(ilustrasi)

Si Gondrong yang muntah darah itu wajahnya makin pucat. Bibirnya putih bagai kapas. Sorot matanya terlihat kosong. Tidak seperti pertama kali sewaktu turun ke jalan. Matanya berkilat-kilat memancarkan bunga api liberalisme yang dianutnya sambil teriak, "Tuhan telah membusuk, sodara-sodara!"

Kini Si Gondrong nampak layu. Api liberalisme di sorot matanya redup dan hampir padam.

Di atas ruang perawatan, Si Gondrong termenung. Dadanya masih sesak, seakan kepalan tinju pemuda berpeci coklat itu masih menempel di dadanya. Menonjok-nonjok jantungnya hingga berdenyut-denyut.

Tiap kali Si Gondrong mengingat wajah pemuda itu, saat itu pula suara "bugh" di dadanya terdengar lagi. Seketika Si Gondrong meremas dadanya. Wajahnya meringis dan makin pucat.

"Saudara harus dirontgen," kata dokter yang merawatnya.
"Harus kah?"
"Ya. Muntah darah bukan main-main," kata dokter itu lagi.
"Tapi, Dok."
"Terserah saudara. Sebaiknya segera lakukan, biar diagnosanya jelas."
Si Gondrong terdiam. Dokter yang memeriksanya berlalu pergi.

***

Si Gondrong membawa hasil rontgen dan menyerahkannya pada dokter penyakit dalam, tempatnya dirawat. Hatinya mulai cemas melihat wajah dokter ahli di depannya mengernyitkan dahi. Sesekali dokter itu menatap Si Gondrong yang membuat perasaan mahasiswa jurusan filsafat itu bertambah cemas.

"Saudara perokok?"
"Ya."
"Suka begadang?"
"Ya."
"Minum?"

Si Gondrong membisu. Dia tak sudi mengakui bahwa dirinya memang suka minum, Cevas Regal adalah favoritnya. Namun membisunya Si Gondrong adalah kata-kata bagi dokter itu bahwa pasien di hadapannya itu memang peminum.

"Sebaiknya saudara berhenti merokok. Berhenti minum. Dan jangan begadang."
"Ada apa dengan saya?" Si Gondrong penasaran.
"Saudara menderita radang paru-paru akut. Kedua paru-paru saudara sudah mulai membusuk."
"What?"

Si Gondrong mual. Tiba-tiba saja lantai ruang dokter penyakit dalam itu seperti berputa-putar.

Sekelebat pikiran Si Gondrong terbang ke ruang senat. Memorinya loncat pada ruang rapat dan memutar kembali rekaman dirinya yang fasih menyampaikan gagasan dalam rapat itu. Ya gagasan "Tuhan Membusuk" untuk tema ospek mahasiswa baru di fakultasnya.

"Gagasan kita harus lebih berani dari anak-anak Bandung," katanya waktu itu.

Si Gondrong lalu menyampaikan gagasan yang lebih dahsyat dari sekedar "Anjinghu Akbar"nya anak-anan Gunung Jati. Kawan-kawannya di senat terpesona dengan idenya. Ide yang kemudian disepakati untuk diusung sebagai tema dalam ospek adik-adik mahasiswa baru kampus mereka.

"Setuju kawan-kawan tema kita, yakni Tuhan Membusuk?!"
"Setuju!"

Brak! Brak! Brak!

***

"Jika saudara tetap merokok, minum dan begadang, saya jamin paru-paru saudara akan total membusuk."

Si Gondrong benar-benar terhenyak. Kini jiwanya seperti pohon kering yang meranggas. Dia menduga muntah darah yang dialaminya semata-mata disebabkan karena pukulan anak muda itu.

Tapi apa yang dibilang dokter itu ada benarnya. Dirinya memang perokok berat, suka begadang dan peminum. Awal mula dirinya menjadi peminum saat dia tinggal di Boston bersama kawannya sesama mahasiswa Indonesia yang balajar di Harvard. Kawannya itu berkata bahwa minuman beralkohol seperti Whisky menjadi halal karena cuaca dingin di Boston. Whisky sangat penting untuk menjaga suhu tubuh tetap hangat. Karena itu, Whisky menjadi halal sebab membantu melindungi diri dari bahaya cuaca buruk.

"Khomer itu haram di Arab karena di Arab itu panas, Bro. Di sini justeru cuaca sangat dingin. Kita butuh Whisky karena menghangatkan. Tanpa ragu aku katakan, minumlah! Barang ini halal sekarang," kata temannya waktu itu.

Si Gondrong keterusan. Hingga pulang ke Indonesia kebiasaan minumnya tidak berhenti.

Suatu saat Si Gondrong mengadu soal kebiasaannya itu pada kawannya. Dan kawannya yang masih di Boston itu menasehati. Katanya tidak apa-apa, asalkan jangan sampai mabuk. Saat Si Gondrong berkata apa ini bukan maksiat.

"Menyembah pada selain Allah saja tidak dilarang Allah. Apalagi cuma maksiat," begitu jawab kawannya. Si Gondrong makin menggila.

Kini paru-paru Si Gondrong divonis membusuk, persis setelah sehari dia berteriak lantang di jalan membentangkan spanduk bahwa "Tuhan Membusuk".

Si Gondrong pingsan. Darah keluar dari mulutnya.
Masuk ICU.
Dua hari kemudian jiwanya tak tertolong. Kata dokter yang menolongnya, Si Gondrong menggeleng saat ditalkinkan Laa ilaaha illallaah di akhir hayatnya.

Depok, 2 September 2014.

(Disalin dari share-an grup WA dari ustadz Waskito)

2 Comments

  1. Semoga kita dijauhkan dari hal-hal buruk. Juga selalu mempunyai iman yang kuat kepada Tuhan.

    Kalau ada waktu, jalan-jalan ke blog saya yuk 😊.

    ReplyDelete

Post a Comment