Belakangan saya suka searching lagu-lagu lawas di internet. Bukan maksud ingin menikmati musik kembali. Tapi karena lagu lawas itu mengingatkan saya kepada kenangan lama (bukan kisah cinta ya). Ga tahu kenapa, setelah usia semakin bertambah ini saya suka mengenang kenangan lama. Melo ya?

Walau pun sebenarnya saya udah berhenti menikmati musik, tapi karena ingin flashback mengingat masa lalu, jadi terpaksa saya dengar juga lagunya. Sesekali tak apalah.

"Cita Yang Tersita". Itu nama lagu yang ingin saya cari. Berhubung memang tak lagi mengkoleksi kaset atau file mp3 musik apapun, jadi satu-satunya tempat mencari yang gituan, dimana lagi kalau bukan di Youtube (YT). Akhirnya saya berselancar di media streaming tersebut.

BTW ada yang tahu Power Metal? Kalau ada yang tahu, toast kita. Kalau ada yang ga ngeh, kasian ente, berarti ente pendatang baru, hehe...

Power Metal itu grup band cadas tanah air. Dikenal publik sekitar tahun 1989-1990.

Lagu cita yang tersita menyimpan kenangan khusus berpuluh tahun yang silam. Benar saja, setelah ketemu videonya dan di play, "waaaah hanyut dah, ampe mata ane berkaca-kaca". Beneran, dengar intro melodi gitarnya langsung dah saya terlempar ke masa beberapa puluh tahun yang silam. Irama demi irama dan bait mengusik jiwa yang melo ini, padahal ini lagu keras dan speed tapi kok melo?

Lagunya memang speed dan menghentak, tapi perjalanan hidup saya-nya yang sedih. Kala itu saya remaja berusia 17 tahun, masih mengenakan seragam putih abu-abu. Lagu ini mengingatkan saya saat masa-masa sekolah, dimana saya sering berkhayal tentang mimpi-mimpi indah. Namanya juga masa remaja, semangat dan keinginan itu menggebu-gebu. Dan mimpi-mimpi tersebut tinggal hanya sebuah mimpi. Syair dari lagu cita yang tersita tersebut seolah menceritakan kisah kehidupan ini.

Saat remaja memang saya maniak metal. Di Medan kala itu remajanya masih gandrung dengan musik disko dan pop, saya udah gahar duluan dengan Heavy Metal. Karakter musik Metal yang keras, cepat dan menghentak cocok dengan jiwa saya yang memberontak.

Lagu ini bukan saja mengenang kisah sedih saya, melainkan juga mengingatkan keadaan diri ini. Saya yang waktu itu masih muda belia, sekarang sudah bapack-bapack. Cepat sekali waktu berlalu. Rasanya ga terima. Saya pun menangis (cengeng ya). Nangisnya bukan karena pengen muda jadi metaler lagi. Saya menangis karena mengenang perjalanan hidup dimasa remaja yang tidak indah ini begitu cepat berlalu.

Harusnya masa lalu tersebut menjadi kenangan pahit. Tapi justru kejadian yang pahit itu malah menjadi kenangan yang manis. Nah disini saya sering teringat semuanya..

Kemana semua yang saya cintai dan yang saya benci? Kemana teman-teman ngeband, teman akrab di sekolahan, teman-teman sekolah yang suka ngebuly dan norak. Kemana kehidupan masa muda dulu? Kemana semua itu...????

Saya ga terima, kalau saya sudah tua. Saya masih remaja. Saya bukan orang tua, merekalah yang orang tua yaitu ayah saya (rahimahullah), paman dan bibi, bapak/ibu guru, tetangga-tetangga. Mereka itu semua orang tua saya, sedangkan saya masih remaja, masih muda, buktinya saya suka ngeband di studio, saya suka nempelin poster-poster grup metal di kamar saya. Iya kan? Mana ada orang tua suka ngeband, dan metal gila-gilaan?

"TIDAAAAAK ROMA.....??!!!! (apaan seh)

Cukup lama saya hanyut, sampai akhirnya lantunan di video pun saya hentikan. Saya sadar, bahwa ini memang saya yang sekarang. Saya sudah tidak muda lagi, tidak boleh lagi metal-metalan, tidak boleh lagi memacu adrenalin mendengarkan hingar bingar musik, tidak boleh lagi memberontak dengan amarah, tidak boleh lagi terus melakukan hal yang sia-sia. Masa lalu tidak bisa kembali lagi, walau itu kejadian yang manis atau pahit sekalipun.

Dunia ini hanya senda gurau, dunia ini tercela untuk hal-hal tak bermanfaat. Kehidupan itu terus berputar, semua akan berubah, dan pada akhirnya akan tiada, tak ada yang abadi.

Sekarang saya sudah tak metal lagi. Jiwa musik sudah lama saya tinggalkan. Kalau pun mendengarkan hanya sebatas mengenang masa lalu, itu pun hanya sesekali dan tidak lama-lama.

Slogan tiada hari tanpa musik tergantikan dengan tiada hari tanpa mendengarkan/membaca Al-Qur'an. Headset di telinga sekarang hanya mendengarkan keindahan murottal Al-Qur'an.

Post a Comment