Beberapa bulan belakangan ini saya mengalami sesak nafas, tepatnya di awal Ramadhan tahun ini. Ga tahu apa penyebabnya. Dugaan saya Maag, karena munculnya saat saya sakit perut hebat dan muntah saat jelang sahur. Besoknya jantung berdebar dan sesak nafas.

Yang ga enaknya sesak nafas ini muncul disaat Pandemi Covid-19, dimana gejala ini mirip dengan Covid. Pikiran kalut, apa mungkin saya terjangkit Covid? Tapi rasanya ga mungkin, karena saya tak demam, tak ada sakit tenggorokan, tak ada panas tinggi, dan sesak nafas saya pun disertai debaran jantung, ini kan bukan gejala Covid?

Walaupun begitu sempat panik juga karena katanya seseorang yang terkena Covid tak harus demam dan batuk, tanpa gejala tahu-tahu sesak nafas katanya. Waduuuh...

Ya uda deh akhirnya saya sibuk nanya-nanya mbah Google tentang penyakit sesak nafas saya ini. Bukannya kepastian yang saya dapatkan malah bertambah kecemasan saya. Ya, cari jawaban penyakit sebenarnya ga boleh di Google. Bahaya, bisa-bisa nambah stres kita.

Adik saya pun menenangkan bahwa yang saya alami ini bukan gejala Covid, dia menduga sesak nafas saya ini berasal dari lambung.

Sesak nafas terus berlanjut, dan beberapa minggu saya pun kena flu; batuk dan hidung meler. Saya coba minum banyak air putih dan ditambah dengan Madu dan kapsul herbal Habbatussauda. Batuk mereda, tapi hidung masih meler, sedangkan sesak nafas masih berlanjut bahkan makin parah sesaknya.

Stok madu sama Habbats pun sudah menipis, sesak nafas masih terus mengganggu. Biasanya sakit apa pun kalau saya konsumsi Madu sama Habbats pasti sembuh, ini kok malah makin menjadi?

Emak coba memberi saya buah Bit yang dijus, mungkin fikir emak saya kena hipertensi. Ya coba minum ajalah ditambah pola makan dijaga, siapa tahu ada perubahan. Eh, beneran ada perubahan, tekanan di dada yang menyesakkan ini perlahan hilang, esoknya saya minum lagi, sudah enakan, sampai 3 x saya minum jus Bit, keadaan saya sudah enakan, tak ada sesak nafas, tak ada debaran jantung, tak ada kelelahan. Kondisi saya sudah 80% baikan.

Tapi gara-gara saya yang ga bisa menahan selera. Pas Idul Adha emak masak lontong sayur dan gulai. Inikan makanan favorit saya, aduuh emak kok masak lontong, kan saya baru sembuh dari sesak nafas. Makan makanan bersantan dan pedas bisa beresiko.

Dengan terpaksa saya cicipi juga itu lontong. Ah, makan sedikit kan ga apa-apa? Fikir saya.

Kelezatan lontong buatan emak memang tak bisa diabaikan, siangnya juga saya ketagihan makan lontong lagi, plus sorenya juga. Saat itu badan masih enakan, hanya sesekali jantung berdebar. Masih okelah. Malamnya saya embat juga itu lontong, baru dah sesak nafasku kumat lagi, esoknya sesak nafas semakin parah, hampir tak bisa menghirup udara rasanya. Aduuh menyesal saya makan lontong. Emak sih?

Akhirnya saya kembali menderita sesak nafas berkepanjangan. Madu dan Habbatussauda, bahkan buah Bit yang manjur itu pun terkesan tak mampu meredakan sesak nafas ini.

Yang namanya herbal itu memang reaksi penyembuhannya tidak secepat kilat seperti obat-obat medis yang notabene kimia. Obat herbal otomatis bekerja langsung ke sumber penyakitnya, sedangkan obat kimia hanya meredakan gejala penyebab penyakitnya.

Contohnya begini, kita demam karena efek dari gejala penyakit ginjal, maka pasti kita minum Parasetamol. Parasetamol bekerja hanya meredakan demam tanpa menyembuhkan penyakit utamanya yaitu gejala penyakit ginjal tadi. Makanya reaksi pemyembuhannya cepat.

Sedangkan Herbal contohnya madu atau Habbatussauda (juga bisa sebagai obat demam). Cara kerja herbal ini langsung ke sumber penyakitnya yaitu di ginjal tadi. Setelah ginjalnya mendingan baru demamnya hilang. Makanya proses penyembuhan obat-obat herbal cukup memakan waktu.

Mengkonsunsi rutin obat herbal akan membentuk imunitas tubuh.
Sedangkan mengkonsumsi obat kimia secara rutin dampaknya akan merusak tubuh.

Kesembuhan dari herbal itu tergantung penyakit dan dosis herbal yang kita makan/minum. Semakin parah penyakit kita maka semakin tinggi dosis yang kita konsumsi. Umpama anda kena hipertensi, kepala pusing kunang-kunang terus anda minum (umpama) Habbatussauda hanya 2 kapsul. Ya tak kan bekerja. 2 kapsul itu hanya untuk tubuh yang normal. Jadi harus ditambah umpama 4-5 atau 7 kapsul. Tergantung keparahan penyakit anda.

Makanya sering kita dengar anda yang bilang "Ah saya sudah minum Madu dan Habbatussauda, tapi batuk kronisku ga hilang-hilang!"

Ya terang aja, orang minumnya cuma 2 kapsul/1 sendok. Mana mati virus dan bakterinya.

Nah saya pun begitu, saya cuma minum 7 kapsul habbats dan 2-3 sendok madu, hasilnya ya tak maksimal, sesak nafas dan batuk terus menyerang dan makin menjadi. Habis 1 botol besar madu dan 1 botol Habbats tapi penyakit ga sembuh-sembuh.

Akhirnya saya coba lagi beli madu dan habbats, kali ini dosis saya naikkan. Untuk madu 5 sendok (3 x sehari), sedangkan habbats 10-13 kapsul (3x sehari). Eh Alhamdulillah ada perubahan, tekanan di dada yang meyebabkan sesak nafas berangsur menghilang, batuk mereda. 2 hari saya konsumsi herbal-herbal islami tersebut dalam dosis tinggi. Setelah mendingan maka dosis aku turunkan kembali. Atas izin Allah sesak nafas dan batukku hilang. Alhamdulillah...

Sebelumnya saya sudah coba melakukan tips-tips pereda sesak nafas, dari mulai nafas dari mulut, berdiri bersandar di dinding, berbaring dengan kepala dan kaki diganjal bantal, minum air putih dan sebagainya. Namun semua itu tak banyak membantu.

Kebanyakan orang lebih percaya terapi-terapi buatan manusia seperti senam, yoga, diafragma dan lainnya. Sama juga dengan obat-obatan, orang lebih percaya kepada obat kimia dari medis ketimbang obat-obat herbal yang direkomendasikan oleh Allah dan RasulNya.

Jika hal ini dberitahukan kepada medis, pasti mereka meragukannya, sedang obat-obat herbal islami seperti Madu, Habbatussauda, minyak Zaitun, Daun Bidara yang begitu banyak manfaatnya bagi manusia, mereka ragukan. Malah ada mereka me-warning herbal-herbal islami tersebut dengan peringatan:

"Hati-hati jangan sembarangan menkonsumsi Herbal tanpa keterangan dari dokter"

Padahal obat kimia mereka itu jauh lebih berhati-hati bagi manusia untuk mengkonsumsinya. Alasan mereka klise, "Obat-obat Herbal tersebut belum teruji klinis!"

Ga perlu pake uji klinis segala, karena sudah direkomendasikan oleh Allah SWT dan RasulNya untuk kesehatan manusia. Dan fakta di lapangan pun membuktikan herbal-herbal islami tersebut telah banyak menyembuhkan.

Segala penyakit itu, syetan dan jin jahat turut andil dalam menambah kerusakan di tubuh manusia. Makanya penyembuhan itu bukan cuma milik medis tapi juga dari terapi islami (Rukyah) atau Herbal.

Tak heran kalau ayat-ayat Al-Qur'an dengan izin Allah bisa menyembuhkan penyakit yang mematikan tanpa mengkonsumsi obat-obat kimia dari medis.

Post a Comment