Menulis mempunyai manfaat timbal balik baik untuk yang membaca mau pun penulisnya sendiri.
Tulisan dari orang-orang yang berilmu akan membawa manfaat dan pengaruh yang besar bagi yang membacanya, bahkan tulisan-tulisan tersebut akan tetap dibaca dan dikenang sampai dengan waktu yang sangat lama, mungkin saja sepanjang jaman.
Tak berlebihan jika seorang penulis kondang Ananta Toer berkata seperti ini:
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian
(Pramoedya Ananta toer)
Bahkan suatu tulisan yang menjadi tuntunan bagi orang banyak akan tetap jadi rujukan pembacanya sampai kapan pun.
Bicara tentang keabadian; ada seorang blogger yang meragukan bahwa tidak ada namanya abadi untuk hasil karya seorang penulis. Menurutnya dunia ini fana, maka seorang penulis yang telah tiada akan hilang ditelan waktu, tidak akan dikenang lagi.
Jadi bagi dia, pernyataan Pramoedya Ananta Toer itu tidak terbukti. Benarkah seperti itu. Mari kita simak tanya jawab dibawah ini:
Apakah Menulis Itu Bekerja Untuk Keabadian?
Menurut saya Pernyataan Pramoedya Ananta Toer itu tetap benar adanya. Menulis itu insyaAllah ya akan abadi, jika tulisan kita itu ada kepentingannya untuk ummat manusia. Orang yang menulis untuk kebaikan atau kepentingan orang banyak, karya-karyanya akan terus dipakai, akan terus jadi inspirasi, akan terus dijadikan pegangan bagi manusianya.Sang penulisnya juga akan dikenang seumur hidup (sampai kiamat).
Banyak para penulis yang tetap abadi namanya dalam karya-karya tulisnya. Siapa mereka?
Ya para ulama-ulama besar kita. Juga tokoh-tokoh muslim baik di dunia mau pun di tanah air.
Coba anda lihat itu ulama-ulama mazhab seperti Imam Syafi'i, Imam Hambali, Imam Hanafi, atau ulama lainnya seperti Ibnu Qayyim Al Jauzi, dan banyak lainnya. Mereka ini sudah berabad-abad lamanya meninggalkan dunia ini, tapi ajaran-ajaran buah karya tulis mereka (baca: kitab) terus dipakai orang.
Atau ga usah kejauhan. Mari kita lihat ulama-ulama lokal kita seperti Muhammad Nasir, Buya Hamka, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asyari dan tokoh Islam lainnya. Mereka ini selain ulama juga penulis lho. Mereka menuliskan ilmu dan pengalamannya untuk manusia.
Bisa anda lihat nama para imam Mazhab, para ulama dunia, Buya Hamka dan lainnya tetap melegenda sampai sekarang, mungkin juga nanti sampai kiamat.
Bahkan di jaman Rasulullah SAW sudah ada para penulis. Ya, penulis wahyu seperti: Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Mas'ud, dan Muawwiyah bin Abu Sufyan. Kebayang ga berapa abad lamanya itu. Dan para penulisnya masih dikenang sampai sekarang.
Hanya saja tidak sembarang menulis itu bisa abadi. Penulisnya itu siapa, dan apa yang ditulisnya? Contohnya kayak tulisan-tulisan model blog jaman now kayak blog saya ini dan blog kebanyakan lainnya, jelas yang kayak gini tidak mungkin abadi?
Emang kita siapa?
Setenar-tenarnya seorang blogger dengan blog terbaiknya. Yang katanya punya manfaat, berkualitas dan punya pengunjung ribuan atau jutaan, ya tetap saja ga akan dikenang orang sepanjang masa. Kalau yang ditulis cuma tentang traveling, kuliner, blog, bisnis, dan lainnya (cuma untuk kepentingan sesaat). Istilahnya maaf ya, dibandingkan penulis besar diatas tadi, tulisan-tulisan kita ini cuma recehan.
Jadi menulis untuk keabadian bukan sekedar asal menulis?
Di blog seperti Blogspot ini pun kita bisa tetap dikenang asal tulisan-tulisan yang kita hasilkan itu bisa mencerahkan dan berguna untuk semua orang. Walau pun platform blognya sudah tutup, tapi tulisan dan nama penulisnya akan terus dikenang.
Kalau mau tulisan kita itu abadi, maka menulislah untuk hal-hal yang bermanfaat dan berguna untuk kepentingan seluruh umat manusia.
Sebagai penutup saya akan mengutip pernyataan seorang ulama besar:
Kalau kamu bukan anak raja, dan kamu bukan anak seorang ulama besar, maka jadilah penulis.
(Imam Al-Ghazali)
Semoga bermanfaat.
Post a Comment