputusan Alvin mengakhiri hubungan dengan Alya menjadi dilema sendiri buat Alya. Jelas kalau untuk menikah, ia belum ada niat untuk itu, bahkan memikirkannya pun tidak, tapi melepaskan Alvin dan menjauhinya sungguh Alya pun ga sanggup. Alya sangat mencintai Alvin. Akhirnya ia curhat ke Papa-nya..
"Anak itu baik dan sopan, Papa suka sama dia, begitu juga Mama-mu. Sewaktu kita mengundang mereka makan bersama di rumah kita, Papa lihat ibu, kakak dan adiknya juga baik-baik" kata Papanya Alya.
Kebetulan orang tua Alya juga menyukai Alvin, (iya lah, ganteng sih), apalagi Mama-nya Alya, dia sangat suka sama Alvin.
"Papa rasa ga ada salahnya kalau kalian menikah saja!" kata Papa. Diluar dugaan, jawaban Papa Alya begitu mengejutkan 😀.
"Apa Pa? Menikah? Serius Pa? Kita kan masih muda Pa, masih sekolah" sahut Alya.
"Ya, masalah usia menurut Papa no problem lah, kalian kan sudah kelas 3 SMU, sebentar lagi kalian menjadi mahasiswa, dan umur kalian pun sudah hampir 19 tahun. Di kampung-kampung, orang-orang tua mereka malah menikahkan anak-anak mereka pada usia 16-17.
Ada positifnya buat kalian jika menikah. Kalian bisa bebas menjalin hubungan cinta kalian, bisa berduaan terus tanpa ada kekhawatiran dari akibat negatif yang ditimbulkan. Papa dan Mama juga ga khawatir dengan kalian! Papa rasa bagus juga kok..
Kalau masalah tanggung jawab Alvin mencari nafkah, ga usah difikirkan dulu. Kalian kan masih pelajar SMU, dan nanti juga bakal melanjutkan ke perguruan tinggi. Ya fokus aja ke pendidikan kalian, nanti kalau sudah tiba saatnya pasti Alvin bisa mendapatkan pekerjaan!" kata Papa Alvin panjang lebar.
(Wow, orang tua yang keren ini, mana ada orang tua tajir bijaksana kayak gini di jaman sekarang ini) 😀
"Ya udah, nanti kita bicarakan lagi sama mama kamu, juga kita perlu mendengar pendapat dari keluarga kita?" kata Papa..
Alya cuma terdiam mendengar kata-kata Papa-nya. Hatinya diselimuti penuh dengan berjuta pertanyaan. Tapi dibalik semua itu terbersit rasa damai di hati Alya.
***********
Saat itu kelas Alvin sedang jam olah raga, anak-anak sibuk dengan aktifitasnya. Alvin sedang asyik bermain tenis meja dengan temannya. Ia memang menggemari olah raga ini. Cara dia memainkan bola, baik smash forehand dan backhand mirip petenis meja profesional.
Pukulan demi pukulan bola ping pong seakan sambung memyambung. Hampir tak pernah satu bola pun tak dia kembalikan. Pokoknya miriplah kayak petenis meja profesional yang ada di TV-TV itu.
Permainan pun usai, peluh bercucuran.
Alvin membuka kaosnya yang basah oleh keringat dan menyeka badan atletisnya dengan handuk. Dan....
"Waaaaa..!! Tiba-tiba terdengar teriakan histeris dari sekumpulan cewe-cewe di lantai 2, dan "Gedubrak!" 1 siswi jatuh dari lantai 2 dan mendarat di atap kantin dengan sukses, wkwkwk..
Mereka histeris melihat body Alvin. Busyet dah, Alvin panik, ia buru-buru memakai baju seragam kemeja putihnya. Alvin pikir tak ada anak-anak cewe yang melihat, makanya dia santai aja membuka bajunya, hehe..
"Hahaha.. Bro, resiko orang ganteng kayak kita ini ya begini, di iler-in banyak cewe-cewe", kata Rizky ngakak.
"Ganteng gundulmu!" sahut Alvin..
Tiba-tiba ringtone SMS di HP Alvin berbunyi.. Ada SMS masuk rupanya. Alvin membukanya, SMS dari Alya.
"Vin, malam ini bisa ga datang ke rumahku, Papa mau ngobrol-ngobrol sama kamu?"
Alvin membalas: "Ada masalah apa Ay?
"Datang aja ntar malam, kamu nanti tahu sendiri kok? Janji datang ya Vin?"
Alvin mengantongi HPnya kembali. "Ada apa ya? "Alvin merasa gelisah.
***********
Ba'da Isya Alvin langsung bergerak menuju ke rumah Alya.
Langit terlihat tanpa bintang, angin terasa sejuk berhembus. Sepertinya cuaca mendung. Alvin sudah sampai di pagar depan rumah Alya yang mewah. Seorang satpam terlihat membukakan pintu gerbang. Alya keluar menyambut.
"Masuk aja Vin, papa udah nungguin tuh? Ujar Alya. Salah satu sifat Alvin yang Alya suka, yaitu Alvin orangnya menghargai janji, sangat langka sekarang ada orang-orang yang menghargai janji mereka.
Alvin deg-degan. Seribu tanda tanya berkecamuk di fikirannya.
"Assalamu'alaykum..?"
"Wa'alaykumsalam..!"
"Masuk aja Vin?" sahut Papa Alya.
"Kamu udah makan?"
"Udah Om.. Barusan tadi di rumah"
"Duduk Vin, begini, Om mau nanya, kamu beneran suka sama Alya?"
Jleb.. "udah gue tebak, pasti urusan yang ini nih?" batin Alvin dalam hati.
"M..m..maksud Om?" tanya Alvin gugup.
"Vin, kalau kamu benar suka sama Alya, gimana kalau kalian menikah saja? Bukan kah itu yang kamu inginkan? Kamu ga suka pacaran kan? Kamu sendiri suka juga kan sama Alya, kalian saling suka dan mencintai, bukankah begitu?" tanya Papa.
Alvin ga menyangka kalau Papa Alya seserius ini?
"Jawablah Vin? Om ingin mengetahui kesungguhan kamu?" desak Papa.
"Iya Om, saya menyukai Alya, tapi untuk sampai melangkah ke pernikahan, saya belum siap Om, saya kan......"
"Masalah nafkah hidup jangan difikirkan, biar Om sementara yang menanggung biaya hidup kalian. Kalian tinggal menjalankannya saja, setelah menikah toh kalian masih tetap menyelesaikan sekolah kalian bahkan sampai ke perguruan tinggi!" Kata Papa.
Alvin diam, dia masih ga percaya apa yang di alaminya. Kok segampang ini mau nikah ya? Pikir Alvin. Dimana-mana di negeri ini, yang namanya mau nikah itu kudu sulit, ribet, harus ini, harus itu, harus punya uang yang banyak, pokoknya ribet lah.
"Ya udah, gini aja, Om kasih kamu waktu dua minggu buat memikirkannya. Apa pun keputusan kamu, Om terima. Kamu bilang kamu ga suka berpacaran dan ingin menjalani pernikahan. Sekarang Om kasih jalan untuk itu. Tapi jika kamu memang ga bersungguh-sungguh dengan Alya, silakan setelah dua minggu ga usah lagi datang kemari. Semua ini Om lakukan demi Alya..
Alvin diam menghela nafas panjang dalam hati.. Panjang sekali... Sementara di luar hujan telah turun membasahi bumi..
**********
Alvin gundah, fikirannya tak tenang, kata-kata papa Alya terus terngiang di telinganya. Dia diberi kesempatan dua minggu untuk memberikan jawaban.
"Gila aku apa ya? Kenapa aku harus alami semua ini? Tak terbayang aku bakal punya istri orang tajr. Kebayang begitu berat tanggung jawab dan beban yang kupikul.
"Aduuh kenapa juga aku mengeluarkan kata-kata nikah ke Alya? Jadinya ya begini deh, kena todong aku?" Alvin membatin dalam hati.
Tapi memang Alvin juga menyukai Alya, sejujurnya dia juga berat berpisah dengan Alya. Tapi jika harus menjalani pacaran, Alvin ga suka.. Jadinya dilema. Ah..pusing...
Dua minggu pun telah sampai, Alvin tak kan datang lagi ke rumah Alya, dia langsung memberikan jawaban ke Alya.
"Ay, maaf, aku ga bisa datang ke rumah kamu?"
"Aku sampaikan saja sama kamu disini. Ay, maafkan aku, a..aku ga bisa menikahi kamu.. Kita putus saja sampai disini.. Lupakan aja apa sudah kita jalani. Aku ga pantas buat kamu. Aku orang miskin Ay, maaf aku takut ga bisa memberikan kebahagiaan buat kamu..."
"Vin, kok gitu ngomongnya? Apa kamu fikir aku ni cewe matrealistis? Aku ga cari cowo kaya raya. Kekayaan aku sudah punya dan nikmati, walaupun itu semua punya orang tuaku, tapi itu semua nantinya akan menjadi milik anak-anak mereka!".
"Vin, cowo tajir dan ganteng itu banyak di sekolah kita. Tapi coba lihat mereka tu semua cuma tebar tampang dan kekayaan orang tua mereka. Beda samu kamu Vin? Kamu tu baik dan tulus, punya prinsip dan keyakinan. Kamu tu punya idealisme. Tau ga sih kamu tu unik orangnya Vin.. Dan itu yang bikin aku suka sama kamu!" ujar Alya berusaha meyakinkan dan membesarkan hati Alvin.
"Lagian kamu Vin, kok ngasih keputusan ke Alya, bukannya ke Papa, kamu ga gentle ah.. Protes Alya.
"Maaf Ay, tapi aku benar-benar ga bisa.. Kita ga usah ketemuan lagi, Ay?" sahut Alvin sambil meninggalkan tempat itu.
"Viiin, Viiin, tunggu..
Akhirnya adegan kejar mengejar pun terjadi.
***********
Hari-hari berlalu, Alvin terlihat menjaga jarak dengan Alya. Sering mereka lewat berpas-pasan tapi Alvin membuang muka, dan kemudian mencari muka yang baru lagi 😀
Sesekali Alya mencoba menyapa tapi Alvin seperti biasa dengan dingin tak menanggapinya. Biasanya sifat kita yang tampak dari luar belum tentu itu aslinya. Seseorang yang cuek, dingin ternyata dia butuh diperhatiin, hehe..
Mungkin Alvin begitu juga. Dia menghindari Alya dan bersikap dingin padahal hatinya sangat merindukan Alya. Benarlah fakta itu, dua bulan Alvin bersikap cuek akhirnya dia ga tahan lagi. Ia curhat kepada ibunya.. Pada dasarnya Ibu Alya menyetujui saja hal ikhwal rencana pernikahan tersebut. Karena Ibu juga menyukai Alya yang baik dan perhatian kepada keluarga Alvin. Setelah memberikan nasehat, ibu menyerahkan sepenuhnya kepada Alvin. Ibu yakin, Alvin sudah cukup.
***********
Ba'da Isya cuaca terlihat mendung, angin berhembus kencang, sesekali kilat tampak menerangi langit malam tanpa bintang. Rintik hujan turun perlahan. Bau tanah basah menyejukkan rongga hidung. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya seolah laksana tercurah dari langit.. Hujan kembali turun membasahi bumi.
Di tengah jalan terlihat seorang pria remaja berlari-lari, bajunya basah kuyup. Sementara hujan makin bertambah deras diselingi guntur yang memekakkan telinga. (Kayak cerita-cerita novel silat Wiro Sableng ya, qiqiqi..)
Pria itu sampai ke sebuah gerbang rumah mewah, nafasnya tersenggal-senggal. Ia memencet bell.. Tak berapa lama tampak seorang satpam menghampiri. Satpam tersebut mengenali remaja itu. Ah.. Ternyata pria remaja itu Alvin. Pintu pagar yang tinggi pun dibuka.
"Bang, Pak Gunawan ada di rumah?"
"Oh, ada mas, tunggu sebentar saya panggil beliau!" sahut satpam tadi bergegas masuk ke dalam rumah.
Alvin menunggu di teras depan rumah, tubuhnya menggigil menahan dingin.
"Alvin...?" satu suara memanggil.
"Oh.. Kamu Ay?"
"Ngapain Vin hujan-hujan begini? Ampun, kamu basah kuyup begini?"
"Papa kamu ada di rumah kan Ay? Aku mau bicara.."
"Udah, masuk dulu, ganti baju dulu, nanti kamu sakit Vin? Ayo masuk" Alya menarik tangan Alvin masuk kedalam rumah.
"Wah, Alvin kok hujan-hujan begini?" sahut Mama Alya.
"Iya Ma, mungkin masa kecil Alvin kurang bahagia!" canda Alya geli..
Setelah mengeringkan badan dan mengganti baju, Alvin disuguhi susu coklat dingin, mantaap..😀
"Ada apa Vin?", kata Papa.
"Anu om, apa saya masih boleh merubah keputusan saya?" tanya Alvin. Saya mohon maaf Om, tempo hari tak langsung datang ke rumah?"
"Kenapa kamu merubah keputusan kamu?" tanya Papa.
"Saya mencintai Alya Om, saya menyukai Alya, saya ga bisa berpisah dengannya. Sekuat apa pun saya menghindari, perasaan itu semakin mengganggu" ujar Alvin lirih.
Terus terang awalnya saya takut ga bisa membahagiakan Alya dengan limpahan materi. Tapi sekarang saya ingin berusaha dan berikhtiar dalam meraih mimpi dan harapan saya, Om?" ujar Alvin.
"Begitu, terus selanjutnya bagaimana?"
Izinkan saya menikah dengan Alya Om?" Pinta Alvin..
Alvin nekad, jika permintaannya ditolak dia ikhlas menerima, jika Papa Alvin berkata kasar kepadanya, dia juga ikhlas menerimanya. Yang penting ganjalan yang ada di hatinya telah dicurahkan.
"Kalau kamu benar-benar mencintai Alya dan tidak menyakiti hatinya. Maka kami izinkan kalian untuk menikah!" kata Papa.
"Alhamdulillah.. "Ya Allah, aku menikah? Di usia sekarang? Benarkah?"
Lega sekarang perasaan Alvin. Alya juga bersujud syukur di kamar mendengar semua ini. Alhamdulillah..
***********
Akhirnya hari bahagia itu pun tiba. Dua insan yang saling mencintai, Alvin dan Alya pun diikat dalam ikatan suci pernikahan. Dua wajah saling memandang bahagia dan tersenyum penuh arti. Ah bahagianya kalau cerita ini betulan.. 😀
Dan perhelatan akbar pun digelar mewah. Semua teman, sahabat, kerabat, keluarga, jiran datang menghadiri.
Di atas pelaminan, bak raja dan ratu, Alvin dan Alya duduk bersanding, sesekali mata mereka saling melirik dan tersenyum. Kebahagiaan hati tak usah lagi ditanya, tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Di sebuah kamar di hotel berbintang lima, Alya dan Alvin melewatkan malam pertama mereka. Ini merupakan hadiah pernikahan dari orang tua Alya.
Alya memegang tangan Alvin.. "Vin, aku ga nyangka kalau sekarang kamu itu jadi milikku. Kamu tahu ga, kalau aku sayang banget sama kamu.."
"Sangat.. Vin?", ujar Alya lirih.
Alya memberanikan diri memeluk Alvin. Alvin cuma tersenyum sembari membelai rambut panjang Alya dengan kasih sayang serta mencium kening dan ubun-ubun kepala Alya.
"Ah bahagianya...
**********
Hari pertama Alvin dan Alya memasuki sekolah. Kali ini Alya tidak lagi mengendarai mobil sendiri atau bersama teman-temannya, sebab sudah ada suami tercinta menemaninya. Memasuki halaman sekolah, anak-anak menyambut dengan riuh.. "SELAMAT DATANG PENGANTIN BARU!"
Doo..mesranya..
"Cie..ciiee.. Pengantin baru..
Begitulah, hari-hari Alvin dan Alya dilewati dengan kegembiraan. Kemana-mana mereka selalu berdua, nikmatnya berpacaran setelah menikah..
Mereka tak khawatir lagi, semua sudah halal.. Mau bergandengan tangan, berpelukan.. Semua tak lagi terlarang. Dan seiring dengan waktu dan bertambahnya wawasan, Alya pun hijrah mulai mengenakan hijab Syar'i.
End..
Lihatlah bagaimana Islam menempatkan hubungan asmara pria dan wanita pada tempatnya benar, tidak diumbar dengan hawa nafsu.
Pernikahan dini, kenapa tidak? Itu lebih baik dari pada bergumul dan berlarut-larut dalam hubungan berpacaran yang penuh maksiyat dan tak jelas itu.
Berbahagialah mereka yang mengawali pernikahan tanpa berpacaran.
(Oleh Difan - 21 Feb 2017 di Rengas Pulau)
(Tulisan ini sudah pernah dipublish di beberapa blog dan situs saya)
Post a Comment