(Ilustrasi)
Tok tok Tok..
Terdengar pintu diketuk dan ucap salam bang Kohir..
"Assalamualaikum.. Neneng buka pintu Neng.."
Neneng terbangun, melihat jam di dinding menunjukan jam 23.45.
"Huh jam segini baru pulang tuh orang.."
Neneng manyun manyun, menggumam sendiri karena kesal.
Agak malas malasan karena ngantuk berat, Neneng terpaksa buka pintu.
"Jam segini baru pulang sih bang. Sekalian aja ngga usah pulang bang, ganggu orang tidur aja.." sungut Neneng sambil membalikan badan bergegas kembali ke kamar.
"Yaa Neng, abang kan tadi abis narik penumpang sampai Citayam, abang ambil orderan nya lumayan buat nambah nambah uang belanja Neneng.."
"Halaaah gaya nya mau nambah uang belanja, tuh bayar kontrakan aja belum, Neneng juga pengen kali bang beli perhiasan cincin kek 1 aja, pelit bener sih bang.."
Neneng mengatakan itu sambil masuk kamar.
Bang Kohir lalu duduk terdiam di lantai ruang tamu tak berkursi. Lalu merogoh saku celana nya. Ada uang recehan 2000, 5000 dan 10.000 yang tak banyak serta uang lembaran biru 50.000-an 2 lembar hasil ngojek hari itu hingga ke Citayam.
Bang Kohir biasa menyerahkan seluruh rejeki yang ia dapat tiap hari hasil ngojek kepada Neneng, istri yang sangat disayanginya yang sudah memberinya seorang anak..
Alhamdulilah.. Hari ini dapat rejeki lebih, tapi.. Neneg sudah tidur, jadi besok pagi saja kasih ke Neneng nya, gumam bang Kohir.
Setelah bersihkan diri bang Kohir menuju kamar dan berbaring disamping istrinya.
Sesungguhnya perut bang Kohir sangatlah lapar. Tapi berhubung hanya ada sisa tempe orek, tak tega bang Kohir memakannya.. Padahal seharian bang Tohir puasa sunnah kebetulan itu hari kamis. Tadi di jalan sempat makan gorengan 3 biji dan air mineral sebotol.
Sebelum menunaikan sholat tahajud seperti biasa, bang Kohir berniat tidur sebentar. Berbaring disamping Neneng yang tidur membelakanginya.. Lengan bang Kohir memeluk pinggang istri nya.
Spontan Neneng melepaskan pelukan suaminya.
"Lho kirain abang, Neng sudah tidur, kok belum tidur sayang.."
Neneng diam tak menjawab.
"Neng, neng.. Kalau Neng belum tidur boleh ngga abang minta Neneng pijitin kepala dan pundak abang.. Sebentar saja, kepala abang sakit dan ini pundak rasanya kaku."
"Ah apa sih bang, peluk peluk kayak pasangan di sinetron aja suka peluk peluk, kita mah orang miskin bang kagak usah lah peluk peluk.."
"Iya Neng"
Bang Kohir lepaskan pelukan.
"Neng.. Neng boleh Neng sebentar saja pijit kepala sama pundak abang, sakit ini abang Neng.."
"Ah aku ngantuk..!" Bantah Neneng menolak.
Bang Kohir hanya bisa diam.
"Ya sudah Neng, kalau gitu Neneng tidur ya.."
Diusap usapnya rambut istrinya dengan lembut.
"Ih apa lagi sih ini, diam kenapa bang.."
"Lha emang kenapa kalau abang mau meluk Neneng, usap kepala Neneng. Kali aja Neng cape seharian urus anak dan rumah.."
"Ah bodo amat bang.. Neng malas lah bang, Neng ngantuk.. Dapat duit banyak juga kagak bang.."
Bang Kohir bangun, menuju kasur anaknya terbaring di kamar yang sama.
Dia belai rambut anaknya dengan penuh kasih. Lalu bang Kohir kembali berbaring disebelah istrinya.
Bang Kohir dikenal suami yang baik dan penyayang.. Kalau lagi dirumah, tak segan bang Kohir bantu kerjaan istrinya. Mencuci baju, menyuapi Agus anaknya. Bang Kohir tidak pernah balas omelan istri nya.. Kalau dibalas bisa melebar kemana mana..
Terkadang bahkan sering ucapan tidak enak meluncur dari bibir istrinya. Belum lagi dengan nada yang selalu meninggi dipastikan akan terdengar tetangga kontrakan sebelah..
Kadang bang Kohir malu, tiap hari Neneng marah marah yang diomongin duit terus..
Bang Kohir sudah berusaha mencari nafkah dengan mengojek konvensional yang pendapatannya tidak tentu.
Ingin rasanya bang Kohir seperti teman teman sesama pengojek di pangkalan yang hampir semua nya naik tingkat menjadi driver ojek online.
Tapi karena sesuatu hal bang Kohir tak bisa menjadi driver ojek online.
-----------
Esok nya..
"Bangun dong bang, tidur aja, udah jam 6 lewat nih, kita kan belum bayar kontrakan. Biar abang ngojek lebih pagi, dan dapat uang lebih.."
Kaget dibangunkan begitu, akhirnya bang Kohir bangun dan langsung duduk dipinggir kasur.
Jam menunjukan angka 5.25
"Astaghfirullah, abang terlewat sholat subuh di mesjid.
Neng bangunkan abang nya kok jam segini?"
"Ah sebodo amat bang, Neneng ngga mau tau pokoknya hari ini harus ada uang buat bayar kontrakan, kemarin bu Sarti datang nagih marah marah, Neneng kan malu bang.."
Bang Kohir lantas bergegas ke kamar mandi, ambil wudhu untuk tunaikan sholat subuh..
Setelah sholat subuh bang Kohir menuju belakang pintu dimana celana lusuh yang kemarin dipakai ngojek tergantung disitu. Bang Kohir merogoh saku dan mengeluarkan semua isinya.
"Ini rejeki kita kemaren, Neng.."
Neneng menerima dengan ketus.
"Huh recehan begini, kapan ya kita kayak orang orang kaya. Neneng beli tas bagus, perhiasan.."
Bang Kohir hanya bisa diam tertunduk.
Setengah marah Neneng membentak bang Kohir.. Lelaki yang menikahi nya hampir 6 tahun lalu..
"Sana mandi deh bang, sumpek Neng liatnya!"
Terus ngojek sana.
----
Bang Kohir kembali terdiam sambil mengurut urut pelipis. Sakit sekali rasanya kepala ini.. Gumam nya.
Tanpa istrinya tau, kalau orderan ojek lagi sepi, bang Kohir selalu ke pasar induk dimana banyak berjejer toko beras disana.. Menawarkan diri ke pemilik toko beras untuk ikut jadi kuli panggul beras..
Kadang pernah dengan izin pemilik toko beras, bang Kohir memungut beras beras yang tercecer jatuh.
Sebelum sampai rumah, bang Kohir mampir ke kamar mandi sebuah mesjid. Dan sebelum ambil wudhu terkadang bang Kohir cuci beras yang sudah kotor itu supaya nanti istrinya tidak begitu jijik lihat beras kotor karena sudah dicuci bang Kohir sebelum diberikan ke istri nya.
"Neng, pijitin sedikit kepala abang Neng, sakit banget.."
"Ah Neneng lagi mau nyuci bang.. Udah abang jangan manja gitu..
Sana gih pergi ngojek.. Sana pergi bang.."
---
Tanpa ganti kaos, bang Kohir ngambil jaket lusuh yang tergantung di belakang pintu kamar. Lalu menyapa Agus anaknya. Membelai rambut Agus dan mengatakan "kamu jadi anak yang baik ya, sayang sama ibu, jagain ibumu ya.."
"Sayang bapak juga dong pak, Agus kan sayang bapak.."
"Iya, bapak juga sayang Agus, ya sudah bapak ngojek dulu ya doakan bapak ya Gus.."
"Iya bapak.."
Seperti biasa bang Kohir pamit sama istrinya. Tak lupa bang Kohir meminta istrinya untuk sarapan dulu sebelum mencuci. Dan seperti biasa juga setiap bang Kohir pamit ngojek, Neneng menjawab dengan sedikit ketus.
"Iya sana deh bang, walau sebenernya Neng males tapi ya harus nyuci baju seabrek gini.."
"Maafin abang ya Neng kayaknya abang hari ini ngga bisa bantu Neng nyuci baju, abang ngga pulang dulu ya Neng biar ntar pulang syukur syukur bawa uang banyak buat Neng.."
"Iyaa deh sana.."
-----
Sebetulnya dulu Neneng wanita yang baik. Nurut dan sayang sama suami. Tapi setelah bang Kohir kena PHK dari pabrik plastik. Sikap Neneng berubah 180 derajat.
-----
Perut bang Kohir sangatlah lapar..
Pagi itu bang Kohir ingin sarapan tapi melihat istrinya yang tampak repot menyiapkan baju yang mau dicuci tak tega untuk meminta buatkan sarapan ke istrinya.
Mau ceplok telur sendiri pun telur nya hanya ada 1. Buat Agus sarapan.
Bang Kohir mengeluarkan sepeda motor nya.. Lalu menuntun pelan menuju arah keluar gang..
-----
Dirumah Neneng tengah mencuci baju.. Agus anak bungsu nya yang berusia 5 tahun tapi belum sekolah, merengek minta makan. Di meja kecil hanya ada tempe orek sisa kemarin.
"Kamu makan pakai tempe orek ya Gus.."
"Ah ibu tempe lagi tempe lagi.."
"Ya udah makan saja seadanya, bapakmu ngasih duit cuma seuprit ngga usah banyak mau nya.."
"Iya bu.."
Lalu Agus memakan nasi dingin dengan tempe orek tersebut.
Baru saja menyerahkan piring berisi nasi dan orek tempe untuk Agus makan, datang pak Broto yang rumahnya dekat minimarket ujung gang..
"Mpok Neneng.. Mpok Neneng.. Mpoook.."
"Iya ada apa sih pak.."
"Bang Kohir kecelakaan.."
Neneng kaget dan spontan tangannya gemeter hebat. Untung saja piring beling itu sudah ditangan Agus. Sehingga tidak ikut jatuh terpecah. Neneng berlari mengekori pak Broto.. Berlari ke ujung gang.. Diikuti Agus. Lalu naik motor dibonceng pak Broto yang memarkirkan motornya diujung gang..
Tampak bang Kohir berlumuran darah dikerumuni beberapa orang saja. Kata warga, bang Tohir menolak dibawa ke rumah sakit karena ingin berjumpa istrinya terlebih dahulu..
Sesampainya Neneng, dia berlutut disamping bang Tohir yang pundaknya dipeluk Agus..
"Neneng istriku, ini uang yang baru abang dapatkan dari ngojek.."
Tangan bang Kohir gemetaran menahan sakit sambil menyerahkan uang lusuh 2000-an sebanyak 5 lembar..
"Ini Neng uangnya.."
"Maafkan abang belum bisa kasih Neneng uang banyak.."
Lalu perlahan suara bang Kohir melemah. Tubuh bang Kohir sempat bergetar dan tampak bibir nya seperti tengah mengucapkan sesuatu.. Hingga akhirnya napas bang Kohir terhenti untuk selamanya...
Dan Neneng hanya bisa menangis meraung raung. Tak sempat berucap apa apa bahkan untuk meminta maaf dan mengucapkan terima kasih pun Neneng tak sempat dan tak sanggup.
"Abaaaaaang.. Bangun baaaang.. Maafin Neneng baaaang..."
"Neneng mau pijitin abang.. Neneng mau memeluk abaaang.."
"Neneng bahagia jadi istri abang..
"Baaaang ayo bangun bang kita pulang, abang belum sarapan kan bang.."
"Ayo pulang baang.."
"Bapaaaaak.. Bapaaaak.." Teriak Agus yang mendadak menjadi yatim diusia yang masih dini..
"Baaaang ayo pulang baang.."
"Baaaang..
Teringat kata kata bang Kohir tadi..
"Maafin abang ya Neng kayaknya abang hari ini ngga bisa bantu Neng nyuci baju, abang ngga pulang dulu ya Neng biar ntar pulang syukur syukur bawa uang banyak buat Neneng.."
Artikel ini ditemukan tanpa judul, dan admin berinisiatif sendiri memberikan judul ini.
(Penulis artikel: Anis Harmayani)
Post a Comment