5 hari lagi insyaAllah kita akan memasuki bulan Ramadhan. Ada keharuan tersendiri bagi saya pribadi setiap menyambut bulan yang penuh kenangan ini. Pertama, karena keimanan. Kedua, karena kenangan masa kecil.

Setiap jelang Ramadhan saya selalu sedih, teringat sama keluarga yang sudah tiada. Momen saat bersama keluarga menjalani Ramadhan inilah yang tidak bisa dilupakan, kita berbuka bersama, sahur bersama, dan Tarawih bersama juga. Sekarang semua hanya tinggal kenangan.

Okelah cukup bermello ria-nya. Bukan masalah kenangan ini yang ingin saya bahas sebenarnya. Tapi masalah tentang kebiasaan warga dalam menyambut Ramadhan.

Apa fenomena yang paling menyolok di negeri ini setiap menyambut Ramadhan?

Yup, benar, ziarah kubur!
Beberapa hari jelang Ramadhan, tempat-tempat pemakaman ramai diserbu warga. Bahkan ada yang minta izin libur dari tempat kerjanya karena ingin pulang kampung untuk ziarah.

Para penjual bunga, para tukang parkir, jasa tukang doa pun laris manis menangguk keuntungan.

Ini fenomena tiap tahunnya. Pemandangan yang sudah tak asing lagi, seakan ini merupakan tradisi keharusan yang tak boleh ditinggalkan.

Melihat semua ini, timbul 2 pertanyaan saya:
  1. Apa Sebenarnya tujuan kita berziarah kubur?
  2. Dan mengapa harus di setiap bulan Ramadhan ini saja?
Kalau boleh saya bertanya, apa tujuan para pembaca sekalian berziarah kubur di bulan Ramadhan ini? Apakah hanya sekedar melaksanakan ritual tahunan, atau ingin bersilaturrahmi kepada yang sudah tiada?

Kalau jawabnya seperti demikian, maka ini suatu kekeliruan. Orang yang sudah mati bukan dikunjungi dalam bulan tertentu, tapi di doakan, dan bisa kita lakukan di akhir shalat Fardhu atau shalat Lail. Mendoakan orang tua, anak, kakak, abang, adik, kakek, nenek tidak mesti di jelang Ramadhan ini. Apalagi sampai minta izin libur pulang kampung segala hanya untuk berziarah. Seakan momen ini seperti ajang sungkeman dan silaturrahim saja.

Kalau kita ingin berziarah di kuburan keluarga, maka kapan saja bisa, tidak mesti wajib menyambut bulan Ramadhan ini. Kalau hanya setiap jelang Ramadhan kita lakukan dikhawatirkan tradisi ini menjadi keharusan. Takutnya anak, cucu kita akan menganggap ini adalah ritual kewajiban. Padahal tradisi ini tidak ada tuntunan syariatnya.

Jika anda membantahnya ini hanya sebuah tradisi, bukan kewajiban, maka coba jangan lakukan ziarah kubur setiap Ramadhan, bisa kah? Kalau anda tidak bisa melakukannya, berarti anda menganggap ini adalah kewajiban tahunan?

Kita memang dianjurkan untuk berziarah kubur tujuannya agar mengingat mati, melembutkan hati yang keras dan mendoakan yang sudah tiada. Diharap dengan sering berziarah kubur akan membuat kita jadi insan yang selalu intropeksi diri, bertaubat akan kesalahan dan dosa, kembali ke jalanNya. Itu makna ziarah kubur. Dan waktunya tak harus di bulan tertentu. Kapan saja bisa.

Dan lagi, keluarga kita yang sudah tiada tersebut butuh doa, orang yang sudah mati itu sangat butuh doa dari keluarganya yang masih hidup. Jadi kalau ziarah saja yang rutin anda lakukan tidak ada gunanya tanpa doa yang dipanjatkan (doa itu ga harus saat berziarah, kapan saja bisa, yang utama saat Shalat). Sejuta kali anda berziarah ke kubur tidak akan membuat mereka nyaman. Ziarah kubur bukan seperti silaturrahim yang membuat penghuni kuburnya bahagia jika di kunjungi.

Mari Kawan, kita coba untuk fahami dan berfikir kritis, apa, kenapa dan mengapa? Kebiasaan orang banyak tak harus jadi standar untuk diikuti.

Semoga kita dianugrahi hidayah untuk memahami sesuatu yang belum kita ketahui.

Marhaban Ya Ramadhan

(Hanya Allah Yang Maha Mengetahui Kebenarannya)

Post a Comment