Jam dinding di ruang tamu menunjukkan pukul 6 pagi, setelah menunaikan Shubuh dan menjaga anak, seperti biasa saya keluar menuju garasi untuk memanaskan mesin motor.

Ya, aktifitas rutin saya setiap pagi mengantar istri pergi kerja. Setelah membuka pintu depan rumah, saya sempatkan melongok keluar pagar sembari menghirup udara pagi yang segar.

Saya perhatikan rumah tetangga yang di depan, kok ada terpancang bendera sebuah partai politik? Apa yang punya rumah sudah gabung ke partai itu?

Seingat saya Bapak yang punya rumah itu ga pernah terlihat mendukung partai mana pun. Saya arahkan pandangan sebelah kanan menuju arah mulut gang, ternyata sudah berkibar bendera-bendera partai tadi di rumah-rumah tetangga sepanjang gang.

Sejak kapan orang-orang gang ini terlibat dukung mendukung partai politik? Setahu saya hanya beberapa rumah saja. Reflek saya alihkan pandangan ke kiri dan... Astaga....di sudut atas garasi rumah saya juga terpancang bendera si partai tadi.

"Apa-apaan ini?! Siapa yang pasang bendera di rumahku tanpa izin? Enak saja main pancang bendera di rumah orang?"

Segera saya masuk kedalam rumah mengambil gunting, saya buka pagar dan memanjat besi garasi untuk memotong tali pengikat bendera tersebut. Menuruti kata hati, ingin bendera itu saya campakkan saja ke jalan atau ke kubangan air di samping rumah. Tapi mengingat menghindari terjadinya konflik, akhirnya bendera tadi saya bawa masuk, langsung saya letakkan di dalam garasi di balik tumpukan barang-barang.

Saya masih jengkel dengan bendera tadi. Sudah bisa menebak siapa yang punya kerjaan. Enak saja main tancap bendera, saya ga maniak terhadap partai politik mana pun. Sekali pun partai Islam kayak PKS saja pun saya menolak bendera tersebut dipasang di rumah saya, apalagi ini bendera partai politik si Aseng, "beeeeuuuuuhhh.. amit-amit, entar orang mengira saya pendukung atau anggota partai Aseng itu? Kalau yang ditancepin itu bendera Tauhid, ya oke lah!".

Saya menduga yang tancapin bendera itu tetangga yang di pertengahan gang. Karena sebelumnya saya lihat bendera itu berkibar cuma di rumahnya saja. Sebelumnya tetangga itu anggota partainya pak PS. Ada dua rumah di tempat saya pendukung partai G. Karena partai G milik pak PS itu saya liat selalu mendukung Islam, jadi saya respek sama anggota-anggotanya walau pun saya bukan pendukung fanatik partai beliau. Entah kenapa tiba-tiba si tetangga tadi berubah bendera, sebelumnya uda mendingan gabung di partai G, kok jadi merubah haluan? Apakah ini yang namanya mendukung partai/organisasi karena ikut-ikutan atau karena jabatan/kekuasaan?

Bergabung ke partai politik itu bukan seperti bergabung di fans club, yang mana suka dipilih. Bukan dipilih mana yang suka, tapi mana yang baik? Setiap partai politik itu ada misi dan visinya. Apa tujuan partai-partai itu didirikan? Siapa pemilik dan pendirinya, bagaimana track recordnya?

Apakah dia bermaslahat untuk umat dan agama (Islam) atau menistakan agama? Jangan sampai anda memilih atau bergabung di partai yang nyata-nyata menyudutkan, menistakan dan memusuhi Islam, sementara partai yang membela Islam, anda musuhi. Tentu saja artikel ini ditujukan buat saudara-saudara saya umat Muslim.

Untuk menentukan mana partai yang baik dan yang tidak, maka anda harus membaca info dari media-media yang baik pula, yang bisa dipercaya.

Bagaimana Bisa Mereka Dibilang Baik, Semua Pendukung Partai Merasa Komunitasnyalah Yang Paling Baik?

Nah, disini dituntut pemikiran kritis anda yang ditopang keimanan. Ini modal awal anda dalam menentukan. Dari sini kedepannya anda bisa melihat sepak terjang pelaku-pelaku politik ini, anda bisa menilai dengan kejujuran dan kebersihan hati anda, mana yang sering berbuat kerusakan dan mana yang mendukung kebaikan.

Orang baik itu yang bagaimana? Yaitu orang-orang yang mencintai agamanya (Islam) dan mendukung segala Syariat Allah dan RasulNya, berbuat keikhlasan untuk bangsa dan agama.

Bergabunglah dengan orang-orang baik, yang pro kemaslahatan umat. Jangan sembarangan gabung ke partai. Ingat dengan memilih partai yang baik maka anda akan memilih pemimpin yang baik pula (Insya Allah).

Walaupun partai-partai yang ada sekarang ini belumlah dikatakan partai 100% islami (memperjuang hukum-hukum Allah), paling tidak kita sudah meminimalisir mudharat yang ditimbulkan dari kelompok-kelompok yang memusuhi Islam dengan memilih pemimpin dari partai yang baik tadi.

Bukan jamannya lagi mengekor dan membebek. Mulai lah perduli, jangan hanya mementingkan urusan diri sendiri.

(Wallahu'alam)

Post a Comment