Artikel ini bukan untuk menyudutkan siapa pun, bukan untuk unjuk kemenangan dalam beropini tapi semata sebagai nasehat kepada teman-teman Muslim saya di dumay mau pun dunia nyata dalam menyikapi situasi politik di negeri ini khususnya dalam menyambut PilPres yang sudah diambang pintu ini.
==================
Pernahkan anda mendengar/membaca pernyataan seperti ini:
"Untuk apa memilih pemimpin si Anu sama si Anu, toh dipilih atau tidak, sama saja, tidak ada pengaruhnya di kehidupan kita, kehidupan kita tetap gini-gini aja!"
Ucapan seperti ini sangat sering saya jumpai di tengah kehidupan masyarakat. Sikap yang skeptis, tak mau tahu dan tak mau mencari tahu apa yang tengah terjadi di negeri ini. Inilah akibat kelamaan terlena dengan kehidupan sendiri, tidak mau tahu dengan yang lain. Maka lahirlah sikap asal komen. Sikap seperti ini bukan membuat lebih baik malah merugikan dirinya sendiri juga bangsa dan agama.
Saya ragu dengan pernyataan diatas, apa iya yang bilang demikian itu setiap pemilu dia memilih, jangan-jangan golput lagi? Orang tipikal seperti ini mana pernah mau tahu urusan yang lain selain urusannya sendiri.
Kita ini memilih pemimpin bukan supaya mendapat fasilitas kesejahteraan langsung dari tangan pemimpinnya, tapi yang kita dapatkan yaitu hasil dari kinerjanya. Jika terpilih pemimpin amanah dan tidak pro aseng, maka insyaAllah kebijakan-kebijakannya pasti memihak dan menguntungkan rakyatnya. Nah jika terpilih pemimpin khianat dan zhalim, kebijakan-kebijakannya pasti merugikan dan menyengsarakan rakyat.
Khusus Pemilu 2019 ini kita memilih pemimpin bukan karena ingin sejahtera tapi untuk menyelamatkan bangsa, negara dan agama.
Ya nanti jika pemimpin yang baik terpilih, insyaAllah perekonomian bisa lebih baik. Kesana juga tujuannya yaitu kesejahteraan ummat.
Kalau anda mau lebih memperhatikan, pasti ada perbedaan antara pemimpin-pemimpin yang pernah memimpin di negara ini. Coba anda ingat-ingat, apakah sama kehidupan perekonomian di era Suharto, SBY, sampai ke Jokowi sekarang ini? Jujur anda menjawabnya? Tidak mungkin begitu-begitu juga? Pasti ada perbedaan? Mana yang lebih mendingan?
Kalau menurut saya, masih mendingan era Soeharto dan SBY dibanding sekarang ini, saat era SBY harga bensin murah, dan tak ada tindakan kesewenangan terhadap umat Islam dan Ulama. Kalau sekarang, sedikit kita menyuarakan protes, langsung dipolisikan. Saya bilang seperti ini bukan berarti saya fansnya SBY, saya tetap tak suka beliau, hanya saja masih mendingan SBY dibanding yang sekarang. Iya ga siiih..????
Kenapa Selama Ini Kita Memilih Pemimpin Tapi Nasib Kita Begitu-begitu Juga?
Karena pemimpin yang kita pilih selama ini ya dari kaum yang itu-itu juga dan sistem yang begini-begini juga. Dan kitanya juga yang salah, kenapa mau memilih pemimpin yang dari kaum itu-itu juga?
Kita ini ya, disodorkan pemimpin yang baik, yang lurus pada ga mau? Apa anda mau memilih pemimpin yang mau menegakkan Syariat Islam di negeri ini? Pasti anda menolak? Calon pemimpin saat ini yang sudah direkomendasikan ulama pun anda tidak mempercayai dan menolaknya, malah memilih yang sudah nyata pernah mengecewakan anda, membuat anda sengsara!
Kalau kita mau berubah, maka pilihlah pemimpin yang baik akhlak dan agamanya. Pilihlah pemimpin yang mau membela ummat, agama dan bangsanya. Atau lebih sempurna lagi, pilih pemimpin yang amanah dengan sistem islami. Apa ada pemimpin yang shaleh dan amanah? Sangat ada? Apa anda fikir manusia di Indonesia ini bejad semua. Hanya saja orang-orang shaleh dan amanah tadi tidak pernah mendapat dukungan dari anda-anda ini? Nyatanya kita lah yang tidak mau berubah lebih baik.
Apa itu kaum itu-itu juga?
Yaitu kaum sekularis dan nasionalis yang fanatik kepada demokrasi atau malah menghianati demokrasi itu sendiri? Kaum inilah mayoritas memenuhi di percaturan perpolitikan di negeri ini. Kaum yang tak mau membawa-bawa agama dalam urusan perpolitikan mereka. Akibatnya ya seperti ini: bersekutu dengan orang-orang zhalim, kebijakan berdasarkan hawa nafsu, kemerosotan ekonomi dan moral bangsa, semakin maraknya kemaksiatan dengan segala bentuknya, korupsi meraja lela, kezaliman penguasa, dan puncaknya turunlah bencana demi bencana di negeri ini.
Sejatinya politik itu disandarkan kepada Kitabullah dan Sunnah. Apa-apa yang disandarkan kepada Allah dan RasulNya insyaAllah terpimpin dan berkah. Mau nikah disandarkan kepada Allah, mau kerja disandarkan juga kepada Allah, mau ngeblog, mau berpolitik, mau jadi pemimpin, mau apa saja yang baik-baik, jika disandarkan kepada Allah dan Dia ridha, maka kebaikan yang turun.
Kalau kita memilih yang baik, insya Allah baik hasilnya, begitu juga kalau memilih yang jelek, insya Allah ya jelek juga hasilnya. Tidak mungkin sama yang baik dan yang buruk?
Cobalah anda perduli sedikit, melek situasi perpolitikan di negeri ini, agar faham situasi dan kondisinya Jangan lah kita egois dan hanya mementingan kenyamanan diri sendiri. Kata sahabat saya Ustadz Waskito, mayoritas orang-orang di negeri ini terlena dengan kehidupannya masing-masing, sepanjang mereka bisa kerja, gaji besar, keluarga sehat maka sudah cukup, adapun masalah-masalah di luar kehidupan mereka itu nyaris ga mau tahu.
Mau ulama di kriminalkan, mau ajaran Islam dinistakan, mau adzan dilarang keras-keras, mau LGBT di sahkan, mau pemimpin dari kalangan non Muslim, tenang-tenang saza bah...!
Dampak dari kepemimpinan yang buruk ya pasti beimbas buruk juga ke kita-kita yaitu rakyat kecil ini, seperti kebijakan ekonomi yang merugikan rakyat, bertambahnya angka pengangguran, harga bahan bakar dan kebutuhan pokok naik, dsbnya. Semua itu ada hubungan sebab akibatnya Sob?
Ga susah kok melihat calon pemimpin yang baik, lihat sepak terjangnya, dimana dia berpihak selama ini, mendukung atau atau menyusahkan umat dan agama. Lihat siapa rekan-rekan pendukungnya? Untuk melihat fakta ini dibutuhkan kejujuran, keikhlasan, pengetahuan, kecerdasan dan kecintaan kepada agama (Islam). Atau sekarang ini, ga usah susah-susah memprediksi, ikuti saja calon pemimpin yang direkomendasikan Ulama. That's all. Ikut ulama insyaAllah baik dan berkah, benar kan?
Sekarang ini kita belum bisa memilih pemimpin islami sesuai kriteria Qur'an dan Sunnah. Yang ada hanya pasangan Prabowo dan Sandi. Itu pun sudah mendingan, pasangan ini dikelilingi dan didukung orang-orang baik, dan orang-orang shaleh serta dipilih oleh ULAMA. Jadi apalagi yang membuat kita skeptis dan ragu kecuali kita itu ga mau tahu apa-apa tentang masalah ini dan suka termakan isu HOAKS.
Jika nanti pasangan Prabowo - Sandi terpilih apakah dijamin rakyat sejahtera?
Jangan bicara yang ghaib dulu? Kita ga bisa memastikan masa depan. Masalah ghaib itu hanya Allah yang tahu. Yang kita lakukan ini cuma ikhtiar, memilih pemimpin yang sedikit lebih baik. Kalau nanti ternyata pasangan ini tak sesuai yang diharapkan, kita berserah kepada Allah. Yang penting kita sudah berikhtiar untuk berbuat yang terbaik. Kita doakan saja.
Saya bukan anggota Gerindra, dan bukan juga pengagum Prabowo - Sandi. Kriteria pemimpin yang saya inginkan sesugguhnya adalah yang sesuai dengan Qur'an dan Sunnah, yaitu pemimpin yang mau menegakkan hukum dan aturan Allah. Jadi sejujurnya pasangan Prabowo-Sandi bukanlah tipe ideal saya. Alasan saya memilih Prabowo - Sandi, karena hanya ini pasangan yang ada, yang lebih dekat ke maslahat agama dan bangsa, serta untuk mematuhi perintah Ulama agar memilih pasangan ini. Jadi bukan karena fanatik partai dan tokoh.
Insya Allah saya memosting ini tulus sebagai amar makruf nahi munkar dan bentuk nasehat saya kepada teman-teman Muslim dan para pembaca.
Semoga anda sadar pentingnya politik untuk dimengerti, jangan lagi egois dan tak mau tahu. Mulailah untuk perduli ke nasib bangsa dan agamamu, nanti anda akan tahu sediri apa politik itu.
Jangan lupa bulan Maret datang ke TPS Sob, jangan GOLPUT! Pilih pemimpin rekomendasi Ulama. Ingatlah coblosanmu akan diminta pertanggung jawaban kelak di Yaumil Akhir. Siapa lagi yang menolong agama kita ini kalau tidak kita sendiri umat Islamnya?
Semoga bermanfaat, mohon maaf atas yang tak berkenan.
(Wallahu'alam)
Post a Comment