Bagi anda yang sering ke Masjid untuk shalat berjamaah saya ucapkan Alhamdulillah, anda telah memakmurkan Rumah Allah.
Saya mau tanya lagi, apa kesan anda tentang Masjid saat pertama kali beribadah disana? Apakah ada kesan negatif atau positif?
Saya yakin, bagi orang yang normal pasti bilang biasa-biasa saja, malah kalau memang niatnya untuk ibadah, pasti bilang Masjid itu tempat yang suci, yang baik-baik. Ya memang itu jawaban normalnya. Karena tujuan kita ke Masjid ya memang mau ibadah, bukan buat nongkrong-nongkrong, ngerumpi atau nyeruput kopi, cari teman asyik dan lainnya. Masjid bukan terminal, bukan pasar, bukan tempat nongkrong, bukan komunitas kelompok, bukan warung kopi, bukan Mall. Jadi ga ada yang kita tuntut dari pengurus Masjid, kecuali memang kita ingin ibadah disana.
Yang tak normal itu jika ada jamaah yang ga boleh shalat di Masjid atau lebih parahnya diusir dari Masjid.
Tapi ada sejumlah orang-orang dari kalangan awam yang terdiri dari preman, anak-anak jalanan, anak-anak bandel, dan sejenis lainnya yang mengatakan bahwa Masjid tidak nyaman untuk mereka karena ulah sikap warga Masjidnya. Dan akhirnya terjadilah kisah orang malas ke Masjid karena hal ini.
Seorang da'i mencoba mencari tahu apa penyebab ummat Islam malas ke Masjid. Maka diapun mengadakan penyelidikan di terminal, di Mall, di rental-rental PS, tempat nongkrong anak-anak muda. ditanyailah para preman, anak-anak muda dan remaja tersebut, kenapa mereka malas ke Masjid.
Terungkap alasan mereka malas ke Masjid katanya karena banyaknya larangan disana, seperti diilarang makan dan minum didalam Masjid, dilarang tidur, dilarang memakai WC Masjid. Bukan itu saja, penghuni Masjidnya juga mereka anggap tidak ramah. Jamaahnya sombong, pengurusnya sombong, imamnya sombong, komplit dah semuanya sombong. Ga ada tegur sapa disana, ga ada senyum, ga ada ramah tamah dan sebagainya. Beda dengan di pasar, terminal atau mall. Mereka bisa minum segelas kopi keroyokan, bisa saling tegur sapa dan tebar senyum.
Begitu juga saat ditanya kenapa anak-anak dan para ABG malas ke Masjid, jawabannya juga ga jauh beda, katanya di Masjid panas, kalau di Mall dingin (padahal rata-rata Masjid sudah punya AC), di Mall satpamnya biar sangar tapi senyumnya so sweet, sedangkan di Masjid orangnya ga ramah, ga asyik, dan anak-anak sering diusir dari Masjid. Bla..bla...
Cerita nyata ini saya dengar dari sebuah rekaman video ceramah seorang da'i disebuah media sosial. Sebenarnya bukan sekali dua saya dengar pendapat-pendapat yang menyalahkan masjid karena sepi jamaah. Rata-rata memang bilang gitu, alasannya karena banyak larangan di Masjid dan ketidakramahan warganya. Makanya orang-orang pada menjauhi Masjid.
Benarkah seperti itu?
Tanggapan Saya:
Rasanya sangat tidak adil / terlau tergesa-gesa menyimpulkan kalau malasnya orang-orang ke Masjid karena ketidakramahan pengurus serta larangan menggunakan fasilitas Masjid. Fakta dilapangan kebanyakan tidak seperti itu. Masih banyak Masjid yang ramah kepada jamaahnya daripada yang tidak.Dan lagi kalau memang cerita di rekaman video tadi benar, bahwa warga Masjid tidak ramah, adanya larangan makan, minum, tidur di Masjid, dan lainnya, saya yakin pasti ada alasan para pengurus Masjid melakukan semua itu. Tidak ada asap kalau tidak ada api bukan?
Prinsip saya seperti ini, tidak mudah percaya apa kata orang. Saya harus lihat fakta yang sebenarmya dari dua sisi, yaitu dari Masjidnya juga dari para preman dan anak-anak bandel tadi.
Kenapa di Masjd dilarang makan dan minum?
Mungkin maksud pengurus Masjidnya baik, agar Masjid tidak kotor oleh bekas-bekas sampah orang yang makan dan minum. Tahu sendiri warga +62 ini kebanyakan tidak disiplin dalam hal kebersihan. Anda bisa lihat fakta di lapangan, di rumah sakit, di terminal, di tempat objek wisata banyak sampah-sampah bekas makan dan minum pengunjungnya. Ditakutkan Masjid akan kotor.Kenapa dilarang tidur di Masjid?
Sebenarnya mungkin dulunya ini dibolehkan, tapi mungkin karena ada kejadian jamaah yang tidur membuat aroma masjid jadi tidak nyaman, atau menghalangi orang shalat, maka jamaah dilarang tidur didalamnya. Saya rasa pihak Masjid tidak akan melarang warganya tidur di Masjid asalkan di teras luar, bukan didalam Masjidnya.Dilarang memakai WC Masjid
Yang dilarang pasti untuk umum, sedangkan untuk jamaah Masjidnya dibolehkan. Ya tentu saja sekali lagi ini untuk menjaga kebersihan. Kalau WC Masjid dibuka untuk umum, ditakutkan WC akan kotor dan jorok oleh para pemakainya yang tidak bertanggung jawab. Mungkin saja pernah ada kejadian, para preman dan anak-anak muda tadi memakai WC Masjid dan tidak menyiramnya kembali. Seperti yang saya katakan diatas, ummat +62 ini rendah disiplin hidupnya, salah satunya adalah kebersihan. Berapa banyak WC-WC umum di terminal, di pasar, di Mall, di rumah sakit yang kotor dan bau, fasilitas-fasilitas WC sering rusak. Jadi WC Masjid hanya diperuntukkan untuk jamaahnya saja. Sah-sah saja menurut saya ini.Jamaah Masjid, Pengurus dan imamnya sombong-sombong
Benarkah? Jangan-jangan para preman dan anak-anak bandel itu yang suudzhan atau buat ulah duluan. Dan lagi tak semua orang itu punya sikap supel dan sangat ramah, tapi bukan berarti dia sombong. Mungkin dia lebih memilih diam daripada sok ramah. Apalagi yang dihadapi adalah preman dan anak-anak bandel..Tapi kita kan harus menebar salam dan senyum kepada saudara seiman?
Iya perfectnya begitu, tapi pada prakteknya ga semua kayak gitu. Ini menurut saya pada dasarnya masih bisa dimaklumilah. Karena kita ga bisa menuntut orang untuk selalu ramah dan senyum kepada kita. Lagian di Masjid fokusnya ya ibadah kenapa jadi ngeributin keramahan orang? Kalau memang kita ga buat yang tidak-tidak, tidak mungkin pengurus Masjid menunjukkan sikap ketidak ramahannya.
Tunjukkan dulu iktikad baik anda, kalau anda sering ibadah ke Masjid dan ikhlas, nanti orang akan bersimpati kepada anda. Nanti mereka akan mendatangi anda, menebar senyum dan menegur ramah kepada anda. Percayalah..!!
Saya sendiri berapa kali memasuki Masjid dimanapun. Tapi Alhamdulillah tidak pernah saya dapatkan perlakuan yang tak ramah oleh warga Masjidnya. Dan saya memang tak mengharap keramahan mereka, karena niat saya untuk ibadah. Yang penting saya tidak diusir dari Masjid.
Pernah saya shalat di suatu Masjid, dan setiap hari saya shalat fardu disana. Setelah berminggu-minggu saya beribadah ke Masjid tersebut, suatu ketika saat selesai shalat sunnah, para pengurus Masjid mendatangi saya, mereka menyalami saya sambil tersenyum ramah.
"Tinggal dimana bang?" "Ngaji yuk nanti malam disini?"
Nah tuh, direspon baik kan? Bukan cuma saya, tapi pengalaman yang lainnya juga menceritakan seperti itu. Tunjukin dulu niat baik anda, jangan ujuk-ujuk minta keramahan atau kebaikan orang.
Jangan kita hanya menuntut orang ramah kepada kita sementara penampilan dan peilaku kita saja pun tak nyaman dilihat. Jangan-jangan sikap para warga Masjid yang tidak ramah tersebut, karena para pemuda/preman itu minus akhlak. Tahu sendirilah preman itu bagaiamana.
Kalau mereka membanding-bandingkan kenyamanan (keramahan) Masjid dengan terminal, pasar, mall, dan tempat nongkrong jelas ga fair. Mereka bisa akrab dengan pasar, terminal, mall karena memang dunia mereka disana. Ya ga usah heran kalau mereka bisa akrab dan sehati. Dan tiba-tiba ketika masuk ke Masjid yang bukan dunia mereka serta tak ada yang mengenal mereka, ujug-ujug bilang warga Masjid sombong, ga ramah, baaah... Enak di-kau tapi ga enak di-orang ini namanya!
Coba dibalik, orang-orang Masjid disuruh datang ke hunian para preman tadi. Apa nanti mereka betah dan menganggap para preman tadi ramah, menebar senyum? Oh no way... Ga ada cerita kayak gitu? Pasti mereka bilang, para preman itu bar-bar, suka minum, tidak ada akhlaknya, tukang palak, suka cari keributan.
Para pengurus Masjid sering mengusir anak-anak kecil di Masjid
Iya ini benar, faktanya banyak seperti ini? Tapiiiiiii, lihat dulu apa penyebabnya? Kenapa anak-anak kecil itu sering diusir dari Masjid. Karena mereka berisik, disaat jamaah sedang shalat, mereka bukan shalat, tapi berteriak, cekikikan, lari kesana-kemari. Ini sangat menganggu kekhusyukkan shalat. Pantas saja para jamaah emosi, memarahi serta mengusir mereka.Anak kecil tidak dilarang ke Masjid asal bersama orang tuanya yang ikut ke Masjid untuk menjaga mereka. Anak-anak harus dinasehati oleh orang tuanya agar tidak mengganggu ibadah para jamaah. Jangan hanya anak yang disuruh ke Masjid, sementara orang tuanya malas. Jika memang tidak mampu mengatasi anak, maka tak usah bawa anak ke Masjid.
Jika ada pengurus Masjid yang benar-benar arogan kepada para jamaahnya dengan tanpa sebab yang dibenarkan, maka pengurus Masjidnya yang salah. Tapi jika ternyata orang-orang yang tak bertanggung membuat kotor Masjid dan lainnya, maka jangan salahkan pihak Masjid membuat aturan dan larangan.
Pengalaman saya memasuki Masjid manapun, nyaris ga ada saya temukan Masjid dengan para pengurusnya yang tak ramah. Sikap mereka biasa saja terhadap para jamaah yang baru. Bahkan sering saya temui para pengurus Masjid, imamnya serta jamaahnya yang ramah-ramah. Salah satunya Masjid di rumah saya.
Masalah Masjid yang tak ramah itu memang ada, tapi sifatnya kasuistis, jarang terjadi. Karena orang-orang yang mendirikan Masjid itu orang baik-baik, orang yang taat agamanya. Tidak mungkin mereka menyakiti hati jamaahnya kalau tanpa sebab. Jadi jangan lagi pernah menyalahkan Masjid secara tidak fair.
Wahai jamaah, jika engkau ingin niat ibadah ke Masjid, maka jangan persoalkan hal-hal yang tak penting. Tujuanmu cuma satu, BERIBADAH. Maka fokus dan ikhlaslah beribadah. Tunjukkan dulu iktikad baikmu, nanti orang akan berikan apresiasi positifnya kepada dirimu. Lagian kalau beribadah agar dapat keramahan dan senyum orang, itu sudah tidak ikhlas lagi namanya.
Jangan karena malas ke Masjid, lantas Masjidnya yang dikambing hitamkan. Kalau Masjid sekarang sepi jamaah, jangan melulu salahkan Masjid. Salahkan dirimu yang tak mau beribadah, salahkan dirimu yang terlalu asyik dengan dunia, salahkan dirimu yang tak perduli lagi dengan agama ini. Kalau ingin dihormati orang, maka hormati dulu dirimu, pantaskan diri untuk menjadi orang baik, nanti orang akan baik kepadamu.
Terjun, Rabiul Awal 1443 H
(Difan Abinya Fathan)
Post a Comment