Sudah 8 bulan pandemi Covid-19 melanda negeri ini. Sejak dari awal diberlakukannya PSBB sampai New Normal hingga balik ke PSBB lagi. Tapi suasana lockdown lokal itu sih cuma ada di Jakarta dan kota lainnya. Sementara di kota Medan sendiri tidak ada istilah PSBB / lockdown, karena sebagian besar warganya cuek bebek dengan yang namanya Covid-19.

Di kota saya, pasar tetap ramai, mall juga, masjid apalagi, hanya plaza-plaza besar yang masih sepi. Ya seperti saya katakan tadi masyarakatnya cuek bebek dengan pandemi Covid-19 ini.

Ada satu yang paling tidak mengenakkan saat pandemi ini yaitu saat shalat berjamaah di masjid. Padahal shalat berjamah di masjid itulah yang paling adem rasanya ketimbang shalat di rumah. Apalagi shalat Shubuh, wah tak terkatakan damainya hati melangkah dari rumah ke masjid saat suasana lengang dan sepi. Tapi tidak saat pandemi ini.

Pandemi membuat kami shalat di masjid tidak nyaman. Kami serasa orang aneh di tengah-tengah kenormalan. Masjid-masjid di kota saya bisa dihitung jari yang menerapkan protokol kesehatan seperti, menyediakan sabun, menggulung karpet, memakai masker, tidak bersalam-salaman. Mayoritas masjid lainnya tidak menerapkan protokol kesehatan. Jadi kami tidak bisa sembarangan untuk shalat di masjid mana pun.

Ada dua masjid ditempat saya yang menerapkan protokol kesehatan, yaitu satu, masjid Silaturrahim milik masyarakat Muslim Al Washliyah. Kedua, masjid Taqwa milik warga Muslim Muhammadiyah.

Untuk shalat fardhu berjamaah kami melakukannya di masjid Silturrahim. Sedangkan untuk shalat Jumat kami melakukannya di masjid Taqwa Muhammadiyah. Kalau kebetulan kami jauh dari dua masjid tersebut, kami terpaksa shalat di tempat saja, tidak berani masuk ke masjid-masjid yang tak perduli dengan bahaya Corona tersebut. Memang sangat tidak menyamankan rasanya.

Namun dua masjid yang saya maksud diatas hanya di awal-awal pandemi saja yang menerapkan protokol kesehatan. Lewat beberapa bulan jamaahnya sudah tak perduli lagi. Banyak yang tak memakai masker, mencuci tangan, bawa sajadah dari rumah. Tak ada lagi yang takut. Mungkin karena tak ada bahaya apa-apa. Selama ini mereka shalat baik-baik dan sehat-sehat saja, jadi ngapain juga harus menyusahkan diri memakai masker segala.

Ditengah-tengah jamaah yang mayoritas tak memakai masker, hanya tiga sampai enam jamaah yang memakainya termasuk kami. Rasanya aneh bukan? Ada tuduhan populer di tempat saya bagi jamaah masjid yang pakai masker, yaitu takut mati. (ini terkait faham orang kebanyakan yang menganggap Covid-19 ini hanya rekayasa dan ada upaya konspirasi, katanya). Bahkan di masjid lainnya (masih di tempat saya) pengurus masjidnya mengusir jamaah yang pakai masker. Luar biasa bukan?

Atas alasan itulah kami tidak nyaman shalat di masjid memakai masker, membawa sajadah, dan lainnya. Kami serasa aneh, perasaan seperti dilihat orang-orang kalau kami ini orang-orang bodoh yang ditakut-takuti isu virus Corona.
Padahal kami cuma melakukan ikhtiar untuk menjaga kesehatan kami dari penyakit.
Kami yang rindu ingin kembali berjamaah di masjid dengan terpaksa hanya sesekali ke Masjid, kecuali shalat Jumat, rutin kami laksanakan tiap Jumatnya.

Jika saja dua masjid tersebut tidak ada. Maka kemana lagi kami akan shalat? Kami serasa "tidak diterima" di masjid mana pun hanya karena kami memakai masker dan membawa sajadah dari rumah.

Semoga keadaan bisa kembali semula seperti saat Corona belum ada. Agar kami bisa nyaman dalam aktifitas apa pun.

Post a Comment