Saya bukan hoby / maniak otomotif. Hanya seorang yang menyayangi suatu barang, apa pun itu, dari HP, motor, sepeda dan lainnya. Jika saya punya suatu barang, maka akan tetap saya rawat hingga tetap seperti baru.

Kebetulan saya punya motor bebek yang lumayan jadul yaitu Supra X 125 (karbu). Motor ini saya beli tahun 2013 secara cash, no kredit, berhubung saya ga suka kredit. Dan tanpa menggunakan uang pribadi alias gratis.

Motor kesayangan ini punya kenang-kenangan dan sudah banyak jasanya, salah satunya dalam mengantar jemput istri kerja.

Karena memang sejak dari beli, motor itu selalu saya rawat, jadi kondisi masih seperti baru sampai sekarang. Mesin masih mulus. Dan tidak ada getar di body bagian mana pun, termasuk di bagian casing batok. Hebat kan?

Banyak yang bilang motor tersebut baru saya beli, padahal sudah enam tahun. Dan banyak juga yang menawar motor ini (padahal ga saya garamin). Saya ga akan saya lepas motor ini, gimana mau dilepas, trus kenderaan saya apa?

Beli motor baru?

Ga ah... Ga suka saya dengan motor-motor baru sekarang yang ribet dan mahal biaya perawatannya.

Saking sayangnya saya dengan motor Supra X 125 ini, teman pernah nyeletuk, "motor bebekmu sudah ketinggalam jaman, ganti kenapa? Ga capek kaki nekan-nekan gigi persneling?"

Bah, yang capek tu jalan kaki? Cuma nekan gigi persneling doang aja ngeluh? Dulu jaman matic belum ada, ga ada pengguna motor yang ngeluh karena capek nekan-nekan gigi persneling.

Jaman sekarang memang trendnya skuter matic. Motor matic ini memang sedang jadi primadona. Dari kalangan muda dan tua hampir semua menggunakan matic. Kalau dulu rajanya motor itu bebek, sekarang bebeknya sudah turun tahta, ga jadi raja lagi. Slogan irit bahan bakar pun tergantikan menjadi slogan mudah dan praktis.

Motor matic memang mudah dan praktis dikendarai. Tanpa repot-repot mengover gigi kecepatan, hanya dengan menarik handle gas, motor sudah meluncur.

Apalagi sekarang sudah era injeksi, motor matic yang tadinya super boros jadi rada mendingan irit.

Tapi apa pun tehnologi motor yang terus berkembang, saya tetap memilih motor jadul yang bermesin karburator ini. Motor-motor jadul biasanya tahan banting, seperti motor saya ini Supra X 125. Motor ini ga rewel, selama pakai belum pernah mogok, perawatan gampang, harga spare part masih terjangkau. Larinya kencang, akselerasinya lumayan. Bahan bakar irit, dan bisa apa saja, dari mulai premium, pertalite dan pertamax.

Ga kayak motor-motor sekarang, semakin canggih, bahan bakar pun semakin tinggi kelasnya. Dan semakin mahal harganya. Boros di kantong brooo?

Motor jadul bila baterai sudah mulai soak bisa tetap dipakai terus rada lamaan. Ga kayak motor injeksi, kalau batere sudah lemah, sudah ga bisa distarter, kudu ganti baru agar sistem kelistrikannya tidak rusak. Repot kan?

Begitu juga dengan ban, trend sekarang ban sudah tubbles, sekilas memang praktis, bila ban bocor kena paku, bisa bertahan beberapa hari, motor pun tak usah didorong mencari tambal ban. Tapi faktanya penambalan ban tubbles yang kebanyakan ada dipinggir-pinggir jalan itu bukanlah standar menambal ban tubbles, ban lama kelamaan akan semakin rusak.

Teman saya bilang ban tubbles itu ada obat semacam lem yang dimasukkan ke dalam bannya itu, jadi kalau ban bocor, lem itu akan menambal dengan sendirinya. Harganya lumayanlah untuk ukuran orang kayak saya. Lumayan mengoyak kantong celana.

Satu lagi rewelnya motor matic injeksi kalau musim hujan dan banjir, siap-siap harus ke bengkel servis ganti oli gardan. Kalau dibiarkan bisa nyendat itu tarikannya.

Kalau bebek manual mah tancap aja. Banjir menghadang, no problem, asal jangan terlalu tinggi banjirnya. Motor apa pun kalau uda banjirnya lumayan tinggi ya mogok.

Motor jadul juga sangat ramah dengan orang miskin. Tengok saja walau bahan bakar sudah rest abis, tapi motor masih bisa jalan dan tidak ada dampak negatif apapun kecuali motornya mogok. Ga kaya matic, Jika sering-sering minyak dalam keadaan rest bisa mempengaruhi kinerja sistem injeksinya.

Secanggih apapun jenis motor jaman dulu, masih praktis dan ekonomislah khususnya dari segi bahan bakar. Apa pun jenis motor bisa diiisi dengan bahan bakar legendaris alias Premium. Bahan bakar primadona dikalangan orang ekonomi kebawah (mau bilang kere aja malu 😀)

Jika seandainya pihak pabrikan Honda meliris kembali sepeda motor Supra X 125 ini dengan pembaruan sana-sini dengan sistem mesin tetap non injeksi, maka saya akan beli motor ini ketimbang beli motor tipe terbaru.

Daripada beli motor baru, lebih baik saya beli sepeda sport (gunung). Saya lebih suka kemana-mana naik sepeda. Bila pergi kerja walau jauh, jika situasi mendukung, saya lebih baik naik sepeda. Bersepeda itu sehat, murah, lebih berpetualang rasanya.

Anda bagaimana? Apakah memilih motor yang jadul manual atau matik injeksi?

Post a Comment