(Sumber gambar: amp.matamata.com)

Saya sebenarnya ga pengen kepo dengan urusan para artis. Karena aktifitas mereka di Media ini hanya cari-cari sensasi supaya makin terkenal. Mau apa pun mereka "who cares lah". Ga penting amat ngomentarin sepak terjang artis.

Namun pengecualian buat yang satu ini. Ada yang menarik dari pemberitan tentang selebritis Atta Halilintar, infonya di situs ini.

Masalahnya adalah pernyataan Atta yang mengundang polemik. Dalam kanal Youtube-nya Atta mengatakan perempuan jika sudah menikah harus menuruti semua kebijakan suami, bahkan dia mengatakan suara suami adalah suara Tuhan. Disamping itu dia juga berkeinginan memiliki 15 anak.

Ternyata pernyataan Atta menuai kritik dari seorang aktifis komnas perempuan dan seorang pakar sex.

Sebenarnya saya sudah maklum siapa-siapa saja yang melayangkan protes tersebut. Siapa lagi kalau bukam kaum liberalis, feminis, dan kaum yang ga faham agama. Orang-orang kayak gini selalu mencampuri urusan intern orang dengan atas nama hak asasi dan keadilan. Dan mau tak mau, gatal juga jari-jari ini ingin menuliskan bantahan, syukur-syukur bisa mencerahkan orang-orang.

Pertama: Saya akan mengkritisi dulu pernyataan Atta Halilintar yang mengatakan suara suami adalah suara Tuhan.

Apakah suara suami adalah suara Tuhan, dan apakah semua titah suami harus ditaati oleh istri?

Begini ya,,,, Kalau suara Tuhan itu mutlak wajib ditaati dan tak boleh diprotes,, karena Tuhan itu adalah Sang Pencipta dan Maha Menetapkan segala aturan. Nah kalau suami berhubung dia bukan Tuhan, maka yang hanya ditaati adalah perintahnya yang baik-baik saja, yang tidak melanggar Syariat agama. Kalau suami menyuruh istri berbuat dosa, maka istri wajib tidak menaatinya.

Jadi bukan sembarang perkataan suami yang harus ditaati kebijakannya ya bung Atta.

Selanjutnya saya akan mengomentari tanggapan dari Komnas Perempuan Siti Aminah dan pakar sex Dr Boyke. Berikut respon mereka dan tanggapan dari saya:

....Perempuan tidak bisa diposisikan sebagai 'pabrik' anak saja, perempuan memiliki hak untuk menentukan kapan, berapa jumlah anak, dan jarak setiap anak dalam perkawinan.
(Siti Aminah).

Respon Saya

Wahai ibu Komnas Perempuan? Kalau suami ingin banyak anak dari istrinya, maka si istri ya harus menyanggupi. karena memang fitrah wanita itu melahirkan anak. Dan ga ada kaitannya wanita yang melahirkan banyak anak disebut sebagai pabrik anak. Wanita boleh mendiskusikan mau berapa anak kepada suaminya tapi tidak berhak mengatur-ngatur. Dan lagi yang mau melahirkan itu istrinya si Atta, bukan anda. Kok jadi anda yang kebakaran konde? Terserah mereka mau punya anak sampai selusin juga, tak ada yang berhak melarang.

...Perempuan dianggap sebagai bukan pengambil keputusan, tapi ditentukan oleh suami. Perempuan yang berstatus istri kehilangan haknya untuk ikut menentukan atau memutuskan rumah tangga seperti apa yang akan dibangun.
(Siti Aminah)

Tanggapan Saya

Perempuan atau istri memang bukan sebagai pengambil keputusan, kan posisi dia sebagai makmum, wahai ibu Komnas. Sebagai seorang makmum yang baik maka dia haus taat kepada kebijakan imamnya (suami). Istri boleh memberikan saran tapi tidak berhak memutuskan. Tentu suami yang baik dan shaleh akan mendengarkan saran dari istrinya dan bila perlu mempertimbangkannya kalau memang itu kebaikan.

Kalau mau punya banyak anak, pola kesehatan juga harus dijaga. Risiko melahirkan lebih dari 3 orang bisa terjadi pendarahan saat persalinan, hingga kelahiran bayi yang prematur.
(Pakar sex Dr Boyke)

Halo Om Boyke, anda tahu kalau orang-orang tua kita dan generasi terdahulunya itu rata-ata punya anak banyak, 8-10-12 anak. Tapi sehat-sehat aja tuh, anak-anaknya juga sehat. Ga ada cerita wanita punya banyak anak itu mengalami hal-hal buruk. Padahal mereka-mereka yang punya banyak anak itu bukan berasal dari keluarga kaya. Ya hanya orang sederhana atau miskin yang berani punya banyak anak. Sedangkan orang kaya sedikit anaknya, mereka takut sakit dan takut lelah mengurus anak.

Kasihan juga kalau Aurel sampai punya banyak anak. Kan Aurel bukan sekadar ibu rumah tangga, dia juga punya karier, dia juga punya potensi mengembangkan bakatnya.
(Pakar sex Dr Boyke)

Tanggapan saya

Aurel bukan istri anda Om, yang tahu keadaan dia, ya dia sendiri dan suaminya. Om Boyke, tau ga, kalau perempuan sudah menikah maka kepentingan dia dibawah kepentingan suaminya. Kalau wanita sudah menikah maka baktinya ditujukan kepada suaminya. Jika suami katakan istri harus dirumah mengurus anak dan suami, ya istri harus taat. Mana lebih utama karir, bakat atau taat kepada suami?

☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Orang-orang awam, liberalis dan sejenisnya ga akan ngerti masalah ini. Mereka melihat jika perempuan melahirkan banyak anak, mengurus rumah tangga, taat kepada suami dikatakan sebagai ketidak adilan gender. Maklumlah mereka-mereka hatinya kosong akan hikmah dan iman serta ilmu.

Padahal jika seorang istri hanya beraktifitas dirumah mengurus anak serta taat kepada suami, hikmahnya fitrah wanitanya akan terjaga, anak-anaknya akan terdidik, suami pun akan sayang kepadanya. Apa itu fitrah wanita? Yaitu kehormatan dirinya (wanita itu aurat).

Untuk Atta, jika ingin segala kebijakan anda ditaati oleh istri, maka anda harus jadi suami yang shaleh dulu. Karena suami yang shaleh itu segala kebijakannya adalah untuk kebaikan dunia dan akhirat, dan suami yang shaleh tidak akan menzhalimi atau menyakiti istrinya. Semoga Bung Atta Halilintar menjadi suami yang shaleh agar bisa membimbing keluarganya menjadi keluarga yang shaleh.

Post a Comment