Tsunami Krakatau Indonesia paling terbesar dan terdahsyat sepanjang sejarah. Pada 26-27 Agustus 1883, Gunung Krakatau yang tidur selama 200 tahun tak sekadar meletus, ia meledakkan dirinya sendiri hingga hancur berkeping-keping. Kekuatannya setara 150 megaton TNT, lebih dari 10 ribu kali kekuatan bom atom yang meluluh-lantakkan Hiroshima dan Nagasaki. Sehingga melenyapkan pulau pulau dan memicu dua kali Tsunami, dengan tinggi 40 meter, serta menewaskan lebih dari 35 ribu orang. Itu versi resmi.
Sejumlah laporan menyebut, korban mencapai 120 ribu. Mayat mayat manusia ditemukan mengambang di Samudera Hindia hingga pantai timur Afrika sampai satu tahun pasca letusan. Suara ledakan dan gemuruh letusan Krakatau terdengar sampai radius lebih dari 4.600 km, hingga terdengar sepanjang Samudera Hindia, dari Pulau Rodriguez dan Sri Lanka di barat, hingga ke Australia di timur.
Letusan tersebut masih tercatat sebagai suara letusan paling keras yang pernah terdengar di muka bumi. Siapapun yang berada dalam radius 10 kilometer niscaya menjadi tuli. The Guiness Book of Records mencatat bunyi ledakan Krakatau sebagai bunyi paling hebat yang terekam dalam sejarah.
Letusan Krakatau juga menciptakan fenomena angkasa lewat abu vulkaniknya. Abu yang muncrat ke angkasa, membuat Bulan berwarna biru.
Pasca letusan tersebut, Krakatau hancur sama sekali. Mulai pada 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau. Ia sangat aktif dan terus bertumbuh. Akankah ia meletus seperti induknya?
Anak Krakatau adalah satu dari 100 gunung berapi yang terus dipantau NASA melalui satelit EO-1 (Earth Observing - 1). Ada dua alasan yang membuat NASA terus mengamati Anak Krakatau. Selain karena terus-menerus bererupsi, juga dilatar-belakangi faktor historis.
Bila berpatokan pada catatan sejarah bahwa dalam durasi 200 tahun Krakatau meletus, maka di tahun 2018 ini kita bisa menarik napas lega karena sejak peristiwa itu hingga sekarang terhitung baru 135 tahun. Namun demikian, tidak ada jaminan terkait rentang waktu itu. Karena bencana alam adalah murni kehendak Sang Maha Kuasa dan belum ada alat ukurnya yang tepat kapan bencana itu akan datang.
Waspada harus, takut jangan. Ingatlah pesan Rasulullah "Tanamlah biji kurma itu walau besok akan kiamat."
Wallahu a'lam.
Copas (sumber tidak diketahui pasti)
Post a Comment