Semakin miris saja melihat kelakuan sebagian manusia di negeri ini.
Ya, kelakuan manusia-manusia alergi atau pembenci Syariat Islam. Padahal Syariat Islam itu adalah aturan yang diberikan Allah untuk hambanya agar ditaati. Namun manusianya banyak yang ingkar. Alih-alih mau mentaati aturan Allah, malah memusuhinya.

Aturan itu bukan dibikin-bikin oleh manusia, tapi bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah. Al-Qur'an dan Sunnah itu adalah pedoman dan petunjuk bagi manusia. Jadi keterlaluan sekali anda tak mau dibimbing dan dituntun oleh Al-Qur'an? Mau jadi manusia durhaka ente?

Kita bisa memaklumi jika yang menentang adalah warga non Muslim, karena mereka bukan Muslim, dan tak tahu apa-apa tentang Islam. Tapi ini justru Muslimnya sendiri yang menentang ajaran agamanya. Keterlauan ini namanya, ada orang Islam yang memusuhi Syariatnya sendiri.

Lihat saja Poligami ditentang, dimusuhi, jilbab lebar dan cadar dituding radikal dan teroris, jenggot dicurigai, sunnah Khilafah Islamiyah dimusuhi dianggap faham radikal yang bisa merongrong negeri ini.

Semua Syariat tersebut dimusuhi, dari yang jelas dalilnya sampai yang menurut mereka tidak ada dalilnya (padahal dalilnya ada). Poligami itu jelas dalilnya dalam Al-Qur'an, tapi tetap aja dimusuhi, Khilafah menurut mereka tidak ada dalilnya, tapi faktanya memang ada dalam Al-Quran, ya makin dimusuhi.

Apa Penyebab Orang-orang Menentang Syariat Allah dan Rasulnya?

Jawabnya karena keawaman/kebodohan dan kesombongan

Ada dua tipe orang dari kalangan Islam yang memusuhi SyariatNya. Pertama kelompok orang awam yang jahil, kedua, orang berilmu tapi berkhianat kepada agamanya, ini bisa dikategorikan munafik.

Karena keawaman dan kebodohan membuat kita tak faham tentang agama ditambah malas tak mau mengaji dan punya sifat ngeyel pula, maka jadilah orang-orang seperti ini diselimuti kebodohan dan gampang dikibulin.

Bagaimana dengan orang berilmu tapi menolak Syariatnya? Orang-orang ini berilmu agama tapi karena kepentingan tertentu atau karena kesombongannya, dia ikut memusuhi Syariat. Dengan ilmunya dia mengotak-atik makna ayat sesuai keinginannya. Orang-orang seperti ini jangan diikuti sekalipun mereka bergelar Kyai dan Ustadz.

Terus Bagaimana Agar Kita Bisa Dengan Lapang Dada menerima Kebenaran Islam Ini?

Belajarlah tentang Islam lebih jauh lagi, mengajilah, berguru kepada orang-orang alim, shaleh yang lurus aqidahnya. Jangan mengaji kepada ustadz-ustadz nyeleneh yang menyesatkan pemikiran. Atau bertemanlah dengan orang-orang shaleh yang lurus, ambil ilmu dari mereka.

Apa patokannya ustadz yang lurus aqidahnya?

Lihat pemikirannya, sejalan tidak dengan Qur'an dan Sunnah? Lihat dukungannya kepada Islam, apakah dia lebih banyak mendukung agamanya apa sebaliknya mendukung orang-orang munafik dan kafirun.

Kebenaran itu datangnya dari Allah SWT. Maka yang benar itu tidak bisa diotak-atik. Contoh: Shalat, puasa dan jilbab itu wajib, memilih pemimpin non muslim itu haram, menegakkan hukum Allah itu wajib, poligami hukumnya halal dan sebagainya. Ini semua benar, sudah ditetapkan oleh Allah, tidak dapat di otak-atik lagi.

Logikanya seperti ini: 1 meter itu adalah 100cm. Ini sudah mutlak, tak dapat diganggu gugat. Kalau ada yang bilang 1 meter itu 99cm. Maka jangan diakui!

Keikhlasan Melahirkan Ketaatan dan Kecintaan

Selain belajar ilmu agama, jika anda sudah faham lebih jauh tentang Islam. Maka ada satu hal yang harus anda tanamkan di hati. Yaitu keikhlasan dalam beragama.

Keikhlasan akan melahirkan ketaatan kepada Allah dan RasulNya. Jika ada orang Islam yang baik, santun tapi keyakinan agamanya nyeleneh (walau pun sudah dinasehati), berarti dia belum ikhlas dalam beragama. Orang yang ikhlas ber-Islam maka otomatis dia akan mencari kebenaran dalam agamanya. Dia taat dengan apa saja yang sudah ditetapkan oleh Allah kepadanya dengan semampunya.

Inilah yang dinamakan Sami'na wa Atha'na = Kami mendengar dan kami taat.

Jika anda kehilangan rasa ikhlas dalam beragama maka yang ada hanya ego dan kesombongan, sempit hati dalam menerima kebenaran, karena dia merasa sudah paling tinggi ilmunya. Atau dia tak mau menerima nasehat kebenaran dari luar kelompoknya. Jadi percuma saja anda faham agama tapi tidak ada keikhlasan untuk mengamalkannya.

Orang yang awam tapi dia ikhlas beragama itu lebih baik ketimbang yang bergelar ustadz/kyai tapi menutup hatinya dari kebenaran Allah.

Maka, wahai saudaraku seiman, belajarlah olehmu ilmu agama, tanamkan keikhlasan bahwa kau beragama karena Allah bukan karena organisasimu atau karena yang lainnya. Asahlah imanmu, perluas wawasanmu hingga bila kau lihat ada orang yang melecehkan agamamu dan menolak Syariat agamamu maka kau akan membelanya. Jangan jadi orang awam seumur-umur wahai saudaraku.

Ingatlah wahai manusia, kalian bisa membenci dan memusuhi Syariat agama Allah di dunia ini dengan kekuatan kalian, tapi kelak di Yaumil Akhir kalian akan mempertanggung jawabkan apa yang kalian benci dan kalian musuhi ini.

Mari kita berusaha untuk menjadi Sami'na wa Atha'na.

(Hanya Allah Yang Maha Mengetahui)

Post a Comment