Suka kesal (kalau ga mau dibilang muak) lihat orang-orang yang suka menganggap orang yang menganggur itu pemalas, ga mau bekerja, milih-milih. Hingga sampai berbusa-busa mulut mereka menggurui dan menyalahkan kenapa tak mau bekerja.
Padahal tidak semua orang yang menganggur itu pemalas, dan kita harus lihat apa penyebabnya. Kalau memang dia malas bekerja, maunya santai, atau sengaja memilih-milih pekerjaan yang levelnya bonafid. Ya ini salah. Tapi jika memang lahan pekerjaan tak mudah didapat, padahal dia sudah mencoba mencari kesana kemari, apa harus disalahkan juga?
Apa mereka ga liat, cari kerjaan di negeri ini begitu susahnya, sampai-sampai orang rela menyuap, menyogok, berlaku tidak jujur agar diterima bekerja. Ketatnya persaingan mencari pekerjaan membuat orang-orang tak diberi pilihan untuk bekerja di bidangnya (sesuai kemampuannya), yang penting bisa bekerja. Tak heran ada Sarjana Hukum bekerja menjadi sales farmasi, malah ada seorang sarjana yang bekerja jadi ojol dan cleaning service. Luar biasa bukan?
Sekalipun mendapatkan pekerjaan tapi jauh dari yang disebut layak. Anda tahu tidak, kalau kebanyakan pemilik-pemilik usaha di negeri ini (khusus di tempat saya) mempekerjakan karyawannya seperti kerja paksa / rodi. Karyawan dipekerjakan dari mulai pagi, sampai tengah malam, kerja full rangkap, dari mulai pakai sistem shift sampai non shift. Bahkan hari libur pun dipaksa kerja. Malah ada yang saat hari raya Idul Fitri juga masuk kerja, luar binasa bukan?
Sudah gitu, upah pun kebanyakan dibawah UMR. Salah satu contoh: Perusahaan rumah makan. Di tempat saya yang namanya restoran-restoran, warung, kafe dan yang sejenisnya tidak ada yang buka dari pagi sampai sore. Rata-rata usaha-usaha rumah makan buka 1 harian penuh, dari jam 9 pagi sampai jam 11 - 12 malam. Normalnya orang kerja itu batasnya hanya sampai sore. Ini dipaksa sampai tengah malam, masih mending dapat gaji lembur, ini cuma gaji normal. Kebanyakan karyawan yang baru bekerja hanya digaji 1 jutaan.
Bukan cuma usaha-usaha rumah makan saja, usaha-usaha lainnya seperti butik, toko pakaian, mainan anak, toko sepeda, apalagi mall, dan lainnya semua beroperasi dari pagi sampai malam. Jadi karyawan harus sanggup 1 harian penuh bekerja disana, minimal pakai shift.
Nah itu baru kerja rodi, gimana dengan waktu ibadah, apakah para pekerja diberikan waktu shalat lima waktu oleh majikannya? Saya yakin hanya sebagian kecil bos-bos / pemilik usaha yang memberikan waktu ibadah untuk karyawannya. Kalau pun karyawan dikasih ibadah, itu pun hanya boleh di musholla. Laki-laki itu wajib sholat di Masjid, bukan di musholla atau ruangan kecil. Berapa banyak orang-orang Islam yang bekerja mengorbankan waktu ibadah mereka demi mempertahankan periuk nasi mereka. Kerjaan susah didapat, mau resign belum tentu dapat lagi kerjaan dengan mudah, ya sudahlah, yah ga apa-apa dilarang shalat yang penting bisa kerja.
Nah dengan fenomena diatas, masihkah kau berkoar-koar menyalahkan orang yang kau bilang tak mau bekerja? Padahal faktanya mencari nafkah dinegeri yang katanya gemah ripah loh jinawi ini tidak seenak jidat yang difikirkan.
Kalau pun ada suami yang sanggup bekerja dibawah kondisi yang tak layak seperti diatas, sudah pasti gaji tak mencukupi. Alhasil ya istri juga yang turut bekerja membantu perekonomian keluarga.
Melamar pekerjaan di suatu perusahaan, banyak dihadapkan dengan seabreg syarat-syarat yang melelahkan, seperti harus usia muda, belum menikah, berpengalaman, diutamakan wanita (nah loh), cantik/ganteng, dan lain-lainnya.
Jangankan cari kerja di perusahaan-perusahaan elit, ngelamar kerja di perusahaan-perusahan level bawah seperti jadi pelayan toko / rumah makan, doorsmeer atau yang semisal dengan itu susahnya minta ampun. Harus dengan perantara orang yang dikenal, itu pun kalau memang ada lowongan, kalau ga ada yang dikenal, hanya modal nekad mengemis-ngemis pekerjaan atau ngasih lamaran door to door ke perusahaan, jangan berharap banyak. Sudah ketauan hasilnya: "MAAF PAK/BU GA ADA LOWONGAN...!!!!"
Jangan dikira segampang itu ngomong: "Cari aja kerjaan jadi pelayan kek / cuci piring kek di rumah-rumah makan. Hey You...!! Kau fikir usaha-usaha itu milik nenekmu yang dengan segampang itu bisa kau masuki seenak jidatmu..!!!"
Kalau memang gampang cari kerja, ga kan sebanyak ini jumlah pengangguran di negara yang katanya kaya raya ini. Pun yang sudah bekerja lebih banyak rendah tingkat kesejahteraannya ketimbang yang layak. Fikir pake otak...!!!!
Tak usah cerita bekerja makan gaji, berwiraswasta / berdagang saja pun sulit. Silakan anda tengok pedagang-pedagang kecil yang sepi pembeli dan akhirnya gulung tikar.
Kalau dirimu gampang dapat kerjaan di perusahaan elit dengan setinggi titelmu, ya jangan kau samakan dengan yang lainnya. Jangan kau katakan orang malas. Orang juga uda berikhtiar kesana kemari masukin lamaran pekerjaan ke perusahaan-perusahaan, tapi hasilnya nihil atau dapatnya tak layak atau dipersulit dengan segala tetek bengek psikotest, dan test-test lainnya yang tak ada gunanya sama sekali itu.
Sama juga kalau dirimu bisa sukses berniaga dengan sejuta koneksi dan keahlian berdagangmu, jangan kau samakan dengan yang lain. Jangan kau katakan orang lain tak pintar, tak cerdas. Jualan boleh sama, trik / tutorial boleh ditiru, tapi rezeki ga bisa sama ngalirnya. Don't you understand...!!!!
Bukan saya bermaksud ngeles, cari-cari alasan atau pembenaran. Tapi memang faktanya cari nafkah di negeri yang katanya kaya raya ini bukan segampang membalikkan celana kolor.
Perlu kau ketahui biar kau faham, bahwa pengangguran terjadi bukan semata karena salah warganya, silakan tunjuk jidat para pemimpin negara ini yang gagal mensejahterakan rakyatnya. Terpuruknya pertumbuhan ekonomi, krisis, inflasi, hutang negara, belum dosa-dosa para pemimpin yang khianat, korup, dan lainnya, klop penyebabnya.
Apa pun argumen anda, ya keterpurukan ekonomi negara inilah penyebabnya. Terlalu kompleks untuk dijelaskan akibat terjadinya banyak pengangguran di negeri ini. Cari aja di Google kalau mau penjelasan detilnya.
Gini aja perbandingannya. Kalau negara yang rakyatnya sejahtera sudah pasti tingkat pertumbuhan ekonominya bagus, coba kau lihat apa ada pengangguran disana, ada ga kemiskinan disana, ada ga kriminalitas disana? Pasti ga ada kan?
Nah sekarang jika ada negara yang tingkat pertumbuhan ekonominya buruk, apa yang terjadi disana? Pasti dong sejuta masalah, diantaranya pengangguran, kemiskinan, kriminalitas.
Saya pernah baca kisah, dulu disebuah negara Islam dalam kepemimpinan Khalifah Islam, disana negerinya sejahtera, saking makmur dan sejahteranya, sampai-sampai warga pada bingung saat mau kasih zakat, karena tidak ada orang miskin disana. Di negara Islam yang sejahtera tersebut tidak ada pengangguran, semuanya punya mata pencaharian. Semua orang makmur sejahtera.
Di negeri yang makmur mencari rezeki itu ga susah pak, mau berdagang juga ga sulit, kerja apa aja ada, dan penghasilannya pun besar, contoh di Arab Saudi. Disana, kerja level bawah kayak pelayan, penjaga toko aja gajinya besar, gimana dengan pekerjaan yang level atas? Coba di Indonesia, kerja jadi pelayan saja susah, sudah gitu tenaga diperas kayak kuda, gaji pun kecil. Arab Saudi itu negeri yang makmur, terbukti tidak ada warganya disana mati-matian kerja siang malam demi mencukupi kebutuhan hidup.
Jika sekarang kita lihat banyaknya pengangguran, kriminalitas dan orang-orang miskin, ya itu bukan salah warganya. Orang kecil itu sudah sering susah, dibohongi, ditipu, jangan disalah-salahkan lagi. Mereka cuma ingin bekerja mencari uang demi untuk mempertahankan hidup, bukan mau jadi kaya.
Orang-orang yang menganggur, miskin bukanlah orang malas dan bodoh. Situasi dan kondisi negeri inilah yang menyebabkan. Dan harusnya tugas pemerintah mengatasi semua ini. Anda tak boleh seenak jidat menghakimi orang. Karena sebenarnya mencari rezeki di negara yang sejahtera tidaklah sulit. Seperti berdagang, ini sebenarnya bukanlah hal yang sulit, anda tinggal cari lokasi semampu anda, terus sediakan produk jualannya, sudah selesai... tinggal duduk manis menunggu pembeli. Tapi kenapa dagangan banyak yang sepi? Ya karena, perekonomian negaramu ini yang amburadul. Kalau minat beli orang rendah, gimana mau berdagang dengan lancar. Cari pekerjaan aja susah, akhirnya semua orang lari menjadi pedagang, terus yang beli siapa?
Harusnya orang-orang kaya, pemilik perusahaan bantulah orang-orang yang menganggur ini. Rekrut dan latih mereka yang benar-benar mau bekerja. Ga apa-apa keluar modal dikit, yang penting ente sudah berpahala menolong orang-orang susah. Hitung-hitung sedekah, apalagi ente pengusaha Muslim. Jangan hanya keuntungan materi/dunia saja yang dipikirkan. Jangan hanya melulu merekrut calon karyawan yang berpengalaman, yang handal, yang cantik, yang ganteng, yang muda, dan yang bla..bla..lainnya. Perusahaanmu bisa maju bukan karena melulu strategi ekonomimu yang hebat itu, tapi bisa dari bersedekah, berbuat baik dan menolong orang.
Seperti dirimu yang tukang kritik, yang suka menghakimi para pengangguran. Jangan hanya kritikan dan celaan yang kau beri, beri juga solusi, kalau perlu kasih info kerja kepada orang-orang pengangguran yang kau anggap malas tersebut. Kasih solusi jangan cuma nyalahin doang...!!!!
Coba sesekali kau hidup menjadi diri mereka dengan situasi dan keadaaan yang mereka miliki. Coba kau hidup dalam diri orang lain, biar kau tahu gimana rasanya yang mereka rasakan. Duniamu tidak sama dengan dunia orang lain. Dengan begitu kau tidak akan seenak jidatnya menjudge orang.
Apalagi tukang kritik ini para wanita yang selalu menyalahkan suami-suami mereka yang tak bekerja. Padahal laki-laki yang dia kritik tersebut bisa jadi bukan suaminya, bukan abangnya, bukan pula saudaranya, tapi semangat kritiknya berapi-api. Dia marah melihat ada istri yang bekerja sementara suaminya pengangguran. Lah, yang punya suami fine-fine aja, dianya yang kebakaran konde. Saran saya, wanita yang kayak gini (suka menuntut, suka protes, ga sabaran, emosian) tak usah dinikahi. Wanita kayak gini ga bisa diajak hidup susah. Alih-alih mau semangat mencari nafkah, malah uda down duluan dengar omelannya. Bukan berarti ingin menyengsarakan wanita, tapi karena keadaanlah yang tak memungkinkan. Carilah wanita yang sabar, suka memaklumi dan suka memberi semangat kepada suami.
Kok jadi bahas istri ya?
Semoga para suami yang belum mendapatkan pekerjaan diberikan jalan untuk dapat bekerja, berusaha agar bisa memberikan nafkah untuk anak dan istrinya. Aamiin..
Post a Comment