Menjadi seorang pengangguran itu tidak enak, sangat-sangat tidak enak. Seorang lelaki yang fitrahnya baik, jika dia seorang pengangguran, maka itu menyiksa dirinya. Itu adalah aib, beban dan kesedihan baginya. Bagaimana tidak? Lelaki itu pemimpin keluarga, tapi dia gagal bertanggung jawab memberi nafkah anak dan istrinya. Ingin ia segera mencampakkan status penganggurannya itu tapi apa daya, sekuat apa pun belum mampu ia melakukannya.

Tapi ada seorang ustadz sekaligus dokter yang sering menstigma jelek pengangguran. Beliau ini memfonis semua pengangguran itu pemalas dan milih-milih kerja. Padahal tak semua seperti itu, terlalu menggampangkan, menuduh serta tidak melihat apa yang melatar belakangi serta fakta di lapangan.

(screenshoot tulisan seorang ustadz/dokter)

Mencari kerja (makan gaji) itu bukan cuma susah didapat karena faktor syarat-syarat yang menyulitkan seperti: usia harus muda, sudah punya pengalaman/skill, tampang ganteng/cantik, dan lainnya, ada faktor lain juga yang mustahil untuk dijalani seperti: Tidak boleh sholat lima waktu disela-sela aktifitas kerja, gaji yang tidak relevan dengan pengeluaran, waktu / durasi kerja yang tidak manusiawi. Maka makin sulitlah pekerja mencari pekerjaan di negeri ini. Sulit diatas sulit.

Ga segampang itu mencari kerja di negeri ini Ferguso. Karena selain langkanya lowongan kerja, juga banyak faktor yang merugikan para pencari kerjanya. Jadi bukan milih-milih kerja jadi pegawai. Emang pegawai apa sih pak? BUMN, PNS, Bank..??? Orang juga uda tahu kalau kerjaan seperti itu mustahil, karena mendapatkannya biasanya harus ada koneksi, seleksi dan uang sogok. Orang mau kok kerja apa aja asal memang bisa dia lakukan. Zaman susah sekarang orang ga harus ngotot jadi pegawai pak, yang penting bisa usaha/kerja, dapat uang bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, bisa ibadah, sudah itu saja.

Ga usah kerja jadi pegawai, jadi karyawan level babu kayak cleaning service, pelayan restoran, tukang parkir resmi, kenek tehnisi, dan semisalnya, ini aja susah, butuh koneksi, diseleksi pula, dan ga tiap hari ada lowongan, apatah lagi pegawai perusahaan bonafid?

Mau kerja jadi kuli pabrik / bangunan, jaga malam..??? Ada yang fisiknya uda ga kuat, usia sudah tidak muda lagi (begadang woi). Lagian seperti saya bilang tadi kerjaan level babu gini pun susah, bukan tiap hari ada info / lowongan, sekali ada pun harus ada koneksi.

Jadi, ga ada itu yang tidur-tiduran dan duduk-duduk di rumah pak? Preman brengsek pengangguran aja dia keluar rumah malakin orang buat nyari uang rokok / makan.

Mau berdagang, modal usaha dari mana...??? Emang modal bisa didapat semudah mencabut bulu ketek..?? Seperti yang saya katakan diatas, nyari kerja atau dagang sama susahnya.

Jika modal pun sudah ada, plus tempat yang strategis (ini pun ga semua pedagang bisa dapat karena terkait biaya). Terus bisa ramai fulus datang..?? Belum tentu pak ustadz.. Dagang itu belum tentu rame pembeli, ini kan terkait rezeki masing-masing, apalagi dagang di negeri konoha ini, persaingan ketat, bahkan ga sehat, ujung-ujungnya ya sepi pembeli.

Kalau dagang sepi, lama-lama ya gulung tikar pak? Modal abis, ga tau lagi mau ngapain, ya balik nganggur.

Di Indo ini, banyakan yang jualan ketimbang yang beli. Ya ga balance-lah..

Survey dulu pak dokter, datang ke daerah-daerah kota besar yang padat warganya, yang sarat kriminal, tengok keadaan mereka disana.

Kerja apa aja kan bisa...???

Kerja itu gampang, yang gaji ga ada, pak dokter? Kerja serabutan dikira gampang apa? Kerja serabutan juga kudu dicari apa kerjanya, dan dimana, ada yang ngasih ga? Bukan ujug-ujug nyari dijalan terus dapat. Kan ga harus teriak-teriak di jalan: "Woi bapak-bapak/ibu-ibu, saya butuh kali kerjaan, tolonglah kasih kerjaan buat saya!". Ga lucu kan?

Okelah ada kerja serabutan, tapi tetap aja ga tiap hari ada job. kerja serabutan bukan kerjaan tetap, sementara biaya pengeluaran terus menuntut tiap hari, dan terkadang uangnya pun ga cukup buat nafkah keluarga di rumah.

"Kok jadi skeptis dan pesimis gitu, ga usah hidup aja kalau apa-apa susah..??

Bukan skeptis dok, biar anda tahu fakta di lapangannya gimana. Jangan sekedar menuduh dan menggampangkan. Ga sesimpel itu Bos..!! Mereka itu ga milih-milih kerja, bukan santai di rumah, tapi berikhtiar, berdoa minta sama Allah agar dimudahkan mendapatkan mata pencaharian yang layak.

"Makanya amalin dong Tauhid, tiru prinsip burung cari makan..??"

Coba pak ustadz dokter, saat ada orang yang menganggur, pening kepalanya, masalah bejibun, terus anda nasehati: "Makanya pak, amalin tu tauhid, keluar sana, terbang, jangan cuma duduk-duduk di rumah, jangan cuma merenungi nasib, jangan milih-milih kerja. Bla..bla.. Kira-kira dia terharu ga?

Pada dasarnya semua orang yang baik sudah tahu kalau rezeki itu sudah ditentukan oleh Rabb mereka. Guru-guru agama disekolah, ustadz-ustadz juga bilang gitu. Ga usah dikasih tahu lagi lah. Anda ga usah mengkritisi kayak gitu pak dokter. Orang yang lelah dan capek itu butuh disemangatin pak. Spiritnya dinaikkan, bukan engkau gurui dan salah-salahkan.

Seperti saya bilang diatas, perekonomian negeri ini terpuruk, jangankan cari kerja, berdagang pun susah. Pengangguran dimana-mana. Ga semua orang selihay, segigih dan seberuntung pak ustadz cari penghidupan, ga semua iman orang itu se-top pak ustadz, ga semua tauhid orang itu sekokoh pak ustadz dokter.

BTW, kalau melihat tulisan-tulisan pak ustadz dokter yang sering mengkritik pengangguran. Teringat saya akan seorang sahabat, beliau juga da'i dan aktifis. Ini tanggapan beliau tentang pengangguran:
(SS status sahabat)

Bandingkan dengan SS tulisan pak ustadz dokter. Mana yang adem dan dapat hikmahnya?

Saran saya: Dari pada pak dokter terus nyalah-nyalahin pengangguran, kenapa pak ustadz ga menasehati penguasa negeri ini. Kan mereka yang paling bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya. Kalau takut dicap Khawarij, ya nasehati dong presiden secara 4 mata. Saya yakin pak presiden ga marah. Anda kan Salafi, pak dokter. Kalian kan getol menyuruh kami supaya jangan mengkritik penguasa di depan umum. Ya sudah jalankan sunnah ini, anda nasehati penguasa diam-diam. Tapi umumkan ke publik kalau kalian sudah menasehati penguasa 4 mata. Biar kami tahu bukti kinerja dakwah kalian.

Bukankah lebih baik anda kasih semangat bagi mereka para pencari nafkah yang masih mencari penghidupan ini, atau kasih ide / solusi apa yang harus dilakukan, ketimbang nyari-nyari kesalahan mereka. Ini lebih bermanfaat, iya ga? Ya seperti kalian lah orang-orang Salafy yang taat ulil amri ini, kalian kan bilang daripada kritik pemerintah, kenapa tidak mendoakan mereka. Benar kan?

Okelah pak ustadz dokter, saya sudahi dulu tulisan uneg-uneg ini. Capek soalnya, uda panjang juga ini artikel. Semoga terbaca oleh anda. Bagi yang mau kasih link tulisan ini ke beliau silakan, atau kepada siapa saja yang suka memandang sebelah mata kepada pengangguran. Wassalam.

Post a Comment