Lebaran sudah berlalu kemeriahannya, tinggal bulan Syawalnya. 4 hari Lebaran rasanya sudah cukup untuk masa-masa kegembiraan, lebih dari itu biasanya orang-orang sudah masuk kerja. Walau begitu masih ada lah waktu untuk bersilaturrahmi dan mengucapkan selamat, hanya saja mungkin makanan-makanan Lebaran sudah pada ludes, wkwkw...

Tapi ada fenomena menarik dari momen Idul Fitri yang masih hangat untuk dibahas. Yaitu Angpau/Salam Tempel di Momen Idul Fitri.
Angpau dalam bahasa istilah kami (warga Medan) adalah Salam Tempel.
Saya tulis disini Salam Tempel aja ya? Karena kalau istilah angpau jadi kayak perayaan Chinese?

Oke lah, kita lanjutkan..

Apa Itu Salam Tempel?

Salam tempel itu hadiah uang yang diberikan/disalamkan oleh orangtua kita/saudara/tetangga kepada (biasanya para anak-anak) di saat Lebaran sebagai bentuk kegembiraan di hari raya. Fenomena inilah yang paling ditunggu-tunggu oleh para anak-anak dan penerima salam tempel. Tradisi salam tempel bisa jadi penyemangat buat mereka di hari Lebaran. Saya juga waktu kanak-kanak sering dapat salam tempel, tapi yang paling banyak dari orangtua saya, kalau dari saudara-saudara dikit mah, dikit sekaleee, yang ngasih paling 2 orang, peliiiiit, hehe... 😀

Nah, berkaitan dengan salam tempel ini, ada pro kontra yang membahasnya di Medsos.
1. Ada yang menganggap fenomena salam tempel negatif, ini bisa membuat anak jadi mental pengemis.
2. Ada juga yang berpendapat, tidak masalah, ini kan bentuk kebahagiaan di hari raya. Tidak ada gara-gara salam tempel trus lahir anak-anak mental pengemis.

Terus bagaimana dong?

Menurut pendapat saya, dua opini tadi benar semua.
Kok bisa dua-duanya yang benar?
Ya, bisa saja, kan ini tergantung sudut pandang masing-masing?

Pendapat pertama:

Pendapat ini ga salah rasanya, secara, manusia kan punya sifat yang buruk dan baik? Nah kalau ada sifat yang buruk, yang bermental suka minta-minta, bukan tak mungkin di momen hari raya ini menjadi penyemangat negatif untuknya. Dia suruh/ajak anak-anaknya ke tempat para tetangga dan keluarga supaya nanti dapat kebagian angpau / salam tempel. Si orang tua jadi mengajarkan yang tidak baik pada anaknya. Dan yang parahnya uang salam tempel tadi malah diambil si orang tuanya, bukan dinikmati anaknya. Ada tidak yang seperti ini? Mungkin saja ada? Ya intinya tradisi ini bakal membuat dia menjadi tukang meminta-minta.

Pendapat kedua:

Pendapat ini juga benar. Memang di momen Idul Fitri ini kita ikhlas untuk berbagi ke sesama. Kita tidak mempersoalkan uang yang kita bagi-bagikan kepada mereka, yang penting di hari raya ini, semua bisa berbahagia, semua bisa bergembira, cuma setahun sekali ini kok? Orang yang berpendapat seperti ini tulus dan tidak "curigation" kepada pihak-pihak yang dia beri.

Kesimpulannya:

Pendapat yang pertama jangan anda salahkan. Dia hanya ingin menasehati diri dan keluarganya agar tidak selalu meminta-minta di hari raya Idul Fitri. Sah-sah saja dia bilang salam tempel ini bisa membuat orang jadi mental pengemis/meminta-minta, memang kecendrungan untuk itu ada kan? Yang bagusnya menasehati anak dan keluarga agar tidak berambisi meminta-minta, tapi jika diberi, ya diterima.

Pendapat yang kedua pun jangan disalahkan oleh pendapat yang pertama. Orang-orang dengan pendapat kedua ini hanya ingin berbagi kegembiraan kepada sesama keluarga, tetangga, kerabat dan teman. Mereka tulus tidak ada kecurigaan bahwa orang-orang yang merela beri akan menjadi mental pengemis. Ini pun sah-sah saja, ya keikhlasan itu akan melahirkan positive thinking. Betul ga?
Intinya salam tempel ini diibaratkan sebagai hadiah penyemangat supaya anak-anak gembira di hari raya.

Tidak ada yang benar, tidak ada yang salah dalam kedua pendapat ini, dua-duanya benar selama diyakini secara proforsional (bahasanya sok intelek), tidak berlebihan. Ibarat dalam fiqih, ini cuma masalah Khilafiyah 😀, jangan terlalu diributkan. Setidaknya ini opini saya 😀

So, anda gimana friends? Saat lebaran apakah ikhlas memberi salam tempel/angpau atau ada syarat-syarat tertentu?

(Sumber: AbinyaFathan Blog)

Post a Comment