Sudah kerja nak?"

"Belum bu, sekarang susah cari kerja?"

"Lho kok belum, kamu kan sudah sarjana, masa ga dapat kerjaan?"

Itu lah pertanyaan yang sering diajukan orang-orang kebanyakan kepada diriku. Bukan cuma diriku, tapi mungkin sebagian besar orang-orang yang lulusan perguruan tinggi yang masih menganggur.

Padahal tidak lah demikian, sang sarjana tadi kebetulan dia berprofesi sebagai seorang pedagang. Di mata orang Indonesia, selain pegawai negeri/swasta adalah pengangguran meski dia sudah punya usaha sendiri. Belum jadi orang kalau kita belum bekerja, begitu istilah kebanyakan orang.

Kuliah itu bukan untuk cari kerja. Kuliah itu sejatinya untuk belajar, mendapatkan ilmu. Nanti kalau sudah lulus jadi sarjana, maka dia bisa menerapkan ilmunya untuk kepentingan orang banyak. Apakah itu di perusahaan, di usahanya sendiri, di masyarakat, dan sebagainya. Jadi sarjana itu ga melulu di Bank dan PNS atau perusahaan elit lainnya tapi sarjana juga bisa berprofesi sebagai seorang ustadz, bisa seorang pedagang, bisa ibu rumah tangga dan lainnya. Tidak identik dengan cari kerja.

Tapi masyarakat kita sudah terlanjur meyakini paradigma ini, meyakini kuliah itu wah, hebat, dan saat lulus dapat kerja.

Memang sih pada prakteknya kebanyakan faktanya seperti itu. Lulus kuliah terus kerja ditempat yang elit. Mana ada lulusan kuliahan terus mengabdi kepada masyarakatnya, bisa-bisa dicap pengangguran. Kayaknya terlalu idealis ya?

Tidak heran kalau seperti itu, lha awalnya saja sudah salah. Niat kuliah itu untuk apa? Rata-rata orang mau kuliah itu pasti agar kelak mudah dapat kerja. Dan cara yang ditempuh pun tidak benar seperti membeli nilai ujian dengan memberi uang suap pada dosen. Kuliah ga pernah masuk kelas, lebih sering nitip absen. Beginilah jadinya. Lahirlah mahasiswa-mahasiswa karbitan.

Penulis juga tidak memungkiri termasuk salah satu dari niat awal yang salah tadi. Tapi penulis menempuh ujian lebih banyak menempuh cara yang jujur yaitu menguasai dan menghafal materi. Bahkan saat penulis membuat skripsi, penulis benar-benar mengadakan riset di lapangan. Ya walau dibantu teman juga, masih mending dikitlah. Makanya jangan contoh saya ya? 😀

Manfaat dari kuliah itu ga mesti harus dapat kerja atau jadi orang sukses, masa depan cerah. Anda boleh beraktifitas atau kerja, atau membimbing keluarga atau mau ngapain aja lalu terapkan pengalaman intelektualitas anda disana.

Pemikiran antara orang yang kuliah dengan yang tidak itu berbeda. Dari sikap, prilaku dan cara berfikir, membimbing istri, mendidik anak, mengatasi masalah bahkan dalam bercanda dan marah sekalipun, orang kuliah itu lebih terpelajar. Orang kuliah itu lebih mengedepankan ilmu etika dan moral.

Seorang ibu rumah tangga yang mengenyam kuliahan dengan ibu rumah tangga yang tidak kuliah itu berbeda, sangat berbeda. Ibu rumah tangga yang kuliah akan mendidik anak-anaknya dengan menanamkan pola fikir kecerdasan, bukan mengekor dan berpedoman kepada kata-kata mitos orang-orang tua dulu.

Singkat kata orang berpendidikan itu lebih terpelajar. Anda bisa rasakan itu saat bergaul dengan orang kuliah dan yang tidak.

Meskipun saya tidak mengkritisi orang-orang kuliahan yang bertujuan mencari kerja dengan titel sarjananya. Itu manusiawi. Hanya saja tempuhlah dengan cara yang benar, tidak curang. Jadilah mahasiswa sejati yang menuntut ilmu, bukan mahasiswa abadi yang membeli ilmu.

Ini juga sekalian nasehat buat adik-adik mahasiswa/i yang sedang menempuh studi di perguruan tinggi. Belajar yang benar ya dek, jangan banyak mejeng dan narsis di kampus, kuasai bidang perkuliahanmu, jangan nyontek, jangan suka bolos, jangan suka nyogok dosen buat dapat nilai tinggi.

Kalau anda kuliah cuma buat nampang dan gaya-gayaan atau cuma ikut-ikutan, lebih baik ga usah kuliah, mending anda kerja cari duit daripada menghamburkan uang orang tuamu. Kasihanilah orang tuamu yang sudah sudah payah, banting tulang membiayai kuliahmu. Jangan jadi mahasiswa abal-abal.

Tulisan ini bukan bermaksud membandingkan antara yang kuliah dan yang tidak, bukan pula untuk menyanjung dan merendahkan. Hanya sekedar opini kritis dari pemikiran orang banyak yang keliru, padahal faktanya tidak benar seperti itu.

Semoga artikel jelek dan singkat ini ada manfaatnya..

Post a Comment