Sudah 4 bulan ini saya mengidap gejala sesak nafas disertai batuk dan mudah kelelahan. Mirip sekali dengan gejala Covid-19 ya? Awal-awal saya terkena gejala sudah menduga kesana.

"Apa saya tertular Covid? Tapi impossible, saya ga ada gejala demam, panas, sakit tenggorokan atau tak bisa mencium bau!"

Curigation saya langsung menuju ke Happy Hypoxia? Itu lho gejala baru Covid-19, penderita Covid tanpa gejala, tahu-tahu penderita kehabisan oksigen dan sesak nafas. "Iiih seram kali itu?"

Tapi pikiran itu saya buang jauh-jauh. Gejala sesak nafas bukan hanya milik Covid-19. Hampir semua penyakit yang ada pada manusia ini rata-rata menyerang saluran pernafasan seperti Hipertensi, Gerd (asam lambung), paru-paru basah (Pneumonia), penyakit gula, ginjal, jantung, TBC, Asma, Bronchitis dan lainnya. Cukup banyak ya?

Jadi karena alasan itulah saya hibur diri saya, kalau saya tak mengidap Covid-19.

Rasanya lebih lega kalau sesak nafas ini bukan dari Covid-19, tapi dari penyakit lainnya. Padahal penyakit lain dengan gejala sesak nafas tak kalah berbahaya seperti jantung, ginjal, Hipertensi dan Gerd. Entahlah karena sudah kadung phobia dengan Covid-19 ini, jadi tersugesti kesana.
Covid oh Covid...?

Tapi tak urung juga membuat saya terserang was-was tingkat tinggi. Imun tubuh yang sedianya bisa bertahan malah anjlok. Madu dan Habbatussauda terkesan tak mampu menghilangkan sesak nafas ini. Padahal madu dan Habbatussauda itulah yang banyak membantu redanya sesak nafas saya. Tapi sudah terlanjur ketakutan, ya gimana lagi?

Saya berusaha agar tidak ke rumah sakit dengan kondisi kayak gini. Bisa-bisa difonis Covid saya, atau disuruh rapid test. Engga ah.. ribet urusannnya.

Meski saya bukan pengikut kaum Konspirasi (yang mencurigai rumah sakit pasca Covid), tapi tetap saya tak kan bermudah-mudah dalam kondisi kayak gini ke rumah sakit.

Sampai akhirnya saya benar-benar drop abis. Sesak nafas saya benar-benar sudah tak bisa ditolerir waktu itu. Ya sudah, akhirnya saya langsung masuk ke bagian Unit Gawat Darurat (UGD).

Dalam hati saya berdoa, "Ya Allah, jauhkan saya dari virus Corona ini, semoga saya tidak terjangkit oleh virus ini?"

Sesampai di rumah sakit, langsung disambut dan ditanya-tanya oleh perawat,
"Apakah bapak ada demam, panas, batuk-batuk?"
"Kapan sesak nafasnya pak?"
"Apakah ada rasa tertekan di dada tembus sampai ke belakang?"

Wah pertanyaan aneh ini, saya bilang aja ga tahu. Bingung perawatnya. Orang lagi panik sesak nafas pakai ditanya-tanya lagi?

Tapi kemudian, jempol jari saya dipasang juga dengan oximeter. Diperiksa tensi, 180 koma sekian, cukup tinggi. Dilanjut dengan menempel sejumlah kabel di sekujur tubuh saya yang tersambung ke monitor. Entah apa namanya, ga tahu saya.

Setelah di infus, dan dibawa ke ruang ronsen, maka perawat pun berkata, "Opname ya pak, nanti dibawa ke ruang isolasi?"

"What, diisolasi?"

"Emangnya saya pasien Covid?"

Ternyata isolasi itu hanya sementara buat pencegahan sambil menunggu diagnosa dokter.

Tapi cepat sekali penanganannya. Mungkin karena gejala sesak nafas, jadi lebih diprioritaskan, apalagi ini pandemi.

Ternyata ruang isolasinya mewah cuy. Pasien cuma 1 orang plus 1 orang lagi sama yang jagain. Nyaman sekali, ga bising. Adem dah. Sayang cuma sehari di ruamg isolasi, kirain sampai 3 hari atau sampai pulang.

Alhamdulillah saya tak difonis Covid oleh pihak rumah sakit. Dugaan orang selama ini katanya kalau ada pasien dengan gejala mirip-mirip Covid pasti difonis Covid. Nyatanya saya engga tuh?

Sesak nafas saya diduga dari tingginya tensi dan paru-paru saya diserang Bronchitis mungkin disebabkan asam lambung yang naik.

Begitulah kisah sesak nafas saya hingga dibawa ke rumah sakit. Sekarang sesak berangsur hilang karena rutin minum Habbats dan Madu serta susu kambing Ettawa ditambah obat dari dokter. Lengkap ya?

Ya semoga saya segera sembuh total dari sesak nafas ini dan bisa beraktifitas seperti biasanya.. Aamiin.

Post a Comment