Ada yang punya rumah tetanggaan dengan Masjid disini?
Saya rasa banyak ya, minimal dekat walau ga tetanggan. Biasanya yang tinggal di kawasan gang banyak terdapat Masjid. Dan kalau lagi Adzan, suaranya bersahut-sahutan dari Masjid satu ke Masjid yang lain.
Sekarang ini banyak pengurus Masjid berlomba-lomba memugar Masjidnya agar tampak megah dan mewah, padahal bangunannya masih bagus, belum ada yang rusak. Disetiap jalan ditempatkanlah kotak infaq dan jaring-jaring. Ini lumayan bahaya juga untuk pengendara jalan.
Sayangnya kemegahan Masjid tidak diimbangi dengan banyaknya jamaah yang mengisi Masjidnya. Contohnya Masjid ditempat saya (mungkin juga ditempat lainnya) jamaahnya paling banyak 2 shaf. Itu pun tidak setiap shalat. Kalau shalat Zhuhur jamaahnya paling banyak 2 shaf, itu juga tidak penuh, dan itu juga ga sering-sering. Sementara Ashar paling sedikit jamaahnya, paling sering cuma 1 shaf, ini juga ga penuh. Shubuh, nah ini paling sepi, tapi di tempat saya, seringnya 2 shaf walau tidak penuh (Ya Alhamdulillah juga sih). Nah Maghrib sama Isya yang rada banyak, ada 2 shaf juga, lumayan penuh, dan kadang-kadang 3 shaf sama anak-anak.
Masjid sebegitu besar dan mewah malah ada yang bertingkat, memakai fasilitas AC, tapi sepi jamaah. Seharusnya dengan mewahnya Masjid bisa membuat nyaman beribadah, dan membuat orang sering ke Masjid. Apa pada malas shalat berjamaah di Masjid, atai memang malas shalat? Entahlah, padahal shalat berjamaah di Masjid itu besar sekali pahalanya.
Tapi bukan karena fenomena Masjid mewah dan jamaah sepi yang mau saya bahas (lain waktu akan saya bahas), tapi masalah penggunaan speaker Masjid yang berlebihan.
Kita tahu sendiri, kalau sebagian besar Masjid-Masjid yang ada di Indonesia ini sering menggunakan speaker Masjid untuk hal selain Adzan, ya umpama, sebelum shalat fardhu, biasanya pengurus Masjid akan memutar murottal Qur'an, atau saat membangunkan orang shahur di bulan Ramadhan, pengajian di Masjid juga memakai speaker, dan juga shalawatan atau mengumandangkan syair Barjanzi, dan lainnya.
Tahu ga, kalau semua aktifitas tersebut mengganggu kenyamanan orang. Apalagi kalau rumahnya sangat dekat dengan Masjid, hanya sebelahan. Bisa dibayangkan gimana menggelegarnya suara speaker tersebut.
Sedangkan rumah yang tidak begitu dekat Masjid saja terasa bisingnya saat terdengar lantunan murottal. Apalagi saat sahur di bulan Ramadhan, tak usah dibilang lagi.
"Sebenarnya fungsi speaker Masjid itu untuk apa sih?"
"Ada yang tahu?""Iya, betul, untuk Adzan"!
Speaker Masjid digunakan hanya untuk menyuarakan Adzan. Kalau Adzan memang harus memakai speaker, ga apa-apa berisik, tujuannya memang untuk memberitahukan waktu shalat kepada ummat Islam, sekaligus juga untuk membangunkan yang masih tidur. Waktu Shalat kok tidur..??? Dibuat suara keras agar bisa memberitahukan tibanya waktu Shalat.
Bagaimana jadinya kalau suara keras selain adzan yang berkumandang dari speaker Masjid? Tentu tidak nyaman bukan? Apalagi dengan waktu yang sering-sering dengan durasi yang lama pula.
Pasti anda bilang, "kami sudah terbiasa kok?"
Iya itu bagi anda, belum tentu bagi orang lain. Mungkin mereka cuma menahan-nahan saja, abis mau gimana lagi?
Apalagi rumahnya yang bersebelahan dengan Masjid. Setiap jelang Adzan selalu diputar murottal atau shalawatan dengan volume yang keras pula. Bagi yang tinggal di pinggiran jalan-jalan besar, tidak begitu terasa, karena areanya luas. Tapi kalau di gang-gang kumuh yang sempit, luar biasa cetar membahananya.
Gimana kalau saat itu ada orang yang sedang sakit, atau ada bayi yang lagi tidur, atau ada yang shalat sunnah di rumah? Bukankah itu mengganggu mereka? Pernahkah para pengurus Masjid berfikir seperti ini?
Dampaknya bukan hanya ke luar Masjid, tapi juga ke dalam Masjidnya sendiri. Jamaah jadi tidak bisa khusyuk saat melakukan shalat sunnah, atau membaca Al-Qur'an didalam Masjid.
Pernah saat Ramadhan, setengah jam sebelum Adzan, tepat saat saya selesai makan sahur, tiba-tiba terdengar suara keras dari speaker Masjid, saya fikir Adzan, rupanya lantunan syair barzanji.
Sangat keras terdengar, itu dengarnya baru dari rumah, dan saat saya ke Masjid, suara tadi lebih keras lagi terdengar memekakkan telinga. Saya sampai ga khusyuk melakukan shalat sunnah tahiyatul Masjid. Sehabis shalat pun kita ga bisa fokus berzikir, beneran berisik sekali lantunan syair tadi, naik turun memekakkan telinga.
Subhanallah, kalau kayak gini gimana kita mau tenang untuk iktikaf dan zikir di Masjid. Apa gunanya iktikaf kalau gini? Lagian itu yang menyuarakan Barzanji tadi bukannya baca Qur'an dan berzikir, tapi malah bersyair. Apa faedahnya?
Kita itu sebelum ke Masjid menunggu adzan kan ada amalan seperti baca Qur'an (suara pelan), berrzikir, shalat sunnah. Itu perlu ketenangan biar khusyuknya dapat. Maka jangan membuat berisik di Masjid, sekalipun itu lantunan Al-Qur'an.
Dan itulah yang sering dilakukan di Masjid-Masjid kebanyakan. Kalau didaerah saya, masih mendingan, suara yang terdengar dari Masjid selain Adzan cuma murottal Al-Qur'an. Kalau di Jawa lebih parah mungkin ya, selain Murottal, shalawat dan irama Nasyid juga diperdengarkan dari speaker Masjid, Subhanallah..
Mentang-mentang itu lantunan Qur'an, terus sah-sah aja gitu? Lagian melantunkan Al-Qur'an kok pake pemutar MP3. Qur'an itu dibaca, dan kalau baca Qur'an di Masjid itu ga pake microphone, dan suara pun dipelankan. Herannya semua Masjid kompak kayak gitu. Entah siapa yang memulainya?
Kalau yang keganggu umat Islamnya sendiri mungkin masih mending, lha kalau ummat non Muslim yang tinggal di sekitaran Masjid. Coba apa pandangan mereka tentang Islam? Pasti mereka bilang agama Islam ini adalah agama yang egois, agama yang berisik mengganggu ketenangan orang. Anda terima yang kayak gini? Mana itu katanya Islam Rahmatan Lil-'alamin (Islam rahmat untuk seluruh alam)
Saya sarankan para pengurus Masjid tadi sesekali datang dan shalat ke Masjid-Masjid sunnah, kayak Masjidnya Muhammadiyah, atau Masjid Salafi. Contohnya Masjid Muhammadiyah. Disana jelang Adzan, tidak ada lantunan Murottal Qur'an dari speaker Masjid. Yang ada jamaahnya khusyuk baca Qur'an dengan suara pelan, ada yang shalat sunnah, ada yang berzikir. Suasana hening, adem, jadi bisa khusyuk. Yang gini nih, namanya nyaman di Masjid.
Coba anda para pengurus Masjid datang ke Masjid-Masjid sunnah tersebut. Biar tahu perbedaannya.
Bicara tentang Masjid Sunnah, sering ada yang alergi / baper. Kata mereka: Jangan sebut Masjid Sunnah, berarti yang lainnya Masjid Bid'ah dong? Padahal Masjid-masjid kebanyakan itu sendiri yang menyelisihi Sunnah. Ya lihat aja faktanya seperti yang saya katakan diatas tadi. Sunnah mana teriak-teriak bangunin orang sahur pakai speaker Masjid? Sunnah mana memutar murottal sebelum Adzan? Sunnah mana sebelum adzan, muadzin mengumandang shalawat? Dan lainnya. Maka sebelum baper coba intropeksi dulu? Kalau mau dibilang Masjid Sunnah, ya terapkan dong sunnah-sunnah Nabi di Masjidmu.
Bertetangga dengan Masjid harusnya bagus. Kita bisa dimudahkan untuk beribadah, tinggal melangkah sedikit, dan saat Adzan berkumandang bisa kedengaran dengan jelas. Tapi kalau Masjidnya, Masjid kebanyakan, bisa-bisa orang jadi gerah dengan Masjid.
Coba para pengurus Masjid, jangan ikuti kebiasaan mainstream Masjid-Masjid lain. Karena kebiasaan mayoritas itu belum tentu benar. Mari kita belajar lebih banyak tentang agama agar tahu mana yang faedah, mana yang unfaedah. Mana yang sunnah, mana yang tidak dicontohkan Nabi. Mana yang sesuai Syariat, mana yang bukan.
Post a Comment